Duality of mind

Selasa, 26 Juni 2012

Kyan Yutaka movie thriller :「死ガ二人ヲワカツマデ...Till Death Do Us Part」"Shi ga futari wowakatsumade"

Yoshaaaa... minna san..!!

aye mau bagi-bagi bocoran film ato thriller bahasa kerennya.. *bener ga sih tu tulisan XDa*
ni bocoran film bikin saya shock berepisod-episod macam sinet di tipi lokal!! saya sampe ngucek mata berkali-kali saking ga percayanya. w w w~

yak~ diliat dari thumbnail videonya, pasti udah pada tau perihal apa yang bikin saya shock sampe cenat-cenut begitu.

silahkan liat sendiri cuplikannya di bawah ini, setelah itu mari kita shock berjamaah >w<) *siapin ember





saaa~ udah diliat? udah? shock ga? payah ih klo ga shock mah~ *ditabok reader*

itu..itu...!!! mukanya Kyan Yutaka yang biasa autis mahadewa nan geblek ga ketulungan ngalahin kajuki my beloved husband bisa jadi lempeng binti lurus begituuuuhh..!!! XD XD

saya masih shock..!! XDa
sepertinya akting dia lebih bagus dari yg saya bayangin. entah minum obat berapa ember coba, dia sampe bisa bener gitu? heeeh.. yaMpooon~~ saya masih rada ga percaya kyan bisa begitu XD *disiram
soalnya saya terbiasa dijejelin(?) video nista boch golden bomber yang seabrek-abrek itu, dan sekarang saya liat seorang kyan yutaka berwajah bener(?). mana dia manly banget disini. sumpah demi gigi kirisho, kyan ganteng ga ketulungan~ ohmyGackt,dia mencuri hatiku(??)

ok, ni film kliatannya seru. saya ga sabar pengen liat >w<)
selain ada kyan yutaka gitaris band fenomenal "Golden bomber", film ini juga dibintangi sama Aoi [Ayabie]
ini info selengkapnya..



Title: 「死ガ二人ヲワカツマデ...Till Death Do Us Part」"Shi ga futari wowakatsumade"

Cast:
監督・脚本:松村清秀 

出演:
喜矢武豊(ゴールデンボンバー)、
野水伊織、
中河内雅貴、
関智一、
川原正嗣、
上原歩、
高野八誠、
葵 (彩冷える)、
松尾れい子、
宮下ともみ、
吉田エマ、
山本カナコ(劇団☆新感線)、
村木仁、
郷本直也、
土倉有貴、
高樹京士郎、
高田聖子 (劇団☆新感線)、
誠直也、
宮内洋


source : Aoi From Ayabie Mex Fan @ youtube


yosh~ yosh~ skalian saya mau pamer*plak*
saya barusan ikutan manabu birthday project.. berhubung saya ga ahli gambar ato ngedit, saya juga ga senarsis bule-bule itu *dhuuag* jadi ya, cuma seadanya gini gambar saya .__.



yaah~ daripada tidak sama sekali kan? w w w~ miminnya juga minta foto asli saya sebenernya.
tapiii saya ga bakal upload disini tu foto asli, w w w~ bahaya ntar.. lol

ok~ saatnya tidur..
jaa mata~~ *lambe2 kaos Juri

Senin, 18 Juni 2012

D new look [Danzai no Gunner]



setelah rilis Dying message kemaren, D ngebut kejar setoran rilis single baru, Danzai no Gunner. preview PVnya juga udah ada, tapiii eke males copas videonya dimari XD *tabok*
dari secuil previewnya yg saya liat, keknya ceritanya memba D mau nolongin Tsune chan di PVnya. soalnya mereka kek masuk gedung, terus ada sekilas Tsune chan yg kek tidur di suatu ruangan gitu. aih~ jadi penasaran. >.<

yosha~ jangan berlama-lama ini dia nyuluknya mamas-mamas D.



huaaah.. satsugaaaa neee~~ honto ni kakkoi.. (>///<)d
ini dia yang bikin saya demen sama D, mereka konsisten sama gaya visual kei'nya walau udah major. yaah~ u know lah, kebanyakan band klo udah major pelan2 ngelepas style viskeinya. ga perlu disebutin, contohnya udah banyak kok XD. ga cuma style, musik mereka pun ga banyak perubahan setelah major.
yaaa~ thats why I love them..  *kisu hide zou/plak*

ini personal new looknya.



Asagi [Vocal]
ga ketinggalan itu softlens merah terangnya, hn, cakep dah pokoknya. tapi matanya agak gimane gitu ya XDa
*ditembak*






Ruiza [Guitar]
aaa~~ kawaii tenan Ruiza-nii.. >///<) bener aye demen sama nyuluknya yg ini. mane tu rambut jadi biru-biru gitu pula.. me gustaaaa..!!!



Hide zou [Guitar]
yak~ babang ganteng ini selalu kliatan ganteng di mata saya, kecuali pas dia naek roller coaster XD *dhuuaag* tapi saya lebih suka look'nya di pv huang di yami niblablabla itu, yg sebelum dying message.



Hiroki [Drum]
aaa~~ Hiroki san rambutnya kembali kriwil(?) *digetok stik drum* tetep cakeplah, tapi btw tu dada di ekspos gitu *ngiler*



Tsunehito [Bass]
cieh~ Tsune chan.. begini lebih bagus. klo mau cantik, cantik sekalian jangan nanggung >//<)d
tapi dia selalu kliatan macho klo ga pake outfit manggung kek gini. percayakah? XD


yaak~ segitu aja komen saya tentang new look baru D. klo kebanyakan kumen nanti saya disabet pake rambutnya Asagi(?) w w w~

Source : OHP

Sabtu, 16 Juni 2012

Mort de l'amour [Deluhi fanfic]


title : Mort de l'amour
author : Shinji Ai
genre : Fantasy, Romance, Angst, Shonen ai, MxM
fandom : Deluhi
pair : Juri x Leda
a/n : maap nyampah, cuma penpic galau. *tabok* free for untag m(_ _)m
dan ini mungkin sangat membosankan~

summary :
along with the whisper of a voice that spread my despair and tears dissolve me ...

   ][ ~ ][ ~ ][ ~  ][ ~ ][ ~ ][ ~ ][

All Leda POV

aku jatuh berlutut di atas hamparan pasir putih, saat aku berhenti berlari. lelehan air mata yang sudah tak bisa lagi kubendung akhirnya mengalir turun. melepaskan luapan rasa sakit dan ketakutanku yang tertahan. rasa sakit yang sebelumnya hanya berupa bayang-bayang itu kini jadi nyata. rasanya lebih perih dari yang kubayangkan. saat dekapan hangatnya perlahan menyatu dengan angin, membiaskan kristal-kristal pelangi dari embun di kedua sudut mataku. dalam wujud yang indah terpancar luka dan rasa kehilangan yang mendalam.

kedua kakiku terasa begitu lelah, tubuhku pun bergetar hebat menahan sesuatu yang terenggut paksa dari dalam diriku. bersama angin padang pasir, keheningan merangkulku dalam hampa. menggaungkan gema isak tangisku yang begitu pilu menginginkannya kembali. berharap, suaraku yang parau ini meraihnya. namun sia-sia, sejauh apapun angin membawa suaraku, ia tak akan mendengar. ia mungkin telah terbang jauh meninggalkanku, kembali ke tempatnya di bulan.

kedua tanganku menggenggam erat pasir-pasir putih di tempatku bersimpuh. rasa sesak yang terkunci ini tak tahu harus bagaimana aku melepaskannya. perlahan rasa yang tak bisa kulukiskan itu mulai menjalar di kepalaku, memutar kilasan-kilasan senyumnya yang tak ingin aku kehilangan. luka kasat mata ini semakin terkoyak melihat kilasan bayangnnya yang perlahan memudar. dihujam rasa sakit yang bertubi-tubi, tubuhku limbung. membuatnya terbaring di atas lautan pasir putih tempatku berpijak.

mataku terpejam, terombang ambing oleh kekosongan. detik demi detik waktu luruh tanpa menyisakan sedikit pun ruang untuk bernafas. sekaligus membakar mimpi dalam genggaman ku. di sebuah tempat aku terdampar, dengan sepasang sayap putih di punggungku. namun sayap itu tak mampu membawaku ke bulan. tak cukup kuat meretakkan pilar langit, tak cukup kuat menghancurkan rantai yang mengikat kedua kakiku di tanah. hubungan dari kesadaran dan luka nyataku yang tertaut menghentakkan tubuhku yang hancur kembali ke dalam gelap.

aku meringis menahan sakit. terluka sampai seperti ini tapi aku tak mati? kembali terombang-ambing dalam kekosongan, hampa, dan melayang jauh meningalkan kesadaran. semakin jauh menyelami masa laluku. mencari sisa-sisa ingatan, saat suara bisikannya yang begitu lembut melafalkan namaku,

"leda..."

bisikan itu begitu lembut hingga aku tak menyadari semakin dalam suara itu menorehkan luka didalam hatiku. suara itu seperti candu dan sebuah mata pisau. seolah aku tak bisa bernafas tanpanya, namun semakin aku menginginkannya semakin dalam aku terluka. aku ingin terus menikmatinya, aku tak ingin jauh dari suara itu, pemilik suara itu.

aku memejamkan mataku semakin erat, terus mengulang suaranya dalam benakku. persetan dengan rasa sakit! aku hanya ingin menikmatinya walau itu berarti aku melukai diriku sendiri, menipu diriku sendiri. biarkan sebentar saja aku merasakan puas akan kehadirannya dalam benakku walau itu hanya ilusi.

aku terus memejamkan mataku. menyelimuti diriku sendiri dengan rasa pedih dan tenang yang bergumul jadi satu di dalam ilusi. sakit dan tenang itu bersamaan menderaku. menangis dan tertawa bersamaan, memuaskan diriku sendiri dengan suaranya yang terus bergema dalam kepalaku.

sebuah sentuhan lembut menyusuri lekuk wajahku. lembut, perlahan, dan alunan hangat sebuah nafas yang begitu dekat. apa ini?? semakin tenggelamkah aku dalam fatamorgana yang kubuat sendiri? aku tak mau tahu itu. aku hanya ingin terus seperti ini.

"leda.. buka matamu..."

bisikan itu kembali menyerang indera pendengaranku. aku seperti tersesat dalam pusaran ilusi yang kubuat sendiri. jika aku membuka mata, hanya pahit kekecewaan yang akan kutelan. karenanya aku tetap terpejam, membiarkan diriku semakin tenggelam.

kecupan hangat di bibirku terasa lembut dan menenangkan. hingga perlahan menautkan kembali jiwaku yang telah jauh tenggelam. sepasang mataku perlahan membuka seiring dengan jiwaku yang tersadar. sinar matahari langsung menyambut saat aku perlahan membuka mata. aku mengerjapkan mataku, memastikan bayangan yang tercermin di dalam mataku. sosok itu menarik kedua sudut bibirnya, menciptakan sebuah lengkungan indah di wajahnya. sesuatu yang sangat menyakitiku ketika aku tahu, itu tidak nyata.

"leda, maafkan aku..."

aku terpaku menatap sosoknya yang benar nyata. ia kemudian merangkul tubuhku, dan membawanya dalam dekap hangat tubuhnya. perlahan aku mengeratkan dekapanku, merasakan kehadirannya yang benar-benar nyata. merasakan detak jantungnya yang mengalun pelan. alunan nafasnya yang hangat menerpa wajahku. itu semua nyata dan betapa aku menangisi kehadirannya kembali dengan perasaan membuncah.

"juri..." aku memanggil namanya lirih dan mendekapnya lebih erat lagi. air mata ini semakin tumpah, mengalir turun terus menerus.

"maafkan aku.." dia berkata lagi, dan segera kutatap sepasang mata silvernya.

"kenapa?" ucapku lirih, "aku men—"

"aku tahu. tapi ini tidak boleh terjadi, butterfly sepertimu tak boleh mencintai seseorang lumière sepertiku Leda."

hatiku yang semakin terluka berdarah melalui kedua sudut mataku. adakah sebuah kata diatas kata sakit yang mampu menggambarkan kepedihanku? aku hanya terus terdiam, mencoba menata nafasku. mengumpulkan butiran-demi butiran hatiku yang terbakar dan menyatu dengan pasir. hanya mendung di kedua mataku yang rasanya sulit kukendalikan.

"kumohon, jangan menangis." bisiknya lembut namun terdengar sama lirihnya dengan deru angin.

aku mengangkat wajahku, menatap kedua matanya. tampak sebuah sendu jauh di belakang retina matanya.

"aku mencintaimu Leda, tapi kumohon sejak sekarang berhenti mencintaiku. aku tak ingin bangsa butterfly hancur karena melawan hukum langit. aku masih ingin melihatmu..."

ia kembali mendekapku, memeluk dan mengusap lembut rambutku yang keemasan. setiap belaian lembut tangannya semakin dalam luka itu menyayat. takdir benar-benar menyakitiku saat tahu aku tak bisa lagi mencintainya. saat sebuah perasaan suci ini terbentur hukum langit yang akan memusnahkan seluruh bangsa butterfly.

salahku?

lalu pertemuanku dengannya, bukankah langit yang mengaturnya? saat aku menemukan Juri dalam keadaan sekarat di tempat ini. saat aku merawat dan kemudian mencintainya? aku tak pernah menuliskan sendiri seluruh takdirku bukan?
kenapa langit kemudian mempermainkanku dengan mudahnya? pada akhirnya nasib benar-benar menghancurkan semuanya.

"aku punya rasa sakit yang sama, melihatmu seperti ini rasanya aku akan hancur." setetes air mata Juri meluncur jatuh di akhir kalimatnya. nafasku tertahan sesak, melihat sebuah luka yang sama di balik wajah kukuhnya. sekilas aku melihat sosokku dalam pandangan matanya yang perlahan tenggelam dalam aliran waktu. sebelah tanganku kemudian menangkup wajahnya yang menunduk, membuatnya menatap lurus mataku yang basah. jemariku membelai lembut sisi wajahnya, dengan air mata yang tak bisa berhenti dari kedua mataku. aku terus membelainya.

Bunyi sebuah lonceng bergaung susul menyusul seirama hembusan angin. membuat Juri tersentak dan menjauhkan wajahnya. ia kemudian berdiri dan mengembangkan sepasang sayap hitamnya.

"Juri!!" aku bangkit dan memeluk tubuhnya dengan erat, menjatuhkan banyak air mataku di bahunya dengan sejuta luka yang turut mengalir.

"aku akan selalu melihatmu dari atas sana Leda, sungguh. aku mencintaimu..."

Juri melepaskan pelukanku dan perlahan bergerak mundur. dalam sekejap bayangannya benar-benar hilang dari pandanganku. ia benar-benar telah lenyap dari mataku. dengan dipayungi cakrawala aku bernaung dalam bayangan. melepas kepergiannya dengan luka abadi yang terukir di langit yang membentangkan jarak kami.

selamanya aku tak akan bisa berhenti. kesalahanku tak akan pernah hilang, terikat kekuatan langit. selamanya kakiku terantai di tanah. dalam kenyataan yang retak, mimpiku telah hancur. jika perasaan suci ini adalah sebuah kesalahan maka aku akan menghapusnya dengan darah. sejak rentang waktu memutus bayangan tentangnya dimataku, sejak itulah aku telah kehilangan jiwa.

sebuah kilat biru dari dua ujung jariku meretas aliran darah utamaku. menampilkan merah luka yang sesungguhnya. membaringkanku kembali di tempat semula. cairan merah itu terus mengalir tanpa arti, meninggalkan raga yang sudah kosong. dalam nafasku yang berat mengalun, suara gaung kehidupan menggema menjauh. aku akan terus tertidur sendiri di dunia yang sepi tanpa nafasnya. setidaknya aku tak akan menghancurkan kehidupan butterfly dengan kesalahanku. jantungku akhirnya mulai melambat, dan pandanganku mulai kabur. nafasku pun perlahan mengurai...

seiring dengan bisikan suara yang menyebarkan keputusasaanku dan air mata melarutkan aku...


  ~~~ Owari ~~~






bacot session :
gaje banget kan? =w=) mahap yah~
etto, ini sebenernya pengalaman pribadi yang diberi sedikit sentuhan ke"lebay"an author *curcol*
sebenernya mau pake pair 'ai x yuuto' *dibantai istri2 yuuto* tapi ga jadi, soalnya endingnya begono *plak
akhirnya setelah proses audisi(?) Juri dan Leda lolos kualifikasi XDa
jangan tanya kenapa ga kazuki x yuuto, saya ga mau!
udah numpuk ampe dilumutin noh ff juki x yuuto yg sad ending, saya ga mau lagi DX

Rosario —Colour Me Blood— [Chap 4]

Tittle : Rosario —Colour Me Blood— [Chap 4]
Author : Shinji Ai
Rating : M
Genre : Angst, DarkFict, OOC, Shonen Ai/BL/Yaoi, Tragedy hurt
Fandom : the GazettE, Deluhi, ScReW.
Pair : Aoi x Uruha, Reita x Ruki, Kazuki x Yuuto
BGM : SCREW - Dust box
a/n : this fic bassed on Sadie song ‘Rosario’, but its difficult for me, to make it as Song Fic. =.=)a
please enjoy minna.. ^_^)

======

angin dingin berhembus cukup kuat menerpa tubuhnya. butiran-butiran berwarna putih melayang turun dalam jumlah banyak, membuat pemdandangan sekilas tampak indah. Aoi tersenyum getir menatap butiran-butiran salju yang melayang. salju itu sebentar lagi akan berubah merah, gumamnya dalam hati. dari kejauhan telah tampak sebuah rumah kayu di pegunungan Ryohaku, tempat Rosario berada.

suara decitan pintu membuat Uruha terbangun. lantai kayu di bawah kakinya adalah pemandangan pertama yang dilihat saat pertama kali membuka matanya. rasa sakit dan ngilu perlahan menjalari tubuhnya saat ia mulai mendapatkan kesadaran sepenuhnya. laki-laki itu mengangkat wajahnya, menatap tempat sekelilingnya.

hanya ruangan cukup luas dan berdinding kayu, dan dirinya berada tepat di tengah ruang itu. duduk dengan tubuh terikat di sebuah kursi, dan mulutnya yang ditutup dengan sebuah plester hitam. Uruha menggeliat, berusaha melonggarkan ikatan di tubuhnya. namun sia-sia, tubuhnya terasa sakit di beberapa bagian saat ia berusaha bergerak sedikit demi sedikit.

"sudah sadar, rupanya.." Laki-laki itu berjalan mendekat ke arahnya dengan tersenyum.

kedua mata uruha membulat, ia kembali memberontak dan menggumam, entah apa yang sedang diteriakkannya. namun laki-laki itu justru tersenyum semakin lebar.

"tenanglah Uruha, Aoimu sudah datang. dan sebentar lagi kau akan melihat, apa yang seharusnya kau lihat." bisikan laki-laki itu di telinga uruha, membuatnya risih. tak ada yang bisa ia lakukan selain menatapnya dengan tajam, saat laki-laki itu membelai sisi wajah uruha dengan lembut.

"dari tatapanmu sepertinya kau bertanya-tanya, kenapa aku melakukan ini kan?" ia menatap lekat-lekat sepasang mata uruha. "aku benci... melihat kau tersakiti, Shima chan. aku mencintaimu." tatapan Uruha saat itu menunjukan betapa ia sangat terkejut dengan laki-laki di hadapannya ini. "kau tahu, betapa aku tersiksa melihatmu menderita seorang diri. sementara aku hanya bisa menatapmu dari sisi yang kau tak pernah sadari. tak ada yang bisa aku lakukan untuk menarikmu dari kegelapan, Uruha.."

tatapan Uruha yang semula tajam kini melembut saat laki-laki itu menjauhkan wajahnya. kedua sudut matanya mulai basah setelah sekian lama mengering. air mata yang menggenang di pelupuk matanya akhirnya luruh.  laki-laki itu membungkukan tubuhnya. mensejajarkan wajahnya dengan uruha.  jemarinya kembali mengusap sisi-sisi wajah Uruha, menyeka dengan lembut air mata dari wajah Uruha.  tiba-tiba pintu di ruangan itu terbuka. Uruha yang berseberangan dengan pintu bisa melihat sosok Aoi yang tengah berdiri di ambang pintu. 

"Uruha..!!" Aoi setengah berteriak memanggil namanya. tatapan matanya kemudian beralih pada sosok pria yang berdiri membelakanginya, “tunjukan dirimu pecundang!!”

sebelah sudut bibirnya tertarik,  laki-laki itu dengan jelas dapat merasakan rasa takut dari teriakan Aoi tadi.  dengan perlahan ia membalikkan tubuhnya, membiarkan Aoi menuntaskan rasa penasarannya. ia tersenyum sinis saat sepasang mata Aoi tampak terbelalak melihat dirinya. rasanya ia tak butuh pemenang dalam permainan ini. baginya, ekspresi Aoi saat itu sudah merupakan suatu kemenangan yang telak baginya.

"keparat kau!! apa maksudmu melakukan semua ini?!" Aoi menghardik laki-laki dihadapannya, sambil mengarahkan revolvernya tepat ke arah laki-laki yang sedang tersenyum menghinanya itu. "lepaskan uruha!!"

laki-laki itu tersenyum sinis, "aku kira, Kai sudah memperingatkanmu dengan baik. tapi sepertinya memang kau yang terlalu bodoh, Aoi. harus kukatakan, kau dan Gackt sama berbeda jauh. kau tak pantas menjadi pemimpin Yakuza, menggantikan ayahmu."

"aku tak butuh omong kosongmu, pecundang!! lepaskan Uruha sekarang juga!!"

"tidak, sebelum aku melihat darahmu menggenang dan mewarnai salju di Shirakawa ini."
laki-laki itu mengeluarkan sebuah pisau lipat dari dalam sakunya. diarahkannya mata pisau itu ke leher Uruha, sementara sebelah tangannya menggenggam erat Baretta yang diarahkannya tepat ke arah Aoi.

revolver di genggaman Aoi tampak bergetar, seluruh amarahnya seolah terkumpul di ujung tangannya. “cih, benar-benar brengsek kau, Reita!!”

Reita hanya menanggapinya dengan senyum melecehkan, "aku ingin sedikit bermain-main, bagaimana kalau kita buat kesepakatan?! aku akan melepaskan satu persatu ikatan Uruha, namun dengan sebuah jaminan." senyum sarkatis kembali menghiasi wajahnya.

"apa maksudmu?"

"satu ikatan yang kubuka, sama dengan satu peluru yang bersarang di tubuhmu!"

tanpa memberi peringatan Reita segera menarik pelatuk revolvernya. beruntung Aoi segera berbalik dan menyembunyikan tubuhnya di balik dinding, hingga peluru itu tak jadi menembus tubuhnya. suara derap langkah terdengar menjauh setelah itu. membuat Reita berdecak kesal,

“ck, !! kau yang pengecut Aoi!!”

Reita membuang pisau di tangannya, dan meninggalkan ruangan itu untuk mengejar Aoi.  dengan nafas memburu ia mempercepat langkahnya. dengan cermat ia perhatikan jejak-jejak di lantai kayu, dan mengikutinya. namun tiba-tiba jejak itu menghilang. belum sempat berpikir, sebuah suara letupan pistol memberondongnya dari arah belakang. Reita segera berguling dan menyembunyikan tubuhnya di balik sebuah sofa. tanpa melihat, reita membalas tembakan-tembakan itu. ia hanya mengandalkan pendengarannya dan instingnya sebagai seorang pembunuh.

hujan peluru yang membabi buta, meluluh lantakan seluruh isi ruangan. beberapa hiasan jatuh dan sebuah figura tampak hancur dengan pecahan kaca yang bertebaran. keadaan itu sempat bertahan beberapa detik sampai terdengar suara erangan, yang seketika menghentikan hujan peluru itu.

dengan hati-hati Reita mengintip dari pinggir sofa. dilihatnya revolver milik Aoi yang sudah terlempar, dan darah yang perlahan mulai menggenang. Reita memberanikan diri keluar dari persembunyiannya, dan kemudian menghampiri Aoi yang terduduk. nafasnya tampak terengah dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya.

“hah, kena juga!! aku bahkan tak melihat saat menembakmu tadi!! kau benar-benar pecundang Aoi!!”
Reita tertawa terbahak-bahak melihat keadaan Aoi yang begitu menyedihkan dimatanya. tanpa sepengetahuan Reita, Aoi mulai mengeluarkan sebuah pecahan kaca dari figura yang terjatuh. dengan gerakan cepat ia menyabet pecahan kaca itu ke arah kedua kaki Reita.  pecahan kaca itu menyayat kedua kakinya sekaligus, dan dengan jarak yang cukup dekat pecahan kaca itu tah hanya menyayat bagian kulit, namun hingga tembus ke otot halus di betisnya.

seketika tubuh Reita ambruk, dan ia mengerang cukup keras merasakan perih dan ngilu hebat di kedua kakinya. jerit kesakitan Reita tak berhenti sampai disitu. Aoi dengan cepat mengambil serpihan-serpihan kaca yang lain dan menusukkannya di kaki-kaki Reita. Aoi membenamkan serpihan kaca itu sedalam-dalamnya di kaki reita, hingga menembus ked aging dan otot-otot halus di kakinya.  Reita semakin menggelepar menahan sakit yang bertubi-tubi menyiksanya.  di tengah rasa sakit yang menghujamnya, ia masih berusaha menggapai barretanya yang terlempar cukup jauh.


merasa tak cukup, Aoi kemudian bangkit dan menghajar wajah reita dengan kepalan tangannya. terus bertubi-tubi mendaratkan kepalan tangannya di wajah laki-laki itu. darah kemudian mengalir deras dari hidung dan mulut reita.    

Tittle : Rosario —Colour Me Blood— [Chap 4]
Author : Shinji Ai
Rating : M
Genre : Angst, DarkFict, Romance, OOC, Shonen Ai/BL/Yaoi, Tragedy hurt.
Fandom : the GazettE.
Pair : Aoi x Uruha, and one secret pairing, find out by yourself! *ditabok reader*
BGM : SCREW - Dust box, Rentrer en soi - I hate myself and want to die
a/n : this fic bassed on Sadie song ‘Rosario’, but its difficult for me, to make it as Song Fic. =.=)a
please enjoy minna.. ^_^)

======


Even if I'm reborn, I will be closer at your side than anybody else For eternity, forever...


][ ~ ][ ~  ][  ~ ][ ~ ][ ~ ][ ~ ][ ~ ][



suara decitan pintu membuat Uruha terbangun. lantai kayu di bawah kakinya adalah pemandangan pertama yang dilihat saat pertama kali membuka matanya. rasa sakit dan ngilu perlahan menjalari tubuhnya saat ia mulai mendapatkan kesadaran sepenuhnya. laki-laki itu mengangkat wajahnya, menatap tempat sekelilingnya berada.

hanya ruangan tak begitu luas berdinding kayu, dan dirinya berada tepat di tengah ruang itu. duduk dengan tubuh terikat di sebuah kursi, dan mulutnya yang ditutup dengan sebuah plester hitam. Uruha menggeliat, berusaha melonggarkan ikatan di tubuhnya. namun sia-sia, tubuhnya terasa sakit di beberapa bagian saat ia berusaha bergerak sedikit demi sedikit.

"sudah sadar, rupanya.." Laki-laki itu berjalan mendekat ke arahnya dengan tersenyum.

kedua mata uruha membulat, ia kembali memberontak dan menggumam, entah apa yang sedang diteriakkannya. namun laki-laki itu justru tersenyum semakin lebar.

"tenanglah Uruha, Aoimu sudah datang. dan sebentar lagi kau akan melihat, apa yang seharusnya kau lihat." bisikan laki-laki itu di telinga uruha, membuatnya risih. tak ada yang bisa ia lakukan selain menatapnya dengan tajam, saat laki-laki itu membelai sisi wajah uruha dengan lembut.

"dari tatapanmu sepertinya kau bertanya-tanya, kenapa aku melakukan ini kan?" ia menatap lekat-lekat sepasang mata uruha. "benci!! aku benci... melihat kau tersakiti, Shima. aku mencintaimu." tatapan Uruha saat itu menunjukan betapa ia sangat terkejut dengan ucapan laki-laki di hadapannya ini. "kau tahu, betapa aku tersiksa melihatmu menderita seorang diri. sementara aku hanya bisa menatapmu dari sisi yang kau tak pernah sadari. tak ada yang bisa aku lakukan untuk menarikmu dari kegelapan, Shima.."

tatapan Uruha yang semula tajam kini melembut saat laki-laki itu menjauhkan wajahnya. kedua sudut matanya mulai basah setelah sekian lama mengering. air mata yang menggenang di pelupuk matanya akhirnya luruh.  laki-laki itu membungkukan tubuhnya. mensejajarkan wajahnya dengan uruha.  jemarinya kembali mengusap sisi-sisi wajah Uruha, menyeka dengan lembut dan penuh rasa sayang, air mata yang berlinangan dari wajah Uruha.  tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Uruha yang berseberangan dengan pintu bisa melihat sosok Aoi yang tengah berdiri di ambang pintu. 

"Uruha..!!" Aoi setengah berteriak memanggil namanya. tatapan matanya kemudian beralih pada sosok pria yang berdiri membelakanginya, “tunjukan dirimu pecundang!!”

sebelah sudut bibirnya tertarik,  laki-laki itu dengan jelas dapat merasakan rasa takut dari teriakan Aoi tadi.  dengan perlahan ia membalikkan tubuhnya, membiarkan Aoi menuntaskan rasa penasarannya. ia tersenyum sinis saat sepasang mata Aoi tampak terbelalak melihat dirinya. rasanya ia tak butuh pemenang dalam permainan ini. baginya, ekspresi Aoi saat itu sudah merupakan suatu kemenangan yang telak baginya.

"keparat kau!! apa maksudmu melakukan semua ini?!" Aoi menghardik laki-laki dihadapannya, sambil mengarahkan revolvernya tepat ke arah laki-laki yang sedang tersenyum menghinanya itu. "lepaskan uruha!!"

laki-laki itu tersenyum sinis, "aku kira, Kai sudah memperingatkanmu dengan baik. tapi sepertinya memang kau yang terlalu bodoh, Aoi. harus kukatakan, kau dan Gackt sama berbeda jauh. kau tak pantas menjadi pemimpin Yakuza, menggantikan ayahmu."

"aku tak butuh omong kosongmu, pecundang!! lepaskan Uruha sekarang juga!!"

"tidak, sebelum aku melihat darahmu menggenang dan mewarnai salju di Shirakawa ini."
tangan kiri laki-laki itu mengeluarkan sebuah pisau lipat dari dalam sakunya. diarahkannya mata pisau itu ke leher Uruha, sementara sebelah tangannya menggenggam erat Revolver yang diarahkannya tepat ke arah Aoi.

revolver di genggaman Aoi tampak bergetar, seluruh amarahnya seolah terkumpul di ujung tangannya. “cih, benar-benar brengsek kau, Reita!!”

Reita hanya menanggapinya dengan senyum melecehkan, "aku ingin sedikit bermain-main, bagaimana kalau kita buat kesepakatan?! aku akan melepaskan satu persatu ikatan Uruha, namun dengan sebuah jaminan." senyum sarkatis kembali menghiasi wajahnya.

"apa maksudmu?"

"satu ikatan yang kubuka, sama dengan satu peluru yang bersarang di tubuhmu!"

tanpa memberi peringatan Reita segera menarik pelatuk Revolvernya. beruntung Aoi segera berbalik dan menyembunyikan tubuhnya di balik dinding, hingga peluru itu tak jadi menembus tubuhnya. suara derap langkah yang  terdengar menjauh setelah itu, membuat Reita berdecak kesal.

“ck,!! kau yang pengecut Aoi!!”

Reita membuang pisau di tangannya itu ke lantai, dan meninggalkan ruangan itu untuk mengejar Aoi.  dengan nafas memburu ia mempercepat langkahnya. sepasang matanya memindai dengan cermat jejak-jejak di lantai kayu, dan mengikutinya. namun tiba-tiba jejak itu menghilang. belum sempat berpikir, sebuah suara letupan pistol memberondongnya dari arah belakang. Reita segera berguling dan menyembunyikan tubuhnya di balik sebuah sofa. tanpa melihat, reita membalas tembakan-tembakan itu. ia hanya mengandalkan pendengaran dan instingnya sebagai seorang pembunuh.

hujan peluru yang membabi buta, meluluh lantakan seluruh isi ruangan. beberapa hiasan jatuh dan sebuah figura tampak hancur dengan pecahan kaca yang bertebaran. keadaan itu sempat bertahan beberapa detik sampai terdengar suara erangan, yang seketika menghentikan hujan peluru di ruangan itu.

dengan hati-hati Reita mengintip dari pinggir sofa. dilihatnya revolver milik Aoi yang sudah terlempar, dan darah yang perlahan mulai menggenang. Reita memberanikan diri keluar dari persembunyiannya, dan kemudian menghampiri Aoi yang terduduk dengan luka di kakinya. nafasnya tampak terengah dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya.

“hah, kena juga!! aku bahkan tak melihat saat menembakmu tadi!! kau benar-benar pecundang Aoi!!”
Reita tertawa terbahak-bahak melihat keadaan Aoi yang begitu menyedihkan dimatanya. tanpa sepengetahuan Reita, Aoi mulai mengeluarkan sebuah pecahan kaca dari figura yang terjatuh. dengan gerakan cepat ia menyabet pecahan kaca itu ke arah kedua kaki Reita.  pecahan kaca itu menyayat kedua kakinya sekaligus, dan dengan jarak yang cukup dekat pecahan kaca itu tak hanya menyayat bagian kulit, namun hingga tembus ke otot halus di betisnya.

seketika tubuh Reita ambruk, ia mengerang keras merasakan perih dan ngilu hebat di kedua kakinya. jerit kesakitan Reita tak berhenti sampai disitu. Aoi dengan cepat mengambil serpihan-serpihan kaca yang lain dan menusukkannya di kaki-kaki Reita. Aoi membenamkan serpihan kaca itu sedalam-dalamnya di kaki reita, hingga menembus ke daging dan otot-otot halus kakinya. Reita semakin menggelepar menahan sakit saat kulit dan dagingnya terkoyak-koyak oleh pecahan kaca. di tengah rasa sakit yang bertubi-tubi menghujamnya, ia masih berusaha menggapai Revolvernya yang terlempar cukup jauh.

belum sempat tangannya menggapai revolver miliknya, sosok Aoi yang ternyata masih bisa berdiri, menyeringai licik dihadapannya. Aoi menginjak tangan Reita yang berusaha menggapai Revolver, ia menginjaknya dengan penuh tekanan hingga menimbulkan bunyi gemeretak tulang-tulang patah dari tangan Reita. merasa tak cukup, Aoi kemudian mengangkat Reita dengan menarik kerah bajunya. tanpa ampun Aoi menghajar wajah reita dengan kepalan tangannya. ia terus bertubi-tubi mendaratkan kepalan tangannya di wajah laki-laki itu. darah kemudian mengalir deras dari hidung dan mulut reita.

"masih bisa kau tersenyum merendahkan aku seperti tadi, hah??!! masih bisa??!!" Aoi kembali menghajar Reita yang bahkan sudah kesulitan untuk bernafas. "aku tak bodoh, heh!! kau tau??! pelurumu itu hanya mengenai kakiku, tapi tak tepat sasaran!! aku sengaja melakukannya untuk memancingmu, sialan!!" dengan keras Aoi membenturkan kepala Reita ke tembok, lalu membiarkan laki-laki itu tersungkur.

saat Aoi menjauh, ia melihat reita tampak tersenyum dan hampir tertawa walau dengan wajah bersimbah darah seperti itu. seolah ia begitu menikmati penderitaan yang sedang dialaminya. tawanya dengan nafas yang terputus itu makin membuat Aoi emosi, diambilnya revolver yang tergeletak tak jauh dari kakinya. dua tembakan tepat diarahkannya ke perut Reita. ia sengaja tak menembak bagian vital, karena Aoi ingin Reita mati perlahan-lahan.

mata Reita terpejam menahan sakit saat peluru itu melesak masuk ke dalam perutnya. ia dapat merasakan sendiri darahnya yang mengalir dari dua lubang peluru di perutnya. perlahan kelopak matanya membuka, bersamaan dengan luruh air matanya.  

"aku puas..." bisiknya lirih, "aku puas mencintainya dengan segenap rasa sakit.." lanjutnya dengan suara yang nyaris tak terdengar.

"bicara apa kau hah??!! Rosario sial!! tak akan ada lagi kebanggaan atas nama Rosario!! Rosario menjemput kematiannya di tanganku—"

Aoi mendadak berhenti bicara. ia merasakan sakit di tengah dadanya. ia meraba bagian dadanya, dan sebuah cairan kental terasa membasahi tangannya. darah!! ada darah yang mengalir deras dari sebuah lubang peluru di dadanya. Aoi menoleh ke arah samping. sosok Uruha dengan tatapan dingin dan revolver di tangannya terpantul di mata Aoi. Uruha mendekat dengan terus menekan pelatuk revolvernya berkali-kali. menyarangkan peluru-peluru peraknya di tubuh Aoi. tubuh Aoi tersentak, dan mundur beberapa langkah hingga tubuhnya bersandar di tembok. kedua kakinya terasa tak sanggup menopang berat tubuhnya, ia perlahan terduduk dengan bersandar tembok.

Uruha melakukan sama seperti yang Aoi lakukan pada Reita. walau tembakannya terkesan tak berarah, namun Uruha tak menyentuh sama sekali bagian vital di tubuh Aoi. membiarkannya mati perlahan.

dengan hati-hati Uruha meletakan tubuh Reita yang sudah tak berdaya di pangkuannya. ia mendekap tubuh teman masa kecilnya itu dengan begitu erat. "Rei..!! maafkan aku!!" Uruha terisak sambil terus memeluk Reita. "ue bodoh!! tak harusnya kau lakukan ini semua, kenapa tak kau katakan sejak awal dirimu sebenarnya?! untuk apa melindungiku hah?!" dengan tatapan yang begitu tegar, Uruha menatap Reita. namun nyatanya air mata itu tetap mengalir dari kedua sudut mata hazzelnya, tampak kontras dengan ekspresi Uruha yang tetap kukuh. bagaimanapun, Reita adalah satu-satunya teman masa kecil Uruha, yang sangat berharga baginya.

laki-laki yang tengah dalam sekarat itu tersenyum menyambut jemari Uruha yang mengusap lembut wajahnya, menyeka darah yang mengalir dan membasahi wajahnya, "sudah kubilang... aku mencintaimu 'kan, Shima? aku ingin kau.. berhenti mengotori tanganmu..." Reita mengambil nafas sebelum melanjutkan kalimatnya, "jika aku terlahir kembali... aku akan berada dekat denganmu... lebih dari siapapun, selamanya... melindungimu lagi.. shima.."

"lalu ruki??!!"

Reita hanya menggeleng perlahan menjawab pertanyaan itu. ia tak punya cukup banyak waktu untuk menjelaskannya. Ruki memang orang yang ada dihatinya, namun tak pernah menggantikan tempat Uruha.

setetes embun tampak mengalir dari salah satu sudut mata Uruha yang terpejam. menahan perasaan sakit yang perlahan  menyelinap dalam hatinya, menyaksikan Reita yang terbata mengucapkan janji dalam tarikan nafasnya yang terakhir. janji untuk melindunginya. Uruha mendekatkan wajahnya, mengecup lembut bibir Reita. darah dan air mata mengalir jadi satu saat bibir mereka saling bertaut untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Uruha merasakan hembusan terakhir nafas Reita yang hangat, ia pun perlahan merasakan suhu tubuh Reita yang mulai turun, dan bibirnya yang perlahan kaku dalam kecupannya.

ia menjauhkan wajahnya, menatap Reita yang tampak terpejam dengan damai dalam pangkuannya. "aishiteru mo.. Rei.."

apa yang dilihatnya terasa begitu menyakitkan bagi Aoi, bahkan mengalahkan rasa sakit yang sesaat lalu mendera tubuhnya. "Uru..."

Uruha terkesiap mendengar suara Aoi yang memanggil namanya lirih. laki-laki berparas cantik itu memandang Aoi dengan begitu tajam, "kau ingat saat pertama kali kau membunuh seseorang, di Shirakawa?" tanyanya dengan nada yang begitu tajam. "ingatkah saat kau memandangku dengan begitu rendah saat itu?! aku yang meminta belas kasihan padamu brengsek!! aku..!!! itu aku!!!" Uruha menjerit, melepaskan emosinya yang tertahan sejak bertahun-tahun lalu.

ekspresi wajah Uru yang begitu emosi beberapa detik lalu, kini mendadak hilang. tak ada rona apapun dalam tatapannya yang kini datar dan dingin, "sejak hari itu, aku putuskan untuk membunuh perasaanku. membiarkan dendam menuntunku dalam kegelapan. akulah, Rosario yang kau cari, bukan Reita."

jantung Aoi seolah berhenti. apa yang ia rasakan saat ini, mungkin Uruha sudah tak akan memperdulikannya lagi. Jika Uruha hendak menghancurkannya melalui perasaannya, ia sudah melakukannya. Perasaan Aoi untuk Uruha lebih dalam dari yang tampak. ia bahkan tak berani menyakiti Uruha seujung kuku sekalipun. namun mengetahui fakta dirinyalah yang membunuh orang-orang berharga bagi kekasihnya itu, ia tak bisa memaafkan dirinya sendiri. betapa sulit menerima keadaan dirinya saat itu. melihat sosok Reita yang kaku dalam dekapan Uruha, membuat perasaannya semakin hancur. ia bahkan tak cukup pantas disamakan dengan Reita yang merelakan nyawanya untuk Uruha.

tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, karena tak akan ada kata yang bisa ia ungkapkan untuk menjelaskan perasaanya saat itu. dalam tatapannya yang kosong, air mata tak berhenti mengalir dari sepasang matanya yang berwarna kelam. tubuhnya seolah membatu. luka-luka di tubuhnya tak lagi terasa, tertutup oleh rasa sakit dan hancur perasaannya sendiri.

dilihatnya Uruha membawa jasad Reita keluar dari rumah itu. beberapa saat kemudian ia kembali, namun Uruha tampak tak menghiraukan keberadaan Aoi. ia terus sibuk menyiramkan cairan di sekeliling rumah kayu itu. setelah selesai, ia kemudian mendekati Aoi. berdiri dengan angkuh di hadapan kekasihnya sebagai Rosario.

"kau tahu, kenapa aku mengulur waktu kematianmu?" Uruha menatap lurus kedua mata Aoi, "karena aku, mulai mencintaimu..."

sepasang mata Aoi membulat sempurna mendengar kata-kata terakhir Uruha. ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari uruha yang terus berjalan meninggalkannya. di ambang pintu sosok itu berbalik, menatapnya untuk yang terakhir kali dengan senyum yang terkembang di wajahnya. senyum yang amat disukainya. kemudian Uruha berlalu setelah melemparkan pemantik yang menyala ke rumah itu. api seketika menjalar dengan cepat, merambati tiap sudut rumah tanpa meninggalkan sisa ruang sedikitpun.

Uruha yang membawa jasad Reita terus melangkah menjauhi rumah yang sudah terbungkus api dengan sempurna di belakangnya. membiarkan sosok Aoi terbakar di dalam sana. melakukan hal yang sama seperti kejadian bertahun-tahun yang lalu, saat Aoi membakar jasad kedua orang tuanya.


—OWARI—






yatta ne~ akhirnya selese juga.. lunas sudah hutang saya.
gomenasai untuk akhir yg sangat gaje dan terlalu memaksakan ini m(_ _)m
klo ada typo dan kalimat janggal harap maklum. bikin pake sistem SKS
[Sistem Kebut Semalam] *bahasa mahasiswa/plakk*
jangan tanya kenapa endingnya gini, karena saya juga ga tau kenapa gini endingnya(???)

kritik, saran, koment, correction are wellcome!
thx for reading!! ^0^)/
oya satu lagi, rata2 tebakan minna san semua bener.
cuma saya mau bikin rancu sedikit XD *disambit telor

Tittle : Rosario —Colour Me Blood— [Chap 3]



Tittle : Rosario —Colour Me Blood— [Chap 3]
Author : Shinji Ai
Rating : M
Genre : Angst, DarkFict, OOC, Shonen Ai/BL/Yaoi, Tragedy hurt
Fandom : the GazettE, Deluhi, ScReW.
Pair : Aoi x Uruha, Reita x Ruki, Kazuki x Yuuto
BGM : DAMNATION — Rentrer en soi
a/n : this fic bassed on Sadie song ‘Rosario’, but its difficult for me, to make it as Song Fic. =.=)a
please enjoy minna.. ^_^)


][ = ][ = ][ = ][ = ][ = ][ = ][ = ][ = ][


A week after Byou's death...

suasana tegang seolah tak pernah menguap dari tempat itu. Kematian Gackt, disusul beberapa peristiwa pembunuhan yang terjadi selanjutnya memaksa Aoi untuk lebih waspada. sejak Kai memberikan pendapatnya, saat itulah ia mulai membangun dinding transparan di antara keempat sahabatnya. ia bahkan membuat jarak yang cukup jauh dari anak buahnya yang lain. berjaga-jaga dari semua kemungkinan yang bisa terjadi. siapapun diantara mereka yang tersenyum padanya, bisa saja sedang menyembunyikan belati dan bersiap menikamnya kapan saja.

"Aoi, dia sudah datang."

sapaan Ruki seketika menguraikan isi pikirannya yang pekat. dengan isyarat tangan ia menyuruh Ruki, membawa masuk orang yang dimaksud ke dalam ruangannya. seorang laki-laki dengan T-shirt hitam memasuki ruangannya dengan santai. ia terlihat begitu santainya dan mengacuhkan tatapan tak suka dari beberapa orang di dalam ruangan itu.

"yo, Aoi san!"

Aoi menatap laki-laki dihadapannya dengan serius, "tak perlu basa-basi, cepat laporkan hasil pekerjaanmu Juri."

laki-laki bernama Juri itu mengamati sekelilingnya, dan kemudian tersenyum "aku hanya dibayar untuk mengatakan informasi ini padamu, bukan pada banyak orang. ini informasi mahal, Aoi san."

Reita bangkit setelah mendengar apa yang dikatakan Juri. ia melangkah keluar namun sudut matanya tak lepas dari sosok Juri yang balas menatapnya dengan sebuah senyuman picik. disusul dengan Ruki dan Uruha, hingga kini hanya ada mereka berdua dalam ruangan khusus itu. 

Juri mengedarkan pandangannya, memastikan tak ada lagi orang yang tersisa, "cara kerjanya sangat rapih, dan tersusun dengan pola yang sangat aku kenali."

Aoi mulai menegakkan tubuhnya, "maksudmu?"

"hanya ada satu orang bisa bekerja dengan pola rumit seperti itu. dia juga yang telah mengatur strategi dan sengaja menggiring anak buahmu untuk melakukan transaksi di tempat yang ia inginkan. ia melakukan semuanya tanpa kau sadari."

"bagaimana bisa? aku sendiri yang menentukan dimana lokasi transaksi itu! aku bahkan tak pernah bicara pada siapapun kecuali anak buahku yang benar-benar terikat denganku."

Juri tersenyum tipis, "begitukah? berarti kau tak perlu jauh-jauh mencari tahu siapa Rosario."

Nama itu akhirnya muncul lagi, membuat darah Aoi mengalir dengan cepat ke kepala. menimbulkan rasa sakit yang menyengat, "Rosario lagi?! dia yang menggagalkan transaksiku kemarin? brengsek!! benar-benar brengsek!!"

"tapi sebenarnya, yang menyadap, merakit bom, dan merencanakan semua dengan pola yang kumaksud itu bukan Rosario. orang ini bekerja untuk Rosario."

Aoi memegangi dahinya yang semakin terasa sakit, "sudahlah Juri, jangan berbelit-belit!! kepalaku sakit mendengar nama itu berulang kali!!"

"kazuki... dia yang mengatur semuanya, di bawah perintah Rosario. Kazuki bukan anak buahmu yang terikat bukan? jadi ia tak mungkin tahu semua bisnis dan urusanmu, jika tak ada yang memberi tahu. kau mengerti maksudku 'kan?"

sepasang mata Aoi membulat sempurna. ia tentu tak asing dengan nama itu. sejujurnya ia menaruh kepercayaan yang cukup besar dan seketika rasa percaya itu runtuh mendengar semua penjelasan Juri. Aoi mengepalkan tangannya erat, menahan desir amarahnya yang semakin mendesak.

"di mana dia sekarang?!" tanya Aoi dengan suara yang lebih tinggi.

"terlambat, sehari setelah kematian Byo dia pergi meninggalkan Tokyo bersama Yuuto. entah dimana dia sekarang."

Aoi meraih sebuah gelas wine di hadapannya lalu dengan sekuat tenaga ia melemparkannya ke arah tembok hingga hancur. rasa kesal dan kecewa dalam dadanya terasa begitu menyesakkan dan butuh penyaluran. sementara Juri hanya menatap datar pada pecahan gelas yang kini berserakan di lantai.

"sepertinya memang tujuan terakhirnya adalah kau, Aoi san. tapi mengapa ia tak segera membunuhmu setelah Byou? kenapa ia mengulur waktu? semakin lama, jati dirinya bisa segera diketahui bukan?"

ruangan itu kembali sunyi, Aoi hanya memikirkan sendiri semua pertanyaan Juri dalam benaknya. tak lama berselang wajah juri tampak begitu kaget. setelah sadar dari lamunannya, saat itu juga pendengaran Aoi mendengar suara gaduh dan beberapa kali terdengar suara letusan pistol yang samar karena diberi peredam.


***********


suara langkahnya terdengar menggema di lorong. laki-laki bertubuh tinggi itu kemudian berhenti di sebuah pintu bercat hitam. sosoknya kemudian menghilang di balik pintu yang kemudian tertutup rapat.
di dalam ruangan yang remang itu ia menempatkan tubuhnya di sebuah kursi coklat besar di balik meja kerja. ia kemudian menyandarkan punggungnya, mata yang selalu tampak sendu itu kini terlihat lebih mendung. suasana yang hening perlahan menuntun kelopak matanya untuk terpejam.

ruangan itu kembali sunyi, hanya terdengar suara detak jam dinding. dalam matanya yang terpejam berselimut sunyi, hatinya berteriak keras mengutuk takdir yang terasa begitu hina mempermainkan dirinya. semua yang ia lakukan telah menjadikannya seseorang yang bahkan lebih rendah dari semua orang yang dianggap musuh-musuhnya. ia menjelma menjadi sosok yang tak dikenalnya, dan ia tak lebih baik dari semua orang yang hina dalam pandangannya.  dalam rasa penat dan frustasi akan dirinya sendiri kilasan-kilasan peristiwa sekian tahun silam justru berputar dalam benaknya. bagai mimpi buruk yang menyeretnya dengan paksa ke dalam pusaran masa lalu.

.

.

anak laki-laki kecil itu meraung disamping tubuh ayahnya yang terdiam kaku dengan mata terbelalak. tangan kecilnya berusaha mengguncang sosok ayahnya. dalam rasa takut dan bingungnya terdengar suara lirih memanggil namanya. ia menoleh, melihat sosok wanita yang menjulurkan tangan ke arahnya.

"kaasan..."

ia bangkit dan bermaksud menghampiri ibunya. namun langkahnya terhenti saat seorang laki-laki dengan jas hitam keluar dari ruangan tempat dimana ibunya berada. tiga orang laki-laki bertubuh kekar keluar dari ruang yang sama, mengiringi laki-laki yang keluar lebih dulu. sekilas ia melihat, semua orang asing itu memiliki tatto yang sama di pergelangan tangan kiri mereka. namun anak laki-laki itu tak peduli, ia kemudian berlari menghampiri ibunya, memeluk dan mendekapnya dengan erat.

"kaasan..apa yang terjadi?! kaasan.. katakan sesuatu..!!!" jerit anak laki-laki itu.

wanita itu berusaha tenang walau nafasnya mulai tersengal. dengan sisa tenaga dan tarikan nafasnya yang terputus-putus, ia memandangi wajah putranya, mengusap lembut pipinya yang telah basah oleh air mata.

"jangan kau bawa amarahmu hari ini.. lupakan.. kaasan, tak ingin kau jadi seperti mereka.. berjanjilah.."

perhatian anak laki-laki itu sesaat tersita. ia melihat seorang anak laki-laki lain yang sebaya dengan dirinya, berdiri dihadapannya dan menatapnya dengan angkuh. sebuah revolver di tangannya, diarahkan tepat ke kepala wanita yang tengah berjuang antara hidup dan matinya.

"jangan.. kumohon, jangan bunuh ibuku..."

permohonan itu tak ditanggapinya. anak laki-laki dengan revolver di tangannya itu justru menoleh ke arah laki-laki berjas hitam yang sedang menyaksikannya.

"Bunuh dia, Aoi!! buat aku bangga. jangan kau sisakan rasa belas kasihan dalam hatimu! itu sama sekali tak berguna!!" perintah laki-laki bernama Gackt itu telah begitu jelas. tanpa ragu anak laki-laki itu menarik pelatuk pistolnya.

suara jeritan keras dan pilu terdengar menggema setelah sebuah peluru melesat deras dari ujung revolver menembus kepala wanita itu. meloloskan nyawanya seketika dalam waktu singkat. warna merah darah yang pekat bercampur warna putih sel otak mengalir deras membasahi hampir seluruh tubuh anak laki-laki yang sedang mendekapnya.
anak laki-laki itu kembali menjerit melepaskan amarahnya. ia mendekap tubuh yang sudah tak bernyawa itu dengan lebih erat. tak rela bahwa nyawa dari tubuh dalam dekapannya baru saja melepaskan tarikan nafas yang terakhir.

salah satu laki-laki bertubuh tegap itu tiba-tiba menyeretnya, menjauh dari jasad ibunya. ia berusaha memberontak namun sia-sia. ia diseret keluar dari dalam rumahnya. ketiga laki-laki itu kemudian menyiramkan bahan bakar dan kemudian membakar rumah beserta jasad kedua orang tuanya. dalam malam yang pekat, nyala api yang berkobar-kobar itu terpantul ke dalam matanya yang basah. ia kemudian menengadahkan kedua tangannya yang benar-benar basah oleh darah kedua orang tuanya. tak ada yang bisa ia lakukan selain menjerit meneriakkan rasa sakit dan tak rela dengan kematian orang tuanya dan semua yang ia alami.

.

.

BRAKK!!

suara pintu yang didobrak paksa membuatnya tersentak. ketika ia membuka mata, seseorang menodongkan sebuah  revolver ke arahnya. dengan cepat ia mengambil revolver dengan jenis yang sama yang ada dibawah mejanya. detik berikutnya terdengar suara letusan senjata yang terdengar nyaris bersamaan.

suara gaduh dari ruangan itu terdengar sampai di lantai atas. beberapa orang segera bergerak menuju ruangan yang berada di lantai bawah. Aoi kemudian sampai di ruangan itu bersama dengan Juri dan Aggy. Aoi mengernyit melihat isi ruangan yang kacau. di beberapa tempat terdapat ceceran darah, membentuk jejak yang kemudian mengarah ke pintu keluar dan hilang sama sekali. yang semakin membuatnya terkejut, Aoi tak pernah tahu ruang di sudut lantai bawah itu ternyata ada yang menggunakan.

Aggy kemudan mengambil secarik kertas yang tampak ditulis dengan darah. ia lalu memberikannya temuannya kepada Aoi.

salju merah Shirakawa
darahmu atau uruha.
—Rosario

Aoi melumat kertas itu dalam genggamannya, "brengsek!!! ia membawa Uruha?!!"
mimpi buruknya benar-benar jadi kenyataan sekarang. wajah Aoi tampak memerah menahan amarah. raut wajahnya menunjukan ketegangan yang luar biasa. ia tentu tak akan pernah melupakan Shirakawa. tempat di mana pertama kalinya ia membunuh seseorang dengan disaksikan oleh ayahnya sendiri. tempat yang menjadi kebanggaannya itu kini berbalik menjadi ancaman baginya.

"dimana yang lain? Kai, Ruki, Reita?" tanya Aoi pada semua anak buahnya yang berkumpul disana.

Aggy kemudian menggeleng, "aku tak tahu. aku sedari tadi hanya menunggu di depan ruanganmu dan tak tahu kemana mereka semua pergi."

ia menarik nafasnya panjang, menjernihkan pikirannya untuk sejenak. Aoi tampak sedikit lebih terkendali setelah berpikir tentang Shirakawa, setidaknya ia tahu ke mana ia harus pergi.


To be continue...





maap lama apdet, mudah2an ga lupa ceritanya *plak
gomen juga lanjutannya dikit, datar, en ceritanya ga mutu blass.. -__-")
apdet kilat, no edit, typo dimana-mana mungkin.
dan ternyata di luar dugaan saya yg jadi lebih dari 3 chapter.. DX
komen, kritik, saran, ditunggu.

Rabu, 13 Juni 2012

My favourite Guitarist

okeh~ langsung aja, my favorit guitarist... *keprok2


1. Leda. [ex Deluhi]




Leda chan~ the great piro piro guitarist. LOL. jangan ditanya!! keren bangat emang udah main gitarnya.. yang paling saya demen, suara gitarnya leda rada ketimur-tengahan/kearab-araban gitu. un~ ano, di lagu Loerelei itu, kerasa banget timur tengahnya. yah pokoknya begitulah. saya suka seorang Leda bukan cuma sebagai seorang gitaris, tapi saya bener-bener meng-admire seorang Leda sebagai musisi. Musisi nomer dua yang bener-bener saya adore setelah Mana-sama. lagu-lagu yang diaransemen sama leda itu keknya punya jiwa. susah jelasinnya, pokoknya berasa lah ya, lagu yg bener-bener dibuat serius dari hati sama lagu yang yah~ ala kadarnya.*lirik tipi lokal* lol

terus ya, saya suka sama sikapnya leda yg kadang malu2.. w w w~ apalagi klo lagi bercanda sama Juri..
aww~ gemees pisan ngeliatnya.. XD tapi saya ga tega ngeliat leda yang mewek abis-abisan di last livenya. ya ampun, kejer bangat.. DX

dan sekalian info, Leda udah ngumumin soal solo projectnya. dia menggandeng Sujk [ex Deluhi juga] sama Kihiro yang juga sempet ikutan projectnya Sujk "Arkhelism" kemarin. tapi kenapa dirimu ga ajak Juriiii???!!! kenapaa??!!!! *mewek kejer*

recomend song : Frontier, s[k]apegoat, Revolver blast, Lorelei, DLL




2. Ruiza [D]





Ruiza-nii..!! aye cintah Ruiza nii..!! *incest* lol

saya demen suara gitarnya Ruiza nii, kedengeran khas banget. malah saya pikir, yg ngebangun karakter di lagu-lagunya D ya suara gitarnya Ruiza-nii ini, setelah vokalnya Asagi tentunya.. XD
saya kecolok sama lagu-lagunya D ya, gara-gara suara gitarnya Ruiza-nii juga, pokoknya aye cinta bener dah sama nii chan!! *ditabok asagi*
suara gitarnya Ruiza-nii bisa bikin lagunya D berasa bener lagu vampir lol, Schwarzschild itu contohnya. tapi pas di Ouka saki some ni keri, berasa jepang banget suara gitarnya. bunyinya mirip-mirip koto gitu, tapi bukan pas part solo gitarnya loh.

ga cuma listrikkan(???), saya juga demen akustikannya Ruiza-nii. berasa adeeeem bener klo denger akustikannya niichan. yg mau denger akustikannya, coba lagu Yoru no me to ginyuushijin. itu salah satu playslist wajib saya sebelum bobo~
selain itu, Ruiza udah dua kali bikin album solo, kek mamih hizaki gitu. tapi klo mamih mah ada vokalnya, klo  Ruiza ga ada. instrumental doank. lagu Crepuscular Rays, di [mini]album solo yg kedua, itu paporit saya. perpaduan perpaduan suara gitar listrik sama akustiknya cakep banget silahkan dicoba(?)

selain suara gitarnya, aye juga demen orangnya. liat aja tuh..tuh.. cakep pan? manis pisaaaan niichanku yg satu ini (>///<) senyumnya dia juga manis banget. >__<) selain itu dia nih rada pervert n' konyol =3=)
ada aja kelakuannya, dari megangin dada Asagi, sampe minta gendong Hide zou. tapi itu justru bikin dia terlihat tambah manis //w//) oya, laki aye aka kangmas Juki~ alias Kazuki akrab loh sama Ruiza-nii. aw~ harmonis bener yak keluarga saya(???)

niichan dan suami saya yang akur(?)



Recomend song : Mayutsuki no hitsugi, Schwarzschild, Colosseo, Akaki Hitsuji ni yoru bansankai, By degrees[solo],


3. Miyavi


yaaak, siapa sih yang ga tau miyavi?? siapa?? sini ngacung..!!
ini jrocker paling-paling-paling... hhhh~~~ bisa diliat sendiri, betapa nistanya piku meev diatas. w w w~ *digebok gitar

tapiiii, jangan diliat dari betapa nistanya seorang miyavi *digebok part 2*, lihatlah jari-jarinya yg kaya ga bertulang itu klo maenin gitar.. alamaakjaaaaann...!!!
saya ga pernah ngerti cara dia maen gitar yang pake tehnik tabok(?) aka slap itu.. >w<) bener-bener dah, meev ajarin ngapa!!

saya sebenernya ga begitu banyak tau soal lagu-lagunya meev. tapi kenapa dia jadi salah satu gitaris paporit saya, anda semua pasti tau tanpa musti saya jelasin. saya bener-bener kecolok sama cara maen gitarnya yang ga biasa banget, maen tabok(?) sama fingering yg njelimet tingkat dewa mabok. dan bahkan entah kenapa kadang malah kedengeran kaya bass itu suara gitarnya =3=)

lagu yang paling sering saya denger dari miyavi itu "senor senora senorita". lagunya enak, tapi PVnya agak nista, sama kek orangnya. *gebok part 3* tapi klo mau denger skillnya meev yang tingkat dewa mabok itu, dengerin aja "whats my name" ato langsung aja ke yutub, liat livenya miyavi. saksikan sendiri, gimana tu jari-jarinya kek punya nyawa satu-satu(???)

oke, cukup sudah menistainya, ini saya kasih piku yang bener dikit. XD




4. Hizaki


di urutan keempat ada mamihku yang cantik, anggun, menawan dan mempesona *hug mamih*

soal skill ga usah di omongin dah, seluruh dunia udah tahu. tapi ada satu yang pengen saya ceritain tentang mami Hiza.. aku suka cara mami Hiza menyampaikan perasaannya lewat musik, terutama gitar. ya secara dia gitaris. XD
okeh, pengalaman pribadi ini ya.. yang waktu jepang kena gempa dan tsunami yang meluluh lantakan jepun, masih pada ingat? saya ga bisa lupa, waktu itu saya lagi di kediri, dan jauh dari PC, sinyal pun kritis, alhasil saya menggalau berhari-hari. cuma ngandelin sms dari my lopely uke chan buat update jrocker yg selamet TuT

nah~ beberapa bulan setelah itu saya dapet berita mami Hizaki ngerilis single yg judulnya prayer. yg hasil penjualannya itu buat disumbangin. beberapa hari kemudian saya nemu lagunya di official yutub, entah punya sapa. lupa saya, pokoknya itu official. saya dengerin dah tu lagu, dan tahukah permisah!! saya merinding, terus mewek!! seriusan saya mewek denger lagunya. padahal cuma musik instrumen gitu. gimana perasaannya mami dan apa yang mau dia sampein itu bener-bener nyampe ke saya, hanya dengan alunan musik tanpa kata sedikitpun! >w<)d
klo ga salah saya juga pernah bikin postingan soal itu juga deh disini. coba cek *plakk

klo menurut saya nih, tiap lagu-lagunya [yg di Hizaki Grace project terutama] kek ada ceritanya. pokoknya dia cerita lewat lagu. unn~ gimana ya jelasinnya.. w w w~ saya juga bingung. ya, pokoknya dengarkan aja sendiri lah. XDd

pada intinya saya mengagumi sosok mami Hizaki, bener2 personality dia. *hug mami*  Mami Hizaaaa~~ I love the way u are, mamiii... >_<)

recomend song : Supreme being, Race wish, Aphrodite[all, Hizaki Grace Project], Prayer.


5. Manabu [screw]




iaaa... manabu kuuun~~~
mungkin emang skillnya manabu ga sedewa Miyavi, ato leda. tapi entah kenapa saya suka aja denger suara gitarnya mana. suara gitarnya tu apa ya, filosofis banget.. kek ada nyawanya(?).
ga cuma saya yg bilang, bahkan partner tendemnya aka kangmas juki juga bilang gitu. dia pernah bilang klo permainan gitar Mana tu filosofis, sedangkan dia[kazuki] lebih all out. *pecicilan maksudnya ya mas?* XD
oya, suaraa gitarnya mana tu ada di sebelah kiri.

terus gayanya klo live juga cool banget, keknya menghayati setiap lagunya. saya demen banget live GIHG, pas lagu ancient rain, itu depannya dibuka(?) sama gitarnya manabu terus dia disenterin(??) sendiri gitu.. aiihh... kereeen, keluar banget tu auranya. >.<

recomend song : Ancient rain, Genei no kusari, Dust box, Anaphylaxis.



6. Kazuki [screw]



nah.. ini dia nih. mahluk tengil nan autis yang ga pernah bosen lari-lari di pikiran saya #eeaaa

oke, klo boleh jujur saya tertarik sama ni manusia hentai bukan karena skill gitarnya, bukan karena suara malaikatnya, bukan juga karena dia cakep. klo soal cakep mah, saya bilang manabu lebih cakep. XDa
tapi lebih ke personalitynya dia. saya bener-bener cinta pribadinya kazuki!! dirinya dia yang apa adanya kaya gitu. yang tengil, autis, geblek, somvret, dan sukebe ga ketulungan itu!! saya cinta!!! XDD

tapi..tapi.. dia klo udah megang gitar, entah minggat kemana semua aura tengilnya. dia menjelma jadi keren, jadi sosok yang bukan seperti kesehariannya. bener-bener ilang aura autisnya!! coba aja bedain dia pas di making brainstorm sama di PV ancient rain, yg pas akustikan di tangga itu. beda banget kan??
itu malah jadi kaya dua orang yang berbeda. haduh, bener-bener "duality" ini kangmas juki.. >w<)

mungkin emang si juki punya kepribadian ganda. lol. dia punya sisi serius yang ga pernah ditunjukin. kecuali lewat sedikit tulisannya di blog :'D
klo engga, coba pikir kenapa gitu si juki yang gebleknya auamat ga ketulungan itu gantiin Yuuto jadi leader? kenapa kazuki? kenapa ga byou gitu? atau Manabu yang kliatan sedikit lebih lempeng(?)
pasti ada sesuatu kan? yang bikin mereka mempercayakan masa depan screw di tangan orang yg kliatannya slengean itu. :)







I love the way u are, leader sama.. :)


7. Mana-sama [ex Malice Mizer / Moi dix mois]


Mana-sama Mamiiih(???) she's my second mom, in my wonderland~ xD

seperti yg udah saya bilang tadi, saya amat sangat meng-admire seorang Mana-sama. tapi Mana-sama ini sama kasusnya kek Juki. kita semua tau klo Mana terkenal sebagai seorang gitaris. tapi menurut saya skill gitarnya ga menonjol2 amat, [atau sengaja ga ditunjukin]
klo live Malice Mizer pun, Mana jarang mainin instrumen. lebih sering nari-nari gaje *dijewer MamiMana*
ato godain Gakuto XD *tabok* malah maen gitarnya enakan Kozi-sama menurut saya.

tapi dibalik sifatnya yang 'ajaib' itu tersembunyi sifat aslinya. Mana-sama itu bener-bener musisi cerdas, pemikir, dan sangat filosofis. haaah, I really..really adore u mamiiihh.. >w<)

racikan(??) musiknya Mana-sama bersama MM buat saya belum ada yang bisa nandingin sampai saat ini. *ini menurut saya loh*
unsur musiknya macam-macam sebenarnya, tapi utamanya musik Barok/Baroque, musik tahun 1600an yang bahkan lebih awal dari zaman musiknya Mozart atau Bethoven[musik klasik]. terus dipaduin sama musik yang baru[1990 ke atas], dan musik elektronik yang melodinya pake organ khas gereja dan synthesizer.
halaah.. riweeh.. saya njelasinnya aja mumet, gimana bikin. *headdesk*
yah pokoknya seperti itulah.. nanti kapan2 saya bahas lebih dalam klo sempat XD

~~~


naah~ selese sudah hutangnya(?)
untuk yang gitaris favorit sengaja saya tulis sedikit lebih banyak, ya karena itu tadi. beberapa jrocker favorit saya memang berasal dari kalangan gitaris yang 'tidak biasa'(?)
sudah jam 7 pagi dan saya belum tidur *gada yg nanya*

yasu~

jaa mata, minna san..






Sabtu, 09 Juni 2012

My Fav Vokalis

saya mau bacot soal vokalis favorit dulu. karena banyak dari gitaris yang punya tempat istimewa(?) di hati saya. jadi mungkin bakal panjang curhatan soal gitaris paporitnya.

yosha..!! langsung saja!!

1. Satsuki [ex RENTRER EN SOI]


satsuki with Rentrer en soi




saya benar-benar deep fallin in love sama suara Satsuki sejak pertama kali denger "Last Scene" Rentrer en soi. sayangnya lagu yg pertama saya denger itu, last rilisannya Rentrer en soi. TwT saya cinta bener sama rilisan terakhirnya, apalagi lagu "Metempsychosis" hadeh.. satsuki suaranya menghayatiiiiiiii banget.. ampe kadang sedih dengerin lagu itu.

err~ sebenernya dia klo nyanyi emang total banget sih, ga di lagu itu aja. menghayatinya bangat-banget-banget gitu klo nyanyi. coba denger "i hate myself and want to die" bener asli keren nyanyinya, kek orang stress mau mati beneran w w w~ *plakk* tapi saya paling dapet feelnya ya di lagu metempsychosis itu >w<)

okeh, ga perlu bersedih-sedih ria, karena beruntung Satsuki solo karir setelah bandnya bubar jalan
dan vokalnya satsuki pas solo itu bener-bener bikin saya bengong sebengong bengongnya. terasa lebih "all out" gitu. sampe kadang saya mikir "ya ampun Tuhan, ini malaikat atau manusia yg nyanyi" >w<)
okeh bilang aja saya lebay karena terlalu cinta suara satsuki! tapi silahkan anda dengar sendiri, klo yg belom pernah denger.

suara satsuki itu di tengah-tengahlah(?) antara cowo sama cewe. yah pokoknya indaaaaah banget di kuping saya. apalagi klo nyanyinya bisik2. seketika sembuh insom akut saya. seketika saya jatuh tertidur dengerin suara malaikatnya satsuki. selain itu tampangnya juga mendukung, cakep issh~ diva banget pokoknya.. saya bener-bener ga tahan sama cowo bersuara malaikat kek gini.. aaa~~~ *plakk

recomend song :
~ Ryuushi ni toketenagareru namida to memai no sou ni ranhanshasuru saisei no koe. *pasti pada mabok baca judulnya XD*
~ Moon spiral
~ Metempsychosis [Rentrer en soi]


2. Tomo [Vistlip]




Tomo nyaaaaan~ bias eke yang nomer 3 sekaligus malaikat pengantar tidur saya yang kedua. okee, mungkin suara Tomo ga "semalaikat" Satsuki, atau seindah alm.Isshi kaggra. tapi entah kenapa saya cinta aja sama suaranya ni mahluk satu. suaranya menenangkaaaaaan banget. believe or not, saya selalu merasa lebih baik klo lagi down setelah dinyanyiin sama Tomo bebi. sumpah demi cinta saya sama Kazuki, saya cinta banget suaranya Tomo!!(?)

waktu denger vistlip kecelakaan trus Tomo bebi dirawat saya takut, takut banget kehilangan Tomo TwT). oke, bilang aja lagi saya lebay. dan klo diinget lagi saat2 itu sambil dengerin classic opera, saya mesti mewek. X'D pokoknya suara Tomo istimewa buat saya, orangnya juga.. w w w~ xD

saya demen banget, klo pas merem mau tidur dengerin suara tomo di lagu order made di bagian "saigo no ki~~mi wa umare nureta kara..blablabla" ga terlukiskan keknya. rasanya pengen bobo sambil diusep(?) kepalanya sama Tomo bebi. >w<) *dipelototin juki* ato pas saya merem mau tidur, denger stroberi butterfly bagian "oyasumi ne~ ai chan.." XD *ngarang*

Recomend song : Classic opera, Jully VIIth, Order made, ozone,


3. Shin [ViViD]

my fav pic of Shin.. OhMaaiii *bersin darah*



Shin with Iv. My OTP.. mufufu XD

yah, ini dia.. Shin Vivid adek seperguruannya(?) shou. dia termasuk mahluk indah bersuara emas ciptaan Tuhan yang saya cintai. XD dia juga berbaik hati pernah bales peta eke.. wkwkwk.. bikin saya histeris di pagi buta gara-gara dapet peta dari shin-chan.. *kok kaga enak yak manggilnya? XDa

dan dia ini!!! dia!! salah satu dari dua orang yang berhasil bikin saya merinding hanya dengan sebait lirik!! cuma sebait pemirsah!! cuma denger lirik "Tsumetai ame ni~~~" saya langsung bergidik!! bah~!!
wait, klo di versi asli lagunya emang ga bikin bergidik. tapi yang saya denger itu pas konser last indie'nya vivid. pas nyanyiin bait itu gada instrumen apapun yg ngiringin, cuma suara dia doank. itu juga dia nyanyinya ga pake mic sodarah-sodarah. bayangin ga pake mic!! nyanyi ga pake mic di ruangan segede shibuya CC lemon hall, apa ga musti narik urat itu? tapi suaranya dia tetep stabil dan vibranya menggetarkan hatikuu *halah* >.<) coba dengarkan sendiri dah, cari noh di yutub. mudah2an masih ada. *duaag*

saya pertama kali kenal vivid dari lagu "dear" trus saya langsung suka begitu denger suaranya yang "kimi to naraaa~~~". dan saya semakin cinta suara shin pas di last indie konser itu. tapi saya agak kecewa karena setelah major perlahan vivid berubah image :(
klo boleh jujur pun, saya lebih suka vivid jaman indie daripada yg sekarang. bahkan kemaren, pas saya ngobrol sama beberapa teman di FB, ada yang bilang vivid sekarang korban k-pop. XDD *ngakak*
jadi klo recomend songnya cuma lagu lama, mohon di maklumi. m(_ _)m

Recomend song : Hoshi no ame, Dear, Suiren jin,



4. Juri [ex Deluhi]






laki aye menggila sama kenji golbom.. jangan sampe ketularan stress kau bang =w=)




naah~ akhirnya kita sampai di bangJuri, bias eke yg nomer 2. *gada yg nanya*

pada dasarnya saya emang suka lagu keras, tapi saya lebih suka vokalis bersuara lembut(?)
jadi alasan kenapa bangJuri ada di posisi ke4, karena lagu deluhi banyak yg scream dan jerit2. saya ga terlalu bisa nikmati suara lembut Juri yg sebenarnya. DAN LAGI DELUHI UDAH BUBAR,JADI SAYA GA BISA DENGERIN LAGI SUARANYA JURIIIII!!!! TaT #GAKNYANTE

suara Juri mau mengalun lembut,bisik-bisik, jerit-jerit, scream-scream, semuanya terdengar ok buat saya.
tapi.... pas di last live, suara juri di beberapa lagu awal amat sangat ga stabil. dia keknya kesulitan ngontrol emosi waktu nyanyi. tapi sebagai istri yang baik saya amat sangat mengerti, klo waktu itu live terakhir. jadi emosinya bangJuri meluap disitu *hug Juri*

terlepas dari semua itu saya cinta kok sama suaranya bangJuri. tapi saya memang lebih suka denger suara jerit2nya Juri sih sebenernya. kek di lagu s[k]ape:goat. paling demen itu pas Juri tereak abis bisik-bisik pas di tengah lagu. dapet banget feelnya. sama di awalnya revolver blast juga noh seru bener keknya nyanyi jerit2 gitu. XD terus lagi, paling-paling-paling dapet emosi, feel, dan rasa amarahnya tuh di lagu living dead. favorit saya noh!!

sumpah demi cintaku sama kazuki, aku cinta Juri luar dalem, mulai dari suaranya, cara ngomongnya, senyumnya, kelakuan dan curhatan konyolnya, ketawanya, semuaanyaaa...!! I miss Juri so baaad..!! TTwTT
pikunya Juri banyak, gpp ya.. saya kangen setengah idup soalnya sama Juri. =w=)

Recomend Song : s[k]ape:goat, Revolver blast, Living dead, Follow the future, Baby play, halah repot semua lagu deluhi lah pokoknya..!! >__<)b


5. alm. Isshi [ex-kagrra]


hn, saya bener-bener cinta suara Isshi san. u_u) dia orang pertama, dan satu-satunya yang selalu bikin saya merinding waktu denger dia nyanyi. padahal ya itu dvd PSco carnival udah saya liat berulang kali, tetep aja selalu merinding tiap partnya kaggra. kaggra disband aja udah nyesek, nah begitu dapet berita tentang Isshi san, yah jangan ditanyalah reaksinya kek gimana..

pertama kenal kaggra dari lagu utakata, dan saya langsung merinding waktu denger sebait lirik "negai wa~~" yang dinyanyiin Ishii san, lalu kesananya saya cuma bengong. terus kebawa alunan musiknya kaggra dan suara merdunya Ishii san. saya langsung nangis waktu pertama kali denger lagu itu, padahal saya ga tau arti lagunya saat itu. yang saya tau cuma, itu suara indah banget sampe saya cuma dengerin doank aja berleleran air mata X'D mungkin terlalu merdunya tu suara sampe saya nangis dengernya. ya, keindahan itu emang sulit dideskripsikan sama kata-kata sampe saya menjelaskannya dengan cara yg berbeda. XD okey~ silahkan bilang saya lebay untuk yang ketiga kalinya..

dan mengingat semua yang udah terjadi, saya hampir selalu nangis denger lagu itu. makanya saya agak menghindari utakata. tapi klo lagi pengen nangis, saya sumpel kuping saya semaleman pake headset terus puter berulang-ulang tuh lagu. XDa

suaranya bener-bener merdu, indah, mendayu-dayu kek orang jawa nyinden. klo orang jawa nyinden aja biasanya cewe, nah dia cowo.. pokoknya ga bisa di deskripsikan. indah aja suara Isshi san bagi saya. dan belum tentu saya akan denger lagi suara kaya gini :(

ah.. udeh deh ya.. saya sedih beneran ini...
sampai jumpa di entri berikutnya.. 

Alice Nine new look

okeh, saya tau ini telat..

langsung saja, this is it, new look Alice Nine. *keprok2*



Shou [Vokal]
hadeeh.. posemu shou.. kenapa musti begitu? mengundang sangat(?) =.,=)




Saga [Bass]
agak manly.. tapi jatohnya kek om-om. mufufu~ *dicekek senar bass*




Hiroto [Guitar]
yasalaaaaam... mpon selingkuhankuuuhh... cakep pisan dirimua mpon..!! >___<)
rambutnya gondrong gitu, jadi cakeep. >.<)




Tora [Guitar]
Tora-nii.. dia ga selalu ganteng.. =.=)d




Nao [Drum]
yosh~ Nao pooh yang akhir2 ini sering banget curhat di ameba soal peliharaan barunya. (_--)a
no commentlah, dia selalu tampak cute dimata saya. .__.)




yak.. sekian dan terima kasih!


source : toshivk

Matenrou Opera drummer will take a break.

berita kurang menyenangkan dari salah satu band paporit saya, Matenrou Opera.. :(

sang drummer aka Yu-san yang baru saya omongin di postingan bulan lalu untuk sementara terpaksa ninggalin band. saya harap ini beneran sementara >.<
Yu san punya masalah di lengan kirinya. setelah dalam perawatan rumah sakit selama beberapa bulan, mereka menyarankan Yu san buat istirahat sementara.

semoga Yu san cepet sembuh sebelum tanggal 5 oktober. karena Matenrou mau ngadain tour, kan ga enak klo ga bawa maminya anak-anak matenrou aka Yu-san. *diinjek Yu san*

pokoknya, get well soon, Yu san!! we waiting u..!! >___<




source : toshivk