Duality of mind

Kamis, 09 Februari 2012

Under sakura tress [alice nine fic]


tittle : Sakura [under sakura trees]
author : shinji ai
rating : M alias Mature *senyum sukebe~ xD*
genre : angst, romance, shonen ai, BL, Yaoi dan sejenisnya.
Fandom : alice nine
pair : Saga x Shou, Tora x Shou
BGM : Kagrra – Shizuku
Disclaimer :story line is mine..!! alice nine is not mine.. -___-")
an: background cerita dijaman edo. jaman dahulu kala, waktu geisha masih ada yg laki-laki.
author pake bahasa yg rada sotoy, cerita garing, dsb.. mohon dimaklumi xD
happy reading and enjoy...!! coment after reading please..


~][~][~][~][~][~][~][~][~][~


「願えるのなら桜の木の下で春に死にたい」                
 [ I want to die under the sakura tree in spring]

-Shou POV-

di bait terakhir nada yang kumainkan, aku hampir tidak bisa menahan bendungan air mataku. aku harus berkonsentrasi memecah pikiranku. antara menahan luapan perasaan, dan tetap menarikan jari-jariku di antara senar koto. permainan kali ini adalah yang terberat bagiku seumur hidup. walau aku sudah mempelajarinya sejak kecil, namun kali ini berbeda. aku tak boleh goyah hanya karena perasaan ini. tidak boleh..!!

bait itu akhirnya berakhir sempurna. lalu aku menatap semua yang ada didepanku dengan hampa. namun Tuan muda Amano Shinji balas menatapku dengan senyum bahagia di wajahnya. ia memang tak melihat senyum pahitku karena aku memang menyembunyikannya.

malam lalu, pada saat Mizuage berlangsung, tuan muda Shinji’lah yang menawarku dengan harga paling tinggi. tak hanya itu, ia juga sekaligus bersedia menjadi Danna’ku. ia melunasi semua hutangku kepada pemilik Okiya dan juga semua hutang keluargaku. sudah sepatutnya aku menghargai semua yang ia lakukan padaku. walau itu berarti aku harus merantai hidupku sendiri. terbelenggu oleh takdir yang menggariskan nasibku. mulai malam ini, sepenuhnya diriku adalah miliknya. harga yang sangat pantas atas apa yang telah ia lakukan padaku dan keluargaku.

aku pun masih tak mengerti dengannya. mengapa ia memilihku, yang seorang laki-laki. ya, aku laki-laki sama sepertinya. memang saat ini sudah tak banyak geisha laki-laki sepertiku. lagipula tak sembarang laki-laki bisa menjadi geisha. aku pun telah mengutarakan hal ini sebelumnya pada tuan muda Shinji.
tak ada yang bisa mengendalikan hati manusia untuk mencintai, bahkan sang manusia itu sendiri. ia memilihku karena hatinya memang memilihku sejak awal. itulah jawaban yang ia berikan padaku.

jika memang begitu, ia termasuk beruntung. tak seperti aku. perasaan ini tak akan pernah tersentuh olehnya. dia yang benar-benar aku cintai. walau bagaimanapun takdir berjalan di atas rantai emas, hati manusia tetaplah hati, yang berjalan tanpa mata dan terkadang tanpa alasan. seandainya, sekalipun tuan muda Shinji memiliki alam semesta dan digunakannya untuk mengubah hatiku, itu tak akan pernah berhasil. bahkan aku sendiri, belum tentu bisa mengubah hatiku yang sudah tertambat padanya. sama seperti yang ia katakan padaku “tak ada yang bisa mengendalikan hati manusia untuk mencintai, bahkan sang manusia itu sendiri.” 
tapi aku sedikit lebih beruntung. dia, seseorang yang jadi pemilik hatiku itu ada disini. ia berada dekat denganku. setidaknya bisa mengobati sedikit luka hatiku. hanya dengan melihat senyum itu, walau sekilas, aku mampu bertahan.

~end shou POV~

Shou bangkit dan berjalan dengan perlahan menghampiri Amano Shinji aka Tora. begitu sampai di hadapannya, ia duduk melipat kedua kakinya, dan hanya diam. tak ada apapun yang keluar dari mulutnya. tatapan mata tora seolah berusaha menelanjangi isi hati Shou dalam diamnya. namun ia tak mampu, laki-laki cantik berbalut kimono merah di hadapannya itu hanya menunduk dan terus membisu.

Tora meraih dagu Shou, membuat pandangan mereka saling bertemu, “kau lelah Shou?”

“tidak Shinji-kun” jawabnya tegas.

“jangan berbohong padaku, jika kau memang lelah kembalilah ke kamarmu.”

“aku tidak lelah, sungguh. aku akan menemanimu. apa kau mau aku menari untukmu?”

sepasang mata elang shinji menyipit. ada sesuatu di balik sikap patuh Shou padanya. dan sesuatu itu bagai bom waktu yang hanya akan menunggu waktu. “shou dengar, aku ingin memperlakukanmu sebagai seseorang yang aku sayangi, bukan sebagai boneka.”

kali ini shou mengangkat wajahnya, memberanikan diri menatap sepasang mata elang milik tora. sepasang mata yang sekilas terlihat angkuh itu memiliki sebuah kejujuran. Shou dapat membacanya dengan baik. tatapan mata itu tak berbohong, Tora memang menyayangi dirinya dengan tulus, tanpa alasan.
“aku akan menyuruh Saga mengantarmu ke kamar. aku harus ke Edo malam ini”

Saga yang sejak tadi diam berdiri di belakang Tora segera bereaksi, “lalu siapa yang akan mengantar tuan muda ke edo?”

"reita dan aoi yang akan mengantarku. kau antarkan saja shou ke kamarnya. dan jaga dia baik-baik”

~~~~

saga dan shou hanya saling diam. tak ada suara apapun kecuali langkah kaki mereka. namun jauh dalam hati Shou, perasaannya beriak tak menentu. berada dekat dengan Saga memacu jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya. hanya dengan memandang punggung laki-laki di depannya ini sudah mampu membuat seribu macam perasaan menjadi satu dalam pikirannya.

sebelum mengenal Tora, shou lebih dulu mengenal saga. awal pertemuan itu menyisakan sesuatu yang hingga kini masih tertinggal, dan entah kapan saga akan mengetahuinya.

langkah mereka terasa begitu cepat bagi shou. ia ingin mengulur waktu lebih lama, hanya untuk sekedar menatap saga dari belakang. dengan sopan saga memepersilahkannya masuk. setelah masuk, shou tak segera menutup pintu kamarnya. sedikit lebih lama lagi, ia ingin menyimpan baik-baik wajah saga dalam benaknya.

“senang bisa bertemu denganmu lagi, saga-kun” kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir shou, seolah tak terkendali. benar-benar di luar kuasanya.

namun Saga tak menunjukan ekspresi apapun, “aku juga.” jawabnya singkat.

Shou segera menahan tangan Saga yang bermaksud menutup pintu kamarnya, “aku ingin bicara lebih banyak padamu.”

Saga menatap bingung genggaman tangan Shou yang cukup erat di tangannya, lalu matanya beralih ke sepasang mata indah shou yang mulai basah. Saga tertegun menatapnya. air mata itu mewakili setiap kata yang tak akan pernah bisa terungkap lewat bibirnya. air mata itu menjelaskan bagaimana perasaannya yang terikat rantai dan terkurung takdir. dan Saga bisa membaca semua pesan yang mengalir dari tiap tetes air mata Shou. dengan lembut dan perlahan Saga mengusap lelehan air mata yang membasahi pipi shou.

kedua mata shou membulat, saat dengan lembut saga mengusap air matanya. perasaan Saga yang tertahan itu pun sampai di relung hati shou. bagaimana cara saga balas menatap kedua matanya, dan sentuhan lembut tangan saga di kedua pipinya sudah cukup membuatnya mengerti. perasaan itu ternyata tak hanya miliknya sendiri.

Shou menggenggam tangan Saga di pipinya, menatap ke dalam mata bening sosok di hadapannya, “saga-kun, aishiteru..” bisik Shou lirih.

saga menghindari tatapan mata shou, ia mengalihkan pandangannya. lama mereka hanya saling diam, dan dalam diam itu air mata shou tak berhenti mengalir. shou berusaha meredam isakannya, dan menguasai perasaannya. jauh dalam hatinya terbesit sebuah perasaan bersalah, membayangkan betapa terluka hati Tora jika ia mengetahui semua ini. sebuah balasan yang amat sangat menyakitkan atas semua kebaikan yang telah ia berikan pada Shou.

“aku.. hanya ingin dengar kau jujur. aku tak berharap apapun.”

saga tetap diam, langkahnya terasa berat meninggalkan tempat itu. ia hanya bingung dengan apa yang harus ia lakukan. takdir terasa begitu kejam, merentangkan jarak yang sedemikian jauh di antara dua hati yang begitu dekat.

“apa tak tersisa sedikit kebahagiaan untukku? selamanya aku akan terpenjara di balik topeng ini?”
Shou bergumam lirih, ia sudah pasrah. Saga yang tak kunjung bicara padanya membuat Shou agak kecewa. ia pun mulai sedikit demi sedikit menggeser pintu kamarnya. menyudahi semua yang terjadi, dan akan mengubur semua yang pernah ia ungkapkan malam ini. karena hal ini memang tak seharusnya terjadi.

“kau dan aku sama, shou…”

Shou mendongak, matanya menatap wajah Saga, menunggu laki-laki dihadapannya ini melanjutkan kata-katanya.
“jika kau punya perasaan itu, aku juga. dan kita sama-sama terjebak dalam garis takdir. kalau memang aku mencintaimu lalu apa? perasaan ini sama-sama terlarang bagi kau maupun aku.”

Shou menunduk, antara bahagia dan sedih bercampur jadi satu dalam isakannya.

“tuan muda shinji sudah mendapatkanmu, dan ia berhak atasmu. sedangkan aku, seorang samurai yang sudah bersumpah diatas darahku sendiri untuk melindungi junjunganku. kau mengerti kan, shou?”

perasaan itu membuncah dan meluap begitu saja. semua perasaan sakit, senang, dan sedih yang dipendamnya selama ini meluap. shou menangis hingga bahunya terguncang. ia tak bisa mengontrol dirinya untuk tak menjatuhkan diri dalam dekapan saga. saga pun tak kuasa menahan dirinya untuk tak balas mendekap Shou. bagaimanapun, ia mengerti luka yang dialami shou dan ia tak ingin melihat shou larut dalam duka.

Saga mengecup lembut bibir Shou. berusaha menelan isakan laki-laki itu, dan menggantinya dengan sedikit kelembutan. shou membuka kedua bibirnya, memberi jalan pada Saga untuk mengobatinya. ia pun mengeratkan dekapannya pada tubuh Saga. seolah tak ingin kehilangannya walau sekejap. sebentar saja ia ingin merasakan sedikit manisnya cinta. sebentar saja ia ingin melupakan pahitnya hidup dan garis nasibnya.

Saga menurunkan kimono shou di bagian bahu. mengusap lembut bahu putih laki-laki cantik itu dengan segenap perasaan sayang. bibir tipisnya kini merayapi pipi dan telinga Shou, dan kemudian turun ke leher jenjangnya. menyesapi dalam-dalam wangi tubuh shou. tangan kanannya menelusup masuk ke bagian belakang kimono lalu menikmati kelembutan kulit shou yang begitu halus bagai sutra.

dari balik tembok, siluet kedua tubuh manusia yang tengah menyatu tergambar dengan jelas. desahan dan nafas mereka yang menderu terdengar saling bersahutan. erangan panjang keduanya menjadi pertanda berakhirnya pertarungan kedua nafas mereka di ujung malam. hanya tinggal menunggu waktu sampai pedang takdir membelah jarak dan kembali membangun tembok pemisah di antara keduanya.


---Tsuzuku---

NB:
koto : alat musik tradisional jepang. itu loh yg suka dipake kagrra
mizuage : acara pelelangan keperawanan geisha untuk pertama kali.
danna : seseorang yang bersedia menjadi suami geisha yang bertanggung jawab atas semua kebutuhannya.
okiya : rumah geisha. pemilik okiya/pemilik rumah geisha
edo : sebuah daerah yg sekarang bernama tokyo

DONT BE A SILENT READER. PLEASE..!!