Duality of mind

Senin, 21 Februari 2011

MaleRose. visual kei band from Thailand

MaleRose adalah sebuah visual kei band dari Thailand. yoho~ the next GazettE nih kayaknya. ^-^
soalnya mereka covering lagu2nya GazettE. Thailand aja punya band visual kei, masa kita ga punya sih?? ayo jellyfish jangan mau kalah [lhoo?? ngelantur.. ]

 di posisi vokalis ada Eak, Zhiro dan aof di bagian gitar, Thames bass, dan Top drummernya. keknya sih drummernya cakep dah. nyahahah.. [plakk]

kembali ke MaleRose. lagu gazette yang mereka covering ada banyak, tapi yang gw dengerin itu kare uta. suara vokalisnya lumayan lah, mirip2 ruki gitu suaranya. tapi klo scream'nya sih ga tau ya masih mirip atau engga sama ruki. secara ruki klo nge'scream itu maha dahsyat..!!! XD. *lebayatun*
terus setelah gw pelototin satu2 personilnya secara seksama [halah..], ada yang kurang enak di mata gw. 1 orang gitarisnya ada yang 'maksa' banget mirip uruha. yaah, klo ga pantes jangan terlalu di paksa, jadi kesannya malah ga bagus ^-^. Uruha emang udah punya aura seksi 'cocan' dari sononya, ga bakal ada yang bisa nyaingin. apalagi pahanya yang super mulus bin kinclong itu. ckckckck. bisa bikin orang semaput bersimbah darah.

selain covering lagu gazette, mereka juga punya lagu sendiri kok. tapi pas gw denger, rasanya aneh. soalnya mereka pake bahasa lokal, bahasa Thailand. wkwkwkwk..mungkin karena faktor gw ga pernah denger lagu dari Thailand kali ya. :D
saran gw sih, mending pake bahasa Inggris aja lagunya. menurut gw juga mereka punya skill yang lumayan kok. ^-^
 


ni videonya MaleRose waktu covering kare uta, tapi versi akustik. enjoy.. ^-^



Petisi untuk rilis kaset dan CD the GazettE di Indonesia.

paayyaah...!!! tau kenapa?? begini ceritanya.. [pasang tampang horor]
pasti anda semua udah pada tau kalo gw ini cinta metong sama the GazettE. bisa diliat dari blog gw yang bertaburan gambarnya the GazettE XD.  secara emang keren gila tuh GazettE. tapi sayangnya CD sama kaset mereka ga rilis disini. TwT. sementara klo harus impor CD sama kaset asli mereka, gw bisa-bisa gadein hape sama laptop yang jadi bahan penghidupan gw. T______T *lebayatun*

nah waktu itu ada temen, yang sekarang jadi uke gw {haayah.. =.=] ngasih tau klo ada petisi buat rilis CD dan kaset the GazettE di Indonesia. wkwkwkwk...gw girang banget dengernya. langsung deh ke TKP buat isi tuh petisi. tapi itu dah lamaaaa banget. pertengahan tahun 2010 kemaren kayaknya. tapi sampe sekarang kaga rilis2 tuh kasetnya. T________T
perasaan  sih ya, seinget gw pas pertama ngisi itu petisi goal / suara yang harus dikumpulin 300, tapi pas tadi gw liat lagi jadi nambah 500 dan petisinya baru berjumlah 432 [pas gw liat ]. gak tau gw yang pikun atau apa ya, tapi seinget gw sih gitu.. (_--)a

jadi yang merasa cinta sama GazettE juga, ayo donk isi petisinya.biar bisa rilis kaset sama CD mereka disini. klo kaset sama CD mereka dah rilis disini, mungkin juga mereka jadi punya rencana bikin konser disini. nyahahhahah.... [harapan terpendam]
buat isi petisinya klik link di bawah ini. 

mudah-mudahn pihak sony music bener-bener mau rilis kaset sama CD the GazettE di Indonesia. dan the GazettE juga bisa mempertimbangkan Indonesia sebagai tempat tujuan konser berikutnya. ^__^
amin..




Chimamire no ai [血まみれの愛。] Chapter 6


author: aiu, ciel.
tittle: Chimamire no ai [血まみれの愛。] (part . 6)
genre: friendship. love. thriller
rating: T
fandom: anak CI. XD
pairing: dievha x nae, gin x rose
note: (aiu) engg... jelek ah.. ==a I need more yaoi,.. *plakk
oya, itu puisinya asli buatan gin.. ^^
(ciel) sempat jadi pengangguran nungguin aiu cuti u.u''

*****
 My Life Would Suck Without You, My Rose

~~~

kau tau?
Sebesar apapun aku mencoba,
aku tidak bisa menghapusmu dari ingatanku
beginilah aku padamu
seperti romeo yang selalu memikirkan juliet
hatiku juga selalu memikirkanmu
tidak berkurang sedikitpun
tiap hari..
tiap jam..
tiap detik..
kau yang selalu ada di hati
selalu berseri dan menemani pikiranku

Mungkin segala sesuatu bisa berubah
seperti musim yang silih berganti
begitupun hari-hariku
dari siang berganti malam
tapi tidak tentang perasaanku padamu
tidak akan berganti dan tidak akan berakhir
aku mencintaimu..
aku membutuhkanmu..

Tanpa kau bisakah aku bertahan?
Bagai bernafas tanpa paru-paru
melihat tanpa mata
berjalan tanpa kaki
dan mendengar tanpa telinga
bisakah?

Aku tau aku bukanlah apa-apa tanpamu
aku tau hidupku adalah tentangmu
kau memberikan aku semuanya
kau memberikan aku kebahagiaan
kau memberikan aku senyuman
kau memberikan aku canda dan tawa
bahkan kau menangis ketika aku menangis

kau berharga
kau spesial
kau adalah semua yang kumiliki
tanpa kau.. aku ini siapa?
tanpa kau.. dunia ini apa?
tanpa kau.. hati ini akan kemana?
tanpa kau.. hidup ini bagaimana?

Aku tidak ingin membencimu
aku tidak ingin melupakanmu
aku tidak ingin tidak mencintaimu
karena duniaku terasa kosong tanpamu
hidupku terasa mati tanpa nafasmu
mimpiku terasa buruk tanpa belaimu
diriku tak akan ada tanpa dirimu
sebab kita pasti ditakdirkan bersama

jadi biarkan aku mencintaimu dengan segenap hati
karena hatiku adalah milikmu
tentu dengan kau juga ada disampingku
cinta kita selamanya
dan tak akan pernah berakhir..

~~~~

                "bisa kau rasakan rasa perih ini Gin?? kau bilang kita ditakdirkan bersama, tapi kau pergi..dan aku.. aku merasa hanya menjadi ketiadaan...sesakit ini rasanya, apa kau mengerti?? jawab aku..."
Air mata rose jatuh menetes ke atas kertas puisi yang ada di tangannya. Kertas yang berisi puisi dari Gin untuknya.
                semua kenyataan ini sangat sulit diterimanya. Bayangan Gin di detik-detik terakhirnya, terus menerus berputar dalam pikiran Rose. ia menggenggam erat kertas di tangannya, menahan rasa sakit yang sangat menusuk di hatinya. Ia tahu, penyesalannya sekarang tak akan berguna. Gin tak akan pernah kembali. Air mata rose semakin deras menetes, dan tak ada Gin yang diharapkan Rose menghapus air matanya.
                Bersama puisi itu, ada sebuah kado,kelopak mawar, dan rekaman video kematian Gin yang diterimanya beberapa hari lalu. Kenyataan ini hampir membuatnya gila. senyum Gin saat terakhir kali masih sangat nyata di dalam ingatannya, membuat Rose semakin tidak percaya akan kenyataan pahit yang ada di depan matanya. di jari manis rose melingkar cincin silver dengan bentuk cross pemberian terakhir dari Gin.
                malam itu rose kembali menangis terisak-isak. Dadanya terasa sangat sesak,mengingat Gin dan kematiannya yang tragis. Benar-benar kejutan yang sempat membuat rose berpikir untuk ikut mati.Rose berbaring di atas ranjangnya, menatap kosong langit-langit kamarnya.
                "aku ingin kau kembali..Tuhan,aku ingin bertemu dengannya..aku butuh pelukan hangatnya..aku sangat merindukannya.."
                Suara Rose terdengar lirih, ia mulai memejamkan matanya.
                "anata no namae to nemurasete..."
                Rose berbisik lirih, dan mulai mengistirahatkan pikirannya yang sangat lelah.

*****

                Dievha dan Nae, berjalan bergandengan menuju ruang kuliah mereka. Jam baru menunjukan pukul setengah delapan pagi, sementara kuliah baru di mulai pukul 8. Nae sesekali bergelayut manja di pundak Dievha. Mereka kaget, saat membuka pintu ruangan. Dievha dan Nae melihat seseorang duduk di kursi paling depan. namun orang itu menunduk.
                "Aiu..tidak biasanya dia datang pagi." Nae mengangkat sebelah alisnya.
                Dievha tampak senang melihat Aiu, sudah beberapa hari ia tidak masuk kuliah. Dievha langsung menghampiri dan memeluknya.
                "senang melihatmu kembali..ada hal yang ingin kusampaikan soal penggemar rahasiamu, dan juga kematian Gin.."
                Tiba2 Dievha merasa ada sesuatu yang janggal. Tubuh Aiu terasa sangat dingin. Dievha mulai melepas pelukannya, dan saat pelukannnya terlepas, tiba-tiba sosok aiu jatuh ke lantai. Tubuh itu sudah tak bernyawa, wajahnya hancur tak berbentuk, tengkorak wajahnya terlihat jelas, Hanya tersisa satu bola mata yang hampir meleleh dekat tulang pipinya. namun tubuhnya masih utuh tetapi rusak parah bahkan tidak bisa dikenali. di tangan kiri mayat itu juga terikat setangkai bunga mawar.
                Nae menjerit histeris dan memeluk dievha, melihat sosok tak bernyawa di depannya. Dievha sendiri tak bisa berkata apa-apa. Ia sangat shock, dengan apa yang dilihatnya. mayat berwajah hancur itu hampir saja diciumnya tadi.
                seseorang mengawasi mereka dari luar ruang kuliah itu. tersungging senyum sinis dari bibirnya.
                "kau selanjutnya.."
******


                Dievha dan Nae menatapnya dengan aneh, seakan tak percaya bahwa sosok yang berdiri di depannya sekarang adalah Aiu. sosok yang mereka pikir sudah mati.
                "ada apa?" tanya Aiu dengan tatapan bingung. Dievha dan Nae langsung memeluknya saat itu juga secara bersamaan dengan erat. membuatnya sedikit kesulitan bernafas.
                "ku pikir kau sudah mati..di dalam ada sesosok mayat mirip dirimu. wajahnya hancur, mengerikan.. di tanggannya juga terikat bunga mawar,sama seperti di mayat kamijo waktu itu.." Nae menjelaskan semuanya.
                "kau takut kalau aku mati? kau takut kehilangan aku?" Aiu menatap Nae dengan penuh harap.
                "tentu saja..kau sahabatku.." Nae kembali memeluk Aiu. sementara Aiu berusaha tersenyum, menyembunyikan sakit di hatinya.
                "oya..ada hal penting yang harus kuberitahu padamu, soal romeo gilamu itu. sebelum meninggal Gin sempat memberitahuku.." kata-kata dievha seperti tercekat di tenggorokan. saat itu tiba-tiba Ciel berjalan di belakang Aiu, menatap sinis ke arah Dievha dan berlalu begitu saja.
                "memberitahu apa?? cepat katakan..!!" Aiu sedikit membentak. saat itu seorang polisi datang menghampiri mereka bertiga. polisi itu meminta Nae dan Dievha untuk ikut mereka sebentar, untuk dimintai keterangan sebagai saksi yang menemukan mayat korban. akhirnya Nae dan dievha meninggalkan Aiu.

*****

                sore itu kampus sudah sepi. mobil polisi terakhir, terlihat meninggalkan kampus beberapa menit yang lalu. Aiu memutuskan untuk pulang, karena ia pikir Dievha sudah pulang sejak tadi.
                "Aiu..."
                terdengar suara dievha memanggil namanya. namun ketika Aiu menoleh tak ada siapa pun di belakangnya. cukup lama Aiu menunggu, namun sepertinya memang tidak ada siapa-siapa di lorong kampus itu, selain dirinya. akhirnya Aiu kembali melanjutkan langkahnya, meninggakan gedung kampusnya.

                Dievha terlihat sulit bernafas, seseorang sedang membekapnya sekarang. tadi sewaktu ia memanggil, aiu tiba- tiba seseorang membekap mulutnya dan menariknya ke salah satu ruangan. orang itu tersenyum ke arahnya, dan kemudian mendorong tubuh dievha dengan kasar ke arah meja. kepala Dievha membentur tepi meja, tubuhnya jatuh tersungkur. ia merasakan sakit yang amat sangat di kepalanya, dievha mengusap sesuatu yang terasa mengalir dari kepalanya. dievha terbelalak, tangannya penuh dengan darah. sementara orang seseorang yang membekapnya tadi tersenyum senang. pandangan dievha perlahan mulai kabur.
                "ini akibat yang harus kau terima karena mencampuri urusanku.."
                terasa sulit mempertahankan kesadarannya saat itu. hingga tak lama kemudian pandangannya benar-benar gelap.
*****

                Ciel menyalakan rokoknya dan memainkan rokok itu dibibirnya. Bukan kebiasaannya untuk merokok, hanya saja saat ini dia benar benar sudah sangat muak terus menerus membereskan orang-orang yang selalu ikut campur antara dia dan julietnya. Ciel melirik ke dalam mobil, Dievha masih belum sadar sejak dia membekapnya diruang kampus dan membawanya kemari. Ciel melihat jam tanganya, sudah 15 menit sejak dia mengirim sms kepada nae dari hp dievha.
                Ciel kembali memeriksa mesin mobil yang sudah dia kotak-katik sehingga mesin tersebut ibarat bom waktu yang bisa meledak dalam beberapa menit lagi. Ia kembali memeriksa tempat duduk Dievha yang telah dia letakan minyak sebotol penuh dibawah kursinya dan mengetatkan ikatan Dievha dikursinya.  Ciel mendengar deru mobil beberapa meter didepanya.
                “Hm, lumayan tepat waktu” Ciel menghancurkan kunci pintu disamping Dievha dan ia menunggu tamu pentingnya dari dalam mobilnya yang tidak terlihat dari sana tetapi masih bisa untuk mengawasi mereka.

                Nae melihat mobil Dievha, tidak ada tanda-tanda ada semenya atau orang lain disana, Tapi dia yakin Dievha tadi yang smsnya untuk datang. Nae mematikan mesin mobilnya dan mendekati mobil Dievha. Nae mengetuk kaca mobilnya tapi tidak ada jawaban. Nae membuka pintu mobil dan terkejut melihat Dievha diikat dikursi pengemudi.
                “Astaga dievha ! diev.. sadar sayang” Nae menguncang-guncangan tubuh dievha.  Dievha mengedipkan matanya, ia masih merasa pusing dan sakit dikepalanya.
                “Nae…” Dievha memanggil ukenya, suaranya parau dan matanya berbayang melihat sosok kekasihnya. “Tolong aku nae.. tolong” Nae mencoba membuka ikatan dievha, tetapi ikatan itu tidak menunjukan tanda tanda bisa dilepasnya.
                “Sabar sayang, aku lagi berusaha.. Kyaa !” Mesin didepan mobil memberikan signal awal dari ledakan pertamanya. Nae dan Dievha mematung melihat api yang cukup besar didepan mereka. Dievha segera sadar bahwa dirinya sudah berada diujung tanduk.
                “Nae ! cepat tolong keluarkan aku dari sini ! Nae.. !!” Dievha terus mencoba memberontak dan melonggarkan ikatanya, tapi Nae tetap mematung melihat api yang semakin besar. Ledakan ke dua terjadi, Nae melepaskan tanganya dari ikatan Dievha. Tubuhnya bergetar hebat, keringat membasahi sekujur tubuhnya, matanya tidak lepas dari pandangan api yang kini sudah membuat retakan pada kaca depan mobil.
                “Nae ! Tolong aku !! Nae, tolong.. aku tidak mau mati. Naee !!” Teriakan Dievha seakan tidak tembus digendang telinganya. Nae mundur perlahan, Ia memandang Dievha dengan ketakutan dan keraguan.  Ledakan ke tiga terjadi dan menghancurkan kaca depan mobil.  Pecahan kaca bertebaran dan melukai Nae dan Dievha.
                Nae segera keluar dari mobil. Matanya tidak lepas memandang Dievha yang tetap memberontak dan memandang memohon pada Nae. Nae hanya menggelengkan kepalanya, suaranya hilang dan air matanya terus jatuh.  Suara Dievha terus memanggil Nae, kini api telah menjalar ditempat duduk Dievha.
                “Nae, dengarkan aku ! Nae.. Pembunuh…” Teriakan Dievha terpotong oleh ledakan yang sangat besar dibawah tempat duduknya. Api telah berkobar ditempat Dievha, suara Dievha telah hilang dan sosok yang dari tadi memberontak kini telah diam kaku.
                “tidak.. tidak.. aku bukan pembunuh. Aku bukan pembunuh dievha. Tidak.. aku bukan…” Tubuh Nae semakin gemeteran. Dia membungkuk dan memeluk tubuhnya untuk menenangkan dirinya. “aku bukan pembunuh.. AKU BUKAN PEMBUNUH DIEVHA !!”

                Ciel melemparkan puntung rokoknya keluar jendela. Skenarionya sedikit meleset, Dia tidak menyangka bahwa Nae segitu pengecutnya meninggalkan kekasihnya mati sendirian. Dia menghela nafas lelah, ini tandanya masih ada satu orang lagi yang harus dia bereskan nanti. Ciel menghidupkan mesin mobilnya dan berjalan ke arah Nae dan menjatuhkan bunga mawar disampingnya.
                “You are Next, Nae”  Ciel meninggalkan Nae yang masih histeris dan tidak menyadari keberadaanya tadi.




Chimamire no ai [血まみれの愛。] Chapter 5


author: aiu, ciel.
tittle: Chimamire no ai [血まみれの愛。] (part . 5)
genre: friendship. love. thriller
rating: T [sesuai saran anggie]
fandom: anak CI. XD
pairing: dievha x nae, gin x rose
note: (aiu) tidak memuaskan, ga tau di sebelah mananya.. =___=
(ciel) kayaknya jadi banyak salah edit. =="a *error


He ieru wa kimi no moto
shitsu mi ochiru neku shitsu no
tobi tachi na asu eru kai
aishita kiro kudake wazu koni
boku wo tsunagu kanji kimi somerareta
sekai wa kure...

         seseorang berambut biru gelap memainkan gitarnya sendiri, di atap gedung kampus akuma. ia memejamkan matanya, membayangkan wajah orang yang selalu dirindukannya, dan menghayati nyanyian lirih yang keluar dari bibirnya. jari-jarinya tiba-tiba berhenti memetik senar-senar gitar. ia merasa ada orang lain selain dirinya di tempat yang selalu sepi itu.
         "ternyata kau disini."
         "Gin..." aiu kaget, bercampur senang,melihat sahabatnya sudah kembali sehat.
         "wah..kau mengecat rambutmu? rambutmu juga tampak lebih pendek, kau memotong rambutmu juga ya? hanya 4 hari aku dirumah sakit, kau sudah berubah drastis seperti ini."
         aiu melompat turun dari atap gudang yang tidak terlalu tinggi itu, dan kemudian menghampiri gin.
         "hahah, kau tahu aku selalu memotong rambutku saat aku stress. bagus tidak rambut baruku? dievha sendiri yang memotong rambutku 3 hari yang lalu." aiu tersenyum sambil menunjukan rambut barunya yang berwarna biru gelap.
         "aku lebih suka melihat rambutmu panjang.." jawab Gin.
         "ck...yasudahlah..oya, aku ada satu permintaan,dan tolong kabulkan permintaanku."
         Gin tidak menjawab, ia sepertinya tahu apa yang akan diminta oleh aiu.
         "jauhi aku.." Gin tersenyum sinis mendengar permintaan aiu yang di rasa sangat bodoh olehnya.
         " aku tidak akan meninggalkan sahabatku sendiri. kita bisa menghadapinya, mencari tau siapa dia, dan menjebloskannya ke penjara. dengan begitu semua selesai. apa yang kau takutkan? bodoh sekali, tidak seperti kau yang biasanya.."
         "kau yang bodoh..!! lihat dirimu, ia bisa saja membunuhmu malam itu gin..!! rose sudah menceritakan semuanya padaku. orang gila itu mengancam kau dan juga rose, dan ia tidak main-main. pikirkanlah.. kau lebih baik jauhi aku !!"
         "dengar baik-baik,aku tidak akan meninggalkanmu. akan kulindungi semampuku semua orang yang penting dalam hidupku."
         "begitupun aku..!! akan kulakukan apapun untuk melindungi orang-orang berharga di sekitarku. aku sangat merasa bersalah, atas apa yang terjadi denganmu Gin. aku tidak ingin hal yang lebih buruk terjadi padamu dan juga rose.."
         "tenanglah.. memang hal buruk apa yang bisa terjadi padaku?"
         Gin tersenyum, mengelus pundak aiu. tak lama kemudian  rose,yuu,miu dan icha datang dari arah tangga. mereka menghampiri aiu dan gin.
         "gin, kenapa kau kuliah, dokter kan menyuruhmu istirahat sampai seminggu. kau ini keras kepala sekali." rose mendekati gin. ia sedikit berjingkat dan kemudian menempelkan punggung tangannya di kening Gin.
         "aku sudah sehat rose. lalu kau, sudah ku bilang jangan ceritakan hal itu pada aiu, kenapa kau justru memberitahunya?" suara Gin terdengar seperti sedang membentak, Rose cukup kaget dengan sikap Gin.
         "eh?? aku... maaf.. aku memang salah." rose berlari ke arah tangga dan turun meninggalkan mereka. ada sedikit rasa cemburu dalam hati rose saat ia melihat Gin yang begitu khawatir dengan aiu. walaupun ia sendiri tahu bahwa mereka hanya sekedar teman, namun rasa cemburu itu tetap ada dan menghantuinya.
          melihat rose yang hampir menangis dan pergi Gin langsung mengejarnya. sementara aiu, yuu, miu, dan icha masih di atap gedung kampus akuma.
         "kau siapa, aku tak pernah melihatmu sebelumnya?" aiu memperhatikan icha.
         "eh..aku.."
         "dia uke'ku.. aiu, jangan perhatikan dia begitu, dia sudah resmi jadi milikku." yuu memotong kalimat icha, dan mengumumkan bahwa icha adalah uke'nya dengan semangat. Aiu terbelalak mendengar kata-kata yuu.
         "eh? sejak kapan?" miu terlihat sangat bingung.
         "kau?? dia uke'mu?? kau seme?? aku pikir kau lebih pantas jadi uke, kau tidak punya aura seme." aiu tersenyum menahan tawa melihat tingkah laku yuu.
         "eh..aku ini seme. sama sepertimu, dan mamadievha..pokoknya aku ini seme" yuu tetap bersikeras dengan statusnya sebagai seme walau belum di akui siapa pun.
         "tidak kak, aku bukan uke'nya. aku tidak tertarik dengan hubungan seperti itu." icha buru-buru memberi penjelasan sebelum terjadi kesalah-pahaman. sedangkan wajah yuu tampak sangat kecewa mendengar pengakuan icha.
         "a..aku juga normal." miu menunjuk ke arah wajahnya sendiri.
         "yaya...terserah kalian sajalah..ayo kita turun" aiu turun sambil membawa gitar akustik yang dipinjamnya secara diam-diam dari ruang musik di kampus.

******

         “Gadis gila..!!” teriakan ciel mengundang seluruh perhatian semua orang yang berada di depan perpustakaan sekolah dan kampus akuma. Kini perhatian mereka tertuju pada ciel dan seorang gadis didepanya yang mirip dengan aiu.
         “Kau terlihat jelek menirunya. Kau merusak pemandangan !” Ciel membentaknya punuh amarah.
         gadis itu hanya diam, menundukan wajahnya ke tanah dan terisak menangis.
         "ta.. tapi.. aku seperti ini hanya demi kau. agar kau memperhatikan aku."

         Begitu sampai di bawah, Aiu mendengar suara orang seperti sedang bertengkar. Aiu menoleh ke arah perpustakaan, tepat di depan perpustakaan ia melihat seorang murid berseragam sekolah akuma, sedang membentak seorang gadis didepannya. gadis itu mirip dirinya. baju yang dipakai gadis itu mirip dengan baju yang ia pakai kemarin. jaket lengan pendek warna hitam dan merah, dengan aksen rantai di sisi kiri dan gambar tengkorak pada sisi kanan. potongan dan warna rambutnya pun hampir mirip walau masih berbeda pada bagian belakang, namun warna rambutnya sama persis, biru gelap. gadis itu juga memakai kalung yang sama dengannya. kalung panjang berwarna hitam. namun kalung milik aiu, mempunyai ciri khas. terdapat tulisan 戒 di bagian bandulnya.
         "brengsek. apa-apaan dia. meniru gayaku habis-habisan seperti itu." aiu menggerutu kesal.
         "jelek, mantan seme'ku tidak seburuk itu kan?" nae menatap sinis ke arah gadis itu.
         "bagaimana kalau aku bantu menghajarnya.." tiba-tiba dievha berbisik di telinganya. sudah ada nae dan dievha di belakang aiu. aiu tak menjawab hanya tersenyum sinis. saat itu ia juga memandang laki-laki berseragam akuma yang sedang memaki gadis plagiat dirinya itu.
         "dia... yang waktu itu." aiu mengenali ciel. ia ingat saat ciel pernah mengusap darah di dagunya saat ia berkelahi dengan kamijo beberapa hari lalu.

         “Cih ! besok malam datang ke apartemenku. Akan aku tunjukan yang cocok untukmu” Saat ciel memalingkan wajahnya, ia melihat julietnya sedang memandang ke arahnya. Ia tersenyum pada aiu dan meninggalkan sang gadis plagiat yang masih menangis.

         Gin ingin menyusul rose ke gedung sekolah Akuma, namun ia justru tak sengaja melihat ciel yang tersenyum ke arah aiu tepat di depan tangga yang menuju arah perpustakaan. Gin merasa tak asing dengan senyum itu. setelah berpikir keras, akhirnya ia ingat. ia ingat senyum orang yang menyerangnya beberapa hari lalu. Gin menjadi yakin kalau orang itu adalah ciel.
         "bingo...akhirnya ku temukan kau." gin tersenyum sinis.
         di saat yang sama ciel juga melihat gin. ciel berjalan ke arah gin, dan kemudian berhenti tepat di samping gin. tanpa melihat wajahnya, ciel memperingatkan gin.
         "sebaiknya kau hentikan niatmu itu, aku tahu yang kau fikirkan gin. Aku bisa melakukan apa saja terhadapmu atau pacar manismu itu" ciel mengeluarkan sebuah kelopak mawar tanpa tangkai dari dalam sakunya. ia memainkan mawar itu sambil melirik sinis ke arah Gin. setelah itu ciel berlalu, meninggalkan Gin yang masih terpaku. ia sudah berada cukup jauh dari Gin, saat ia menoleh ciel melihat dievha menghampiri Gin. mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu yang serius.

***********        
        sore itu turun hujan lebat. padahal rose ingin pulang lebih dulu, agar ia tak bertemu dengan Gin. ia ingin sendiri dulu. akhirnya Gin menghampirinya di depan ruang kelasnya.
         "rose..maafkan aku.."
         "tidak perlu minta maaf, aku memang salah." rose hanya menunduk, ia tak mau melihat wajah Gin. masih ada rasa cemburu dalam hatinya. pikirannya mulai goyah. tak mungkin jika tak ada apa-apa di antara mereka. ia merasa seperti dipermainkan. sakit yang pernah ia rasakan dulu kembali terulang.
         "lalu kenapa kau masih seperti ini? kau marah?" Gin menggenggam tangan rose. namun rose menarik kembali tangannya.
         "hei..rose tolong jangan seperti ini, aku tahu aku berlebihan padamu tadi. maafkan aku."
Gin menarik lembut bahu rose, dan kemudian mengecup keningnya. mencoba menyampaikan perasaan tulusnya ke dalam hati rose. tiba-tiba rose menangis.
         "kau tidak sedang mempermainkan aku kan?"
         "aku tahu yang kau pikirkan rose, percayalah. apa kau tak bisa merasakannya? hanya kau rose.." Gin menatap mata rose dalam-dalam, memeluknya dan mengecup lembut bibir rose. saat itu rose tak membalas, ia masih belum bisa meyakinkan hatinya.

         "rose.." suara nae yang tiba-tiba datang, membuat gin dan rose kaget. nae datang untuk menjemput rose pulang.
         "maaf, aku mengganggu. tapi kau harus pulang rose, aiu sudah menunggumu di mobil dievha."
         "um..tapi kak.." rose memandang gin yang masih berdiri di sampingnya.
         "pulanglah rose, nanti malam aku akan datang ke tempatmu, aku punya sebuah kejutan." Gin tersenyum sambil mengelus rambut hitam rose. rose memandang wajah Gin yang masih tersenyum padanya. rasanya kali ini berat sekali ia berpisah dengan Gin. perasaannya tiba-tiba menjadi aneh. rose masih sedikit kesal dan memendam rasa curiga pada Gin, namun ia juga seperti tak ingin berpisah dari Gin saat itu.
         "gin, kami pamit dulu." nae berpamitan setelah rose melangkah menghampirinya dan kemudian meninggalkan Gin sendiri. Gin terus menatap rose hingga ia sampai di dekat mobil dievha yang terparkir. Dari depan mobil dievha, rose masih bisa melihat bayangan Gin di depan kelasnya. Setelah puas memandangin Gin, Rose masuk ke dalam mobil. perlahan mobil berjalan meninggalkan gedung sekolahnya, rose masih menatap Gin dari jendela mobil. rose sedikit menyesal, atas sikap egoisnya tadi. ia terlalu egois untuk mengakui jika ia sebenarnya membutuhkan Gin.
         "ai shiteru, Gin..."

********

         Ciel menekan nomor dihpnya, menunggu seseorang mengangkatnya, tapi mesin telpon yang kembali menjawab, ciel menarik nafas menahan kekecewaanya lagi.
         “Juliet, aku selalu merindukan wajahmu, wajahmu yang sesungguhnya, bukan yang ditirukan” ciel menghela nafas sejenak “aku pasti akan melakukan sesuatu untuknya. Ai shiteru, juliet” Ciel menutup telponya dan melemparnya ke atas sofa, meninggalkan benda itu begitu saja.
         Ciel mengambil kamera, menyambar kunci mobil dan menyalakan mobil silvernya. Ia lalu menjalankan mobilnya menuju rumah seseorang yang akan mungkin menjadi segala kehancurannya. Ciel memakirkan mobilnya disamping rumah orang itu, menunggu.

         Setengah jam ciel menunggu dan akhirnya sosok yang dinantinya terlihat menuju ke arahnya. Ciel keluar dari mobil dan menghadangnya. Gin kaget melihat ciel telah dihadapanya dan mengarahkan pistol ke arahnya. Gin berbalik, tetapi ciel telah menarik pelatuk pistolnya dan gin tersungkur dijalan. Ciel menyimpan pistol peredam suaranya dan menggotong tubuh gin yang sudah tak sadar karena bius ke dalam mobil.
         Ciel mengarahkan mobilnya ke sebuah gubuk tua didalam hutan. Ciel menurunkan gin, mengikat tangan dan kakinya dan menyenderkanya di dinding kayu yang mengarah keluar pintu. Ciel menyiram seluruh gubuk serta badan gin dengan minyak tanah.
         Gin tersadar dan tersentak melihat kondisinya sekarang.
         "Kau sudah sadar gin ?" Ciel menyapanya dari pintu gubuk.
         "Ternyata kau orang bodoh yang selama ini berlagak menjadi romeo" kata gin mengejek.
         "Hentikan omong kosongmu yang tidak berguna itu" ciel mendekati gin dan berlutut didepanya "ada pesan terakhir untuk pacarmu ?"
         "Mati saja kau, orang gila !" Gin memaki ciel sambil berusaha memberontak.
         "Mati saja kau orang gila" ciel menirukan gaya bicara gin " aku rasa itu bukan pesan yang baik untuk pacarmu. Tapi terserahmu sajalah" ciel mencengkram pipi gin hingga mulutnya terbuka lebar dan memasukan besi yang telah dibakar ke dalam mulutnya.
         Gin mengerang dan meneriaki kata-kata yang tidak jelas. Setelah merasa cukup, ciel mengeluarkan besi panas itu dari mulut gin. Kini mulut gin setengah terbakar, lidahnya hancur dan  sudah sulit untuk berbicara.
         Ciel menyalakan api diseluruh sudut gubuk dan seketika api telah menjulur ke seluruh bagian gubuk. Ciel menyiapkan kameranya dan diarahkan ke arah gin yang masih merintih dan setengah memberontak. Ciel membakar kayu yang sudah dilapisi kain dan minyak tanah, lalu ia melemparnya tepat di depan Gin dan api itu langsung membakarnya dan menjalar ke kaki gin dan terus naik merayapi tubuh gin.
         Ciel terus menyaksikan detik-detik kematian gin. Lewat kameranya gin terlihat sangat menyedihkan menunggu ajalnya dan seperti mengucapkan sesuatu tanpa suara. Seketika api mulai ganas membakar diri gin, gin berteriak serak memanggil nama rose berkali-kali. Teriakanya semakin hilang saat gubuk itu hancur dihabisi oleh api dan mengubur gin didalamnya.
         Ciel mematikan kameranya, mengambil videonya dan menyelipkan dalam bingkisan yang tadi gin beli untuk rose. Ciel juga menempelkan foto gin dan rose dimana foto gin telah disilangkan dengan menggunakan darah serta setangkai mawar yang tangkainya telah dipatahkan untuk dikirim kepada rose dan julietnya.
         Ciel kembali memandang tarian api dihadapanya. Ia memejamkan matanya, menarik nafasnya yang sesak dan terus memanggil nama julietnya.
        "Aiu... aiu.. ai shiteru yo"