Duality of mind

Sabtu, 19 Maret 2011

more than you know [fanfic]


Title       : More than you know
Author   : ogata aiu (?) XD
Fandom : the gazette, deluhi, 12012
Genre    : apa ya?? romance kali, ato drama..entahlah~
Rating   : balita+ [bayi lima belas tahun]
Backsound : pas bikin ini, gw dengerin lagu over 12012
NB: Yaoi.. sudah pasti yaoi klo aiu yg bikin.. XDD
terinspirasi dari muka mereka yang mirip kek pinang di belah samurai. menurut gw..

**********


wataru mengetuk pelan pintu kamar ruki dengan perlahan. agar tak membangunkan ruki jika ia ternyata sudah tertidur. namun tak lama kemudian terdengar suara dari dalam kamar itu.
"masuk kak.." teriak ruki dari dalam kamarnya.
wataru masuk ke dalam kamar ruki. ia duduk di samping ranjang adiknya dan memberikan satu kantong plastik berisi obat kepada ruki. ruki melihat baju dan rambut wataru yang agak basah. 
"kak, kau kehujanan? seharusnya kau tak perlu repot-repot keluar membeli obat. aku tak apa kok. hanya demam biasa."
ruki tersenyum lembut.
"sudahlah, kau minum saja obatnya. aku tak mau melihatmu sakit. lagipula aku sudah berjanji pada ibu untuk menjagamu."
wataru menatap kosong saat mengatakan kalimat terakhirnya. 
"maaf aku merepotkanmu kak.." 
ruki menunduk. wataru tak menjawab, hanya tersenyum simpul dan kemudian keluar kamar meninggalkan ruki sendiri. 
wataru menutup pintu kamar ruki. wataru menarik nafas panjang, dan bersandar di pintu kamar itu. matanya jauh menerawang, masuk ke dalam pikirannya. rasanya ia ingin sekali membuang seluruh isi pikirannya yang selama ini terus ia pendam. atau sekali saja ia ingin bisa mengatakan hal yang sebenarnya, agar ia tak terus menerus merasa terbebani. bukan tak ingin, tapi wataru memang bukan orang yang mampu mengungkapkan perasaannya pada orang lain. semua yang ia rasakan hanya ia yang tahu. wataru mengepalkan tangannya, dan kemudian berlalu.

******

ruki menatap pintu kamarnya, membayangkan sosok wataru berdiri di sana. Ia merasa senang tiap kali wataru ada di sampingnya. perasaan ruki pada wataru lebih dari yang seharusnya. ia mencintai wataru, kakaknya sendiri. ia sebenarnya merasa bahwa ini tak seharusnya, namun perasaan itu begitu kuat dalam hatinya. sejak kecil wataru memang selalu melindunginya dan menjaganya layaknya seorang kakak. mungkin hal itu yang membuatnya mencintai wataru lebih dari seorang kakak. 
"aarrgghh...kak, kenapa kau begitu memenuhi pikiranku?" ruki memejamkan matanya.
tak bisa ia bayangkan jika suatu hari ia harus kehilangan wataru, mungkin ia lebih baik mati. karena bagi ruki, wataru adalah hidupnya selama ini. tanpa wataru, tak ada kehidupan baginya. 
"kak..ai shiteru.." 
ruki mulai memejamkan matanya. pengaruh obat membuat matanya terasa berat, dan sesaat kemudian ia sudah terlelap dalam tidurnya dan membawa bayang wataru dalam mimpinya.

saat ruki membuka matanya, wataru sudah ada di sampingnya. wataru tersenyum sambil meletakan roti dan susu di meja kamarnya.
"selamat pagi,pemalas..bagaimana keadaanmu?" wataru duduk di samping ranjang ruki.
"a..aku sudah baikan kak." 
"baiklah, kalau begitu aku tak perlu khawatir meninggalkanmu sendiri."
"kau mau pergi ke mana??" tanpa sadar ruki menarik tangan wataru, dan menggenggamnya dengan erat. 
wataru menatap aneh tingkah adiknya yang terasa janggal di matanya. wataru menatap ruki dalam-dalam. membuat wajah ruki perlahan memerah. lama mereka hanya saling memandang. entah atas dorongan apa, perlahan ruki mulai mendekatkan wajahnya pada wataru. perlahan-lahan jarak antara bibir mereka semakin tipis. 
tiba-tiba pandangan ruki tertuju ke arah pintu, seseorang sudah berdiri di sana. ruki segera menjauhkan wajahnya dari wataru. saat itu wataru seperti tersadar dari sesuatu, dan menoleh ke arah pintu. 

sujk berdiri menatap mereka. ia tersenyum dan kemudian pergi meninggalkan ruki dan wataru. wataru mengejar sujk, meraih tangannya dan memeluknya dengan erat.
"maafkan aku...ini tidak seperti yang kau lihat.."
"tak apa.. aku datang untuk mengatakan sesuatu." sujk melepaskan pelukan wataru sambil tersenyum.
"aku selalu memperhatikan adikmu, sepertinya dia mencintaimu lebih dari seorang kakak. mungkin dia bisa jadi pengganti yang baik untukmu" sujk melanjutkan kata-katanya.
"apa maksudmu??? kau..!!!" wataru mulai tidak bisa mengontrol emosinya. 

dari balik pintu kamarnya, ruki memperhatikan sujk dan wataru. belum pernah selama ini ruki melihat wataru yang seperti ini. wataru seperti sudah berada di puncak amarahnya.
" maafkan aku kak..." ruki berbisik lirih. air mata turut berderai dari sudut matanya.

sujk menggenggam erat tangan wataru.
"wataru, maaf. aku harus pergi." sujk berusaha menatap wataru, dan meredakan amarahnya.
"ini semua karena dia? jawab..!!" wataru melepaskan tangan sujk dengan kasar.
"bukan..aku memang harus pergi. aku akan kembali ke tempat orang tuaku. lagipula ini tak seharusnya. maafkan aku wataru. kurasa ia memang bisa menjadi penggantiku.."
wataru tersenyum sinis. 
"baik pergilah. satu hal yang harus kau tahu, dia sama sekali tak layak jadi penggantimu." 

***********

dengan ragu-ragu ruki mendekati wataru yang sedang berdiri melamun di balkon rumahnya.
"kak.." suara ruki terdengar bergetar
"kau.. kau mencintaiku?" wataru berbicara tanpa melihat wajah ruki sedikitpun
"maafkan aku..a..aku memang,.."
"jawab saja.." wataru membalikan badannya dan mulai menatap ruki. ruki hanya mengangguk pelan.
wataru tersenyum tipis.
"kau ini.. tidak seharusnya kau mencintai aku."
"kak..maafkan aku..tapi aku memang men...aku tak ingin kehilanganmu kak..!!" air mata ruki kembali berurai.
wataru hanya menatapnya datar.
"kau tidak seharusnya mencintai aku, karena aku membencimu lebih dari yang kau tahu. aku baik padamu hanya karena ibu. ibu yang memintaku menjaga dan merawatmu. karena kau, aku kehilangan kasih sayang ibu. karena kau dia meninggalkan aku. setelah ini, apa lagi yang akan kau lakukan?? kau seperti sampah dalam hidupku..!! kau tau betapa memuakkannya tinggal bersama orang yang paling kau benci dalam hidupmu??"
kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir wataru. membuat ruki sangat shock, bahkan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. perasaan ruki benar-benar tak terlukiskan, ia merasa sangat sakit. bagai ribuan pisau menghujam dadanya. rasanya lebih dari sakit yang ia selalu rasakan selama ini. nafasnya terasa sangat sesak, membuatnya sulit berbicara.
"kau...mem..."
"ya..aku sangat membencimu ruki..sangat membencimu.."
"baik...bunuh saja aku, jika itu membuatmu bahagia kak. maaf sudah merampas semua kebahagiannmu."
ruki jatuh terduduk di hadapan wataru. 
"aku memang membencimu, tapi aku juga sangat menyayangi ibu. sudah kukatakan tadi, aku lebih baik mati daripada terus seperti ini. hidup dalam kebohongan yang harus aku lakukan entah sampai kapan.."
ruki menatap wajah wataru, ia melihat wataru yang sudah memegang pistol dan mengarahkannya tepat ke kepalanya sendiri.
"kematianku bisa membuatmu sangat menderita kan? kalau begitu semua impas.." sambil tersenyum wataru menarik pelatuk di pistolnya. 

"tiiiddaakkk...kakaaaakkk...!!!!"
tubuh wataru yang sudah tak bernyawa jatuh di hadapan ruki, dengan darah segar yang mengalir dari lubang di kepalanya yang tertembus peluru.

******

owari~~ :D
hahahah..kaco dah.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar