Title : Last Word
Author : Shinji Ai
Rating : PG-15
Genre : Romance, Angst, Tragedy, AU, Yaoi/MxM/Sho-ai
Fandom : Alice Nine
Pair : Tora x Shou, Saga x Shou
Disclaimer : bocah alice nine milik orang tuanya
masing-masing *garela nyebut PSco lol* but storyline is mine!
A/n : warn bwt pembaca ilegal(?)anda
ga akan menemukan pair ToSa disini, karena author penganut SaShou n ToShou ^^v
jadi yg ga bisa menerima pair diatas atau mbayangin Saga seorang seme, silahkan
tinggalkan tempat ini(??) dengan hormat
critics are wellcome, but dont flame n' steal my storyline!
or I'll send u to hell!!
][ = ][ = ][ = ][ = ][ = ][ = ][
“apa kau tak tahu bagaimana aku berpikir tentangmu, shou?”
Tora membelai lembut sisi wajah Shou yang tampak tertidur
tenang. tak ada sinar dingin yang biasa terpancar dari tatapan mata Tora, yang
ada hanya tatapan sayu, hampa, dan segores luka yang tersirat. tak akan ada
yang mengerti betapa hancur perasaannya saat ini. merasa tidak berguna ketika
melihat seseorang yang begitu disayanginya menderita dan tak berdaya tanpa ada
sesuatu yang bisa ia lakukan.
“shou… sudah kukatakan padamu ribuan kali, tinggalkan
laki-laki tak berguna itu. ia hanya bisa membuatmu menangis dan menderita
sampai seperti ini..”
suaranya yang berbisik parau nyaris tak terdengar. ia tak
pernah merasa sehancur ini sebelumnya, tidak sebelum mengenal Shou. seseorang
yang mengajarkannya bagaimana berbagi rasa kepada orang lain. seseorang yang
mengajarkannya tersenyum, berbagi derai tawa, dan mungkin berbagi perasaan. hal
terakhir adalah hal yang Shou ajarkan padanya tanpa disadari oleh Shou sendiri.
"aku tak pernah lelah menjadi sandaranmu, Shou. aku
hanya—tak bisa terus melihatmu menangis, karena aku..."
Tora berusaha melepaskan semua isi hatinya, sesuatu yang tak
pernah bisa ia lakukan jika mata manik Shou beradu pandang dengan matanya. Mata
itu selalu menelusup dalam pandangannya dan mencoba mencari tahu sesuatu yang
tersembunyi di balik tatapan kukuh seorang Tora. namun dengan rapat Tora
menyelimuti perasaannya sendiri, membangun dinding tak terlihat yang
menyembunyikan luka dan warna hatinya. ia hanya tak ingin menjatuhkan Shou
dalam keadaan yang membuatnya bimbang. berada cukup dekat dengan Shou, membuatnya
tersenyum dan menemaninya tanpa lelah, terasa sudah lebih dari cukup. walau
Shou selalu datang dengan berurai air mata dan segala keluh kesahnya tentang
Saga. Laki-laki yang amat dicintai Shou, kebahagiaan sekaligus penderitaannya.
jemari Shou yang bergerak menyentakkan Tora dari lamunannya.
kelopak mata Shou bergerak, dan perlahan membuka. menunjukan kembali sinar
matanya yang lemah. Tora menunggu dengan jantung yang berdegup keras sampai
Shou benar-benar mendapat kesadaran sepenuhnya. menuggu reaksi laki-laki itu
ketika mendapati keadaan dirinya yang sudah tak seperti semula, dan Tora benci
saat-saat seperti ini.
“kau sudah sadar, Shou?”
“Tora…” Shou menggerakkan bola matanya, “Tora kenapa gelap
sekali?!”
Tora menggenggam tangan Shou erat-erat, “Shou tenangkan
dirimu..”
“Tora kenapa?! apa
yang—“
Tora segera bangkit dan memeluk Shou dengan erat. berusaha
menenangkan laki-laki itu dalam dekapannya. “kecelakaan itu— kau..”
walau Tora tak mengakhiri kalimatnya, namun sudah cukup bagi
Shou untuk mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. benak Shou menyeret
ingatannya pada kecelakaan yang menimpa dirinya, saat ia sedang berlari
menghindari Saga. Mengingat kejadian itu, Shou semakin panik dan berontak dalam
dekapan Tora.
“TIDAK!! tidak mungkin!! Tora beritahu aku!! ini mimpi ‘kan?
aku hanya bermimpi Tora..”
Tora semakin mengeratkan dekapannya, masih berusaha
menenangkan Shou. pada akhirnya laki-laki itu memang pasrah dan hanya terisak
dalam dekapan Tora. Shou menyandarkan kepalanya di bahu Tora, menangis
sejadi-jadinya meluapkan rasa sesak dan kesulitannya menerima keadaan. ia tak
bisa membayangakan menghabiskan seumur hidupnya dalam kegelapan.
“aku buta, Toraaa..” Shou terisak lirih dalam dekapannya.
“aku tak bisa melihat.. ak—aku cacat!!” semakin deras air mata Shou yang
mengalir di bahu Tora. sementara ia sendiri tetap diam, menahan rasa sakit
lebih dari yang Shou rasakan. sejujurnya ia tak pernah bisa melihat Shou
menderita, namun sekarang ia harus melihat Shou dalam titik terendah hidupnya.
merasa sangat tidak berguna dan rasanya pun ia tak pantas mencintai Shou.
ia tahu tak akan ada kata apapun yang bisa membuat Shou
lebih baik saat ini. ia hanya melakukan
apa yang ia bisa. berusaha menyampaikan perasaannya bukan dengan kata-kata.
membelai lembut rambut keemasan Shou dengan segenap perasaan sayang,
memberitahunya lewat sentuhan, jika ia ada disampingnya. ia akan melindungi dan
menjaga Shou, melindungi laki-laki itu walau bagaimanapun keadaannya.
“Saga pasti akan meninggalkan aku… dengan keadaanku yang seperti ini..” jemari
Shou mencengkeram erat pakaian Tora. rasa takut Shou menjalar begitu hebat
dalam hati Tora, menenggelamkannya semakin dalam di pusaran luka yang akan
pernah terobati. “Tora..tolong aku..hiks..aku—tidak ingin kehilangan.. Saga..”
orang yang begitu dicintainya terus menerus memanggil nama
Saga di sela isak tangis dalam dekapannya. walau dalam pelukannya, Tora berada
dalam jarak yang begitu jauh dari hati Shou. hancur perasaannya tak akan pernah
bisa terukur walau diselami sedalam apapun. Tora memejamkan matanya, menahan
luka yang semakin dalam dan mengalir lewat sebulir air mata yang menetes jatuh
tanpa bisa ia bendung. tak kuasa terus menahan luka hingga ia menjatuhkan air
mata tanpa terisak. ia telah mengetahui dengan jelas, dirinya tak lebih dari
sekedar sahabat di mata Shou. sekedar tempat bersandar dan menangis ketika
laki-laki itu tersakiti oleh orang lain. selamanya akan seperti itu, selamanya
hanya ada Saga dalam hati dan pikiran Shou.
Tora melepaskan dekapannya, memandangi wajah pucat Shou yang
basah oleh air matanya sendiri. dengan lembut Tora mengusap kedua pipi shou
dengan jemarinya. menyampaikan perasaan tersiratnya melalui ujung jemarinya di
wajah Shou. menghapus air mata laki-laki itu, membawanya dalam perasaan damai.
menyampaikan padanya, jika ia tak akan pernah sendiri walau dalam gelap
sekalipun. Shou tertegun, merasakan sebuah perasaan hangat yang mengalir dari
jemari Tora yang seolah merangkulnya dari ketakukan akan gelap,dan membawanya
pada sebuah cahaya dimana ia tak akan merasa sendiri.
dalam gelap Shou hanya bisa mendengar dan merasakan
kehadiran Tora di dekatnya. tangannya menggapai udara, meraih bahu Tora dan
kemudian menggenggam tangan seseorang yang dianggapnya sahabat itu.
"akan kubawa cahaya untukmu, Shou. akan kubawakan
kebahagiaan untukmu. berjanjilah satu hal padaku, berbahagialah..."
Tora memberi penekanan pada kata terakhirnya, sebelum
meninggalkan Shou sendiri dalam ruang perawatan itu.
Shou tak dapat melihat bagaimana raut wajah Tora saat
berkata seperti itu padanya, walau sebenarnya ia ingin. ia hanya bisa mendengar
kalimat demi kalimat yang terekam dalam pendengarannya, dan kata terakhir Tora
yang terucap seperti doa untuknya.
= ][ = ][ = ][ = Last Word = ][ = ][ = ][ =
—Saga POV—
~~Flashback~~
aku benar benar terkejut saat ekor mataku mendapati sosok
Shou yang sedang melihatku dengan matanya yang basah. ia begitu terpukul
melihatku bersama gadis murahan yang sedang dalam dekapanku!
ck! sial!
bukan maksudku, aku hanya terbawa suasana, terlebih
kesadaranku sudah tidak seratus persen akibat terlalu banyak minum. sulit
sekali membuatnya percaya jika aku ini mencintainya. aku ingin dia tak perlu
khawatirkan tentang aku, bagaimanapun aku dan sikapku, yang terpenting adalah
aku mencintainya! aku ingin dia mengerti tanpa harus selalu kujelaskan berulang
kali.
aku mencengkeram erat tanganya, ketika aku berhasil
mengejarnya. kutarik tangannya dengan kasar lalu kutatap matanya yang tampak
antara ketakutan, kecewa dan marah melihatku.
"sa—sakit saga!! lepaskan!"
"tidak! apa yang kau lakukan disini hah?!!
memata-mataiku?!" air mata Shou mengalir semakin deras. entah kenapa aku
justru bicara seperti itu padanya, lebih mengeluarkan emosiku daripada berusaha
menenangkannya. "harus berapa kali kukatakan, aku mencintaimu
Shou!"
"cukup!!" nada suara Shou terdengar meninggi, dan
tatapannya seolah menantangku. "kau selalu bicara seperti itu, namun dari
sikapmu tak pernah aku rasa kau mencintaiku! aku bukan bonekamu, Saga!"
aku tertegun, baru kali ini Shou berani berbicara seperti
itu padaku.
"berhentilah bicara soal perasaanmu!! apa tak pernah
sekalipun kau berpikir tentang aku, Saga?!"
"DIAM!! jangan pojokan aku dengan pertanyaan
konyolmu!"
mata Shou semakin terbelalak mendengar kata-kataku tadi. ia
kemudian melepas cengkeraman tanganku dengan kasar, dan kemudian berlari
meninggalkan aku. ah~ sial! aku terlalu mabuk untuk bicara padanya saat ini!
aku mengejarnya, berusaha mencarinya di antara kerumunan
orang-orang di sepanjang jalan. terus mencarinya sampai terdengar suara decit
mobil yang direm mendadak, dan suara sesuatu yang menghantam jalan dengan
keras. dengan panik aku berlari ke arah suara, dan orang-orang yang menyemut,
melingkar di perempatan jalan.
"Shou!!" pekikku panik, melihat Shou yang
tergeletak dengan wajah yang penuh oleh darah. namun saat aku berusaha mendekat
seseorang mendorongku menjauh.
"jangan dekati dia! kau tak pantas menyentuhnya!"
aku terpana, sosok itu memandangku dengan tatapan amat
menusuk. laki-laki itu kemudian menggendong tubuh Shou, dan membawanya masuk ke
dalam ambulans yang tiba tak lama kemudian. aku hanya tertegun menyaksikan itu
semua.
bukankah harusnya aku yang melakukan semua itu?
aku hanya diam melihat semua itu berlalu di depan mataku?
orang brengsek macam apa, aku ini?
~~~Flashback end~~~
aku tersentak bangun ketika kudengar pintu apartemenku
diketuk dengan kasar. mimpi yang baru saja kualami rasanya benar-benar
menyakitkan. ahh—itu bukan mimpi. itu nyata, kejadian dua malam lalu saat
terakhir kali aku melihat Shou dengan keadaan yang tidak seharusnya. sampai
detik ini aku belum melihat lagi sosoknya, aku bahkan tak tahu dia dimana.
aku mengacak rambutku frustasi. sial! kau membuatku khawatir
Shou! aku benar-benar merasa takut. aku takut kehilangannya, aku takut tak bisa
lagi menyentuhnya seperti hari-hari lalu. sungguh, aku menyesal. aku berjanji
akan memperbaiki semua kesalahanku padanya jika aku diberi kesempatan.
suara pintu yang kembali diketuk menyadarkanku untuk yang
kedua kalinya. dengan malas aku membuka pintu. sosok yang waktu itu sempat
melarangku mendekati Shou, kini berdiri di ambang pintu. menatapku dengan,
sinis?
"dimana Shou?!" pertanyaanku meluncur begitu saja,
saat ini hanya ada Shou di kepalaku. tak peduli siapa orang asing ini.
"kau tak akan merasa sosoknya berharga sampai kau
kehilangan orang yang kau sayangi"
aku menautkan kedua alisku, nada bicaranya terdengar sangat
tidak menyenangkan "apa maksudmu?! Shou!! apa yang terjadi
dengannya?!!"
ia tak menjawab, ia justru membuang pandangannya dengan
tatapan yang—ahh, aku benci melihatnya. seketika aku jatuh terduduk. rasanya
aku sudah tak sanggup menopang tubuhku. sial! aku yang telah aku lakukan? aku
bahkan tak sempat meminta maaf padanya. yang aku lakukan selama ini hanya
menyakitinya, dan ia jadi seperti ini karena kebodohanku! ada sesuatu yang
seolah terenggut dari dalam diriku, menyisakan rasa sesak yang luar biasa.
Shou...
"berjanjilah padaku, kau akan membahagiakannya!"
aku mendongak, memperhatikannya dengan tatapan bingung,
"apa maksudmu?!"
—end Saga POV—
= ][ = ][ = ][ = Last Word = ][ = ][ = ][ =
Three days later
dengan hati-hati perawat membuka lilitan perban yang
melingkari kepala Shou. setelah itu ia mengambil kedua kapas yang menempel di
bagian mata Shou. dokter Sakai membisikan sesuatu di telinga Shou, menyuruhnya
membuka kedua matanya perlahan. Shou memekik kecil saat ia mencoba membuka
matanya. butuh waktu cukup lama untuk Shou menyesuaikan diri dengan cahaya.
setelah beberapa menit, ia berhasil melihat sekelilingnya dengan sempurna. ia
kembali melihat cahaya setelah sempat terpuruk jatuh dalam kegelapan tanpa
ujung.
hari-hari itu terasa seperti mimpi buruk baginya, dan
sekarang ia sudah terbangun. ia kembali dapat melihat cahaya dan paduan
kombinasi warna yang terangkai jadi sebuah pemandangan yang baginya terasa
begitu indah. Shou memperhatikan seisi
ruangan serba putih itu dan dilihatnya
sosok Saga yang tersenyum padanya dari sudut ruangan. senyum tulus yang
sudah sejak lama tak pernah dilihatnya dari Saga. laki-laki itu kemudian
mendekat dan memeluknya dengan erat.
"maafkan aku, Shou. maafkan aku"
"sa—saga"
Shou balas mendekap tubuh Saga. meresapi dekap hangat tubuh
Saga dan merasakan kelembutan sikapnya yang lama menghilang. tak ada yang lebih
membahagiakan saat Saga yang ia cintai telah kembali. rasanya kebahagiaannya
telah lengkap saat ini,
"akan kubawa cahaya untukmu, Shou. akan kubawakan
kebahagiaan untukmu. berjanjilah satu hal padaku, berbahagialah..."
suara itu bergema tiba-tiba dalam kepalanya. suara seseorang
yang telah menepati janji untuk membawakan kebahagiaan untuknya, mengembalikan
cahayai dalam dirinya. namun ia tak ada disana.
"Tora.. di mana Tora?!"
Saga terdiam mendengar pertanyaan Shou. sinar mata Saga
sulit dibaca oleh Shou saat itu, membuat Shou semakin bertanya-tanya. Saga
menghela nafas berat, merasa amat sangat bodoh dan rendah jika mengingat sosok
Tora. senyum getir tampak menghiasi wajah Saga kemudian.
"ia mencintaimu Shou, dengan cara yang sangat luar
biasa." Saga menatap mata Shou, menatapnya dengan tatapan yang tak mampu
dimengerti oleh Shou. "Tora— dia memilih menjagamu dengan caranya
sendiri."
"apa maksudmu Saga?!"
"malam lalu pihak rumah sakit menemukan jasadnya
bersama sebuah surat yang mewasiatkan matanya, untukmu.." Saga kembali
menatap mata Shou, mendapati bayangan diri Tora di balik mata jernihnya.
"ia mengorbankan dirinya untukmu, Shou.."
= ][ = ][ = ][ = OWARI = ][ = ][ = ][ =
yak~ mulai darisini saya umumkan secara official(??) saya
hiatus, minna san m(_ _)m
dan bener-bener hiatus setelah nyelesain fic saya yg
judulnya NDR lol~
pokoknya sekembalinya dari hiatus, saya bakal rilis(?) fic
sekuel dari 'Last Word' ini sama rilis FF reituki yg udah berkarat dalam damai
di folder leptop [lol again]
sa~ gimana ceritanya? aneh dan gaje sangat pasti..
terlalu banyak kegaringan akhir2 ini di FF saya DX
ya setidaknya ini hepi ending(?) *gitar tora melayang*
silahkan tinggalkan kritik, koreksi, komentar, recehan juga boleh
*ctak