Duality of mind

Minggu, 17 Juli 2011

MasoSadie [chap 3]

title : MasoSadie [Chap 3]
author : shinji ai 
rating : M
genre : angst, yaoi, tragedi, romance, bunuh2an, bacok2an, pancung2an,, *apasih??*
fandom : the gazette, alice nine, deluhi, screw.
pair : reita X ruki, Aoi X uruha, Kazuki X Byou
song : Nakigahara, Taion, 13stairs[-]1. Invisible wall [the gazette]
disclaimer : fandom punya emaknya dan Allah SWT, tapi ceritanya asli milik saya.. 

izin klo mw repost, dan peringatan ada sedikit simple semut di bagian tengah XDd skip klo ga suka.

*****

Ruki mengedipkan matanya berkali-kali. Matanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan ruangan yang terlalu terang. di sekeliling tempatnya terbaring, semuanya tampak berwarna putih. Ruki bangkit perlahan, dan melihat semua luka ditubuhnya telah diperban.   Tak lama kemudian seseorang masuk ke dalam ruangannya. Orang asing berambut hitam itu memperhatikan Ruki lekat-lekat, lalu kemudian mendekatinya.

“jadi, kau suka menyiksa dirimu sendiri? Kau seorang masochist, hn?” laki-laki itu menatap dingin ke arah ruki.

“bukan urusanmu..” jawab ruki ketus.

“aku mengenalmu Ruki, dan aku tau apa yang terjadi denganmu…”

Ruki menaikan sebelah alisnya, menatap balik orang asing yang entah darimana bisa mengetahui namanya. “siapa kau? Darimana kau tau namaku?”

Segaris senyum tipis terkembang di wajah orang asing itu. “sudah kukatakan aku mengenalmu, apa gunanya menjadi seorang maso? Bukankah lebih baik jika—“

“apa?? Jangan berbelit-belit!!!”

“lebih baik jika kau buat menderita orang yang sudah menyakitimu, kau akan mendapat kepuasan lebih Ru, daripada hanya sekedar menyakiti dirimu sendiri.“

Ruki tertegun mendengar penjelasan orang asing dihadapannya. Tak lama pintu ruangan terdengar diketuk beberapa kali. Laki-laki berambut hitam itu beranjak dari ranjang ruki, dan menghampiri seseorang yang sudah berdiri di ambang pintu. Ia kemudian menyuruh orang itu masuk.  Laki-laki berambut hitam itu kembali duduk di sebelah Ruki. Sementara seseorang yang baru saja datang, hanya berdiri dihadapan Ruki.
Laki-laki dengan kedua piercing di bibirnya itu tersenyum pada Ruki. “Ruki, senang bertemu denganmu”

“kalian siapa sebenarnya?? Apa mau kalian??”

“aku Kazuki, kekasih Byou..” laki laki yang baru saja datang itu memperkanalkan dirinya.

Mata Ruki tampak membulat mendengar nama Byou. Masih jelas diingatannya saat Byou menjamahi tubuhnya dengan paksa. Jari-jari tangan Ruki mengepal erat mengingat kejadian itu. Perlahan Kazuki berjalan ke samping ranjangnya. Ia membuka tirai yang menyekat ruangan itu menjadi dua. Setelah tirai yang menyekat kedua ruangan itu dibuka, Ruki melihat satu ranjang lagi tepat di sebelahnya. Di ranjang itu Byou terbaring tak sadarkan diri. Tubuhnya penuh luka sama seperti dirinya. Perban yang cukup tebal juga terlilit di kepala Byou.
Kazuki memandang lembut wajah Byou yang tampak tenang. Ia kemudian mengecup bibir Byou dan mengulumnya dengan lembut. Air mata tampak mengalir dari sudut mata Kazuki setelah ia mengecup bibir kekasihnya yang tak sadarkan diri.

“Reita yang membuatnya seperti ini.  kuharap kau mau membantuku…”

******

Nafas Juri terdengar memburu, saling berpacu dengan deru jantungnya. Puluhan peluru saling menyusul mengejar tubuhnya. Satu buah peluru berhasil menyerempet lengannya ketika ia sedang berlari menghindari kejaran para petugas. Ia tak sanggup lagi berlari, dan akhirnya berlindung di sebuah mobil bekas yang terparkir disudut dermaga. Juri menyembunyikan puluhan kilogram Heroin, ribuan butir ecstasy, dan kokain di bawah mobil tua itu. Dengan gemetar ia menekan tombol-tombol di ponselnya.
“leda..aku di arah selatan, dekat sebuah mobil tua..cepat jemput aku.. disini….”

“Jatuhkan senjatamu!!!” seseorang sudah berdiri di samping Juri dan menodongkan pistol tepat ke kepalanya. Nafas Juri tercekat,bola matanya tampak membesar melihat seseorang yang berdiri dihadapannya. Saat ini hanya satu yang ada dalam pikirannya, Ia akan berakhir disini.

Sebuah letusan senjata api bergema disudut selatan dermaga tua itu. Sesosok tubuh manusia ambruk dengan sebuah lubang menganga di pelipisnya. Bersamaan dengan itu suara deru mobil terdengar menjauh dari tempat itu.

*****

“kurasa ini sudah cukup, sebaiknya kau berhenti sekarang.” Uruha menatap sayu pada Aoi yang duduk di belakang meja kerjanya.  “aku takut terjadi sesuatu denganmu..”

Aoi tersenyum kaku lalu menghampiri Uruha dan memandangi wajahnya dari jarak dekat. Ia mulai mengulum bibir Uruha. Namun tak lama kemudian Uru melepaskan bibir mereka yang saling bertaut.
Uruha berdiri dan menatap Aoi dengan kesal. “jangan mengalihkan pembicaraan kita!!! Aku ingin kau berhenti menjadi seorang—“

Uruha tak meneruskan kata-katanya, karena bibir Aoi kembali membungkamnya. Ia merapatkan tubuh Uruha ke dinding. Uruha berusaha memberontak, ia tidak sedang ingin melakukan hal ini. namun kekuatan Aoi seperti jauh diatasnya. Ia mengunci kedua tangan uru hingga uru benar-benar tak bisa bergerak. Aoi memaksakan lidahnya masuk ke dalam rongga mulut uruha, dan menjelajahinya dengan liar hingga Uruha perlahan terhanyut dengan permainannya. saliva yang menetes dari sudut bibir Uru disapu dengan lidah Aoi dan kemudian ia kembali mengulum lembut bibir tipis kekasihnya. 

Setelah puas bertukar saliva, Aoi mulai merambati leher jenjang uru yang sangat menggoda matanya. Tangannya juga mulai mengelus pipi Uru dan tangannya yang lain mulai merambati bagian dalam tubuh Uru. Desahan yang keluar dari bibirnya membuat Aoi lebih semangat. Ia membuat beberapa tanda merah di leher dan tengkuk Uru. Aoi menoleh ke arah pintu, saat tiba-tiba dua orang masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu. Ia segera menjauhkan dirinya dari uruha dan menghampiri Leda dan Juri.

“baka!!! Berapa kali kukatakan ketuk pintu ruanganku saat kalian masuk!!!” Aoi membentak kedua anak buahnya yang mengganggu kesenangannya.

“ma..maaf Aoi, tapi ini hal penting. Transaksi kita dengan Orang perancis itu gagal.”

“brengsek!!! Apa saja kerjamu sampai gagal seperti ini??!!”

“jangan salahkan Juri!!!” Leda maju selangkah lebih dekat dengan Aoi. “ini bukan tugasnya kan? Ini seharusnya menjadi tugas Kai dan Reita, tapi mereka tak ada disana tadi. Lagipula  transaksi kita tak mungkin bocor jika tak ada yang membocorkannya.”

“apa katamu?? Mereka tak ada disana?? Keparat!!! Mereka mencoba bermain-main dengaku rupanya.”   Aoi yang frustasi mengacak-acak sendiri rambutnya. Tak lama kemudian Kai, masuk ke ruangannya. Melihat Kai datang, Aoi segera menyambar revolvernya yang berada di atas meja. Ia mengarahkannya tepat di  kepala Kai.

“Rotten seller, kau akan membunuhku hah?” Kai yang datang dengan keadaan kacau segera membentak Aoi yang menyambutnya dengan todongan pistol.

“ke mana saja kau bajingan? Kau membuatku Rugi jutaan dollar, tak sebanding dengan harga kepalamu!!” Aoi menyeringai, ibu jarinya bersiap menarik pelatuk revolver itu kapan saja.

Kai dengan cepat mengeluarkan FN five-seven  miliknya, dan mengarahkannya juga ke kepala Aoi. “hey rotten seller!! Aku keluar, muak sekali bekerja sama denganmu, setelah ini jangan lagi mencariku. Aku akan bawakan kembali semua barangmu sebagai pertanggung jawaban.”

Aoi menurunkan revolvernya. Ia menarik nafas panjang. “baik, kupegang kata-katamu.” Aoi mengalihkan pandangannya pada Leda. “leda, kau hubungi Reita. Bawa si brengsek itu dan semua barang-barangku secepatnya!! biar kuhabisi sendiri penghianat itu..”

******

Reita menghisap dalam-dalam rokok yang terselip di jari-jarinya. Sesekali ia memeriksa barang-barang yang baru saja diambilnya dari bawah mobil tua di selatan dermaga. ia memasukan semua barang-barang itu ke dalam koper hitam besar.
Ia berjanji bertemu dengan Kai disekitar gedung dekat dermaga. Tak lama berselang Kai datang menghampirinya. Reita mengerutkan dahinya, ia mencari sosok Leda dan Juri yang harusnya datang bersama Kai.

“dimana Juri dan Leda?”

“mereka menunggu di luar.”

Reita tiba-tiba terjatuh dihadapan Kai. Darah mulai membasahi baju Reita. ia mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya yang terus mengucurkan darah. Kai mundur beberapa langkah, matanya mencari-cari sosok yang baru saja menyerang reita. dari dalam gedung Ruki menampakan dirinya bersama Kazuki. Ruki menggenggam erat sebuah pistol dengan peredam di tangan kanannya. Ruki dan Kazuki mendekati Kai dan Reita yang masih terpaku melihat kedatangan mereka.

“Ru..uhhukk..” Reita memuntahkan segumpal darah pekat. Matanya tampak berkaca-kaca saat menyadari Ruki yang baru saja melakukan ini padanya. “kau…”

“aku membencimu Rei, aku benci tatapanmu yang merendahkanku!! Kau sama saja seperti kedua orang tuaku!!”

Kai bertepuk tangan mendengar pengakuan Ruki. “bagus Ru, bagus sekali. Menyenangkan bukan, membuat orang lain menderita?” Kai tersenyum tipis. Sementara Reita kaget melihat perubahan sikap Kai.

“Kai..apa yang??” Reita mencoba berdiri, namun terjatuh. Tubuhnya terasa sakit untuk digerakkan.

“aku juga membencimu Rei..” Kai menatap tajam ke arah reita. “aku muak dengan wajahmu yang tanpa dosa itu, menjijikan!! Kau sama sekali tak merasa bersalah atas kematian Meev.”

“ya,aku lihat kau sendiri yang menembak kepala meev saat itu.” kazuki mengamini kata-kata Kai.

"dan aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang sama sepertiku, Reita.." Kai tampak menyeringai. ia menyiapkan revolvernya dan tersenyum penuh makna seraya menatap kedua bola Reita.

*****

*to be continu*

bacot: jahat banget saya nistain si reitong disini.. XD *dihajar istri2 reita
minna.. mohon maaf kurang ceritanya agak mencla mencle (??) ada typo, dan kesalahan2 lain.
saya bikinnya ngebut dalam waktu semalam buat ngejar target.. DX
jelek banget nih ceritanya.. ya aMPON.. TwT *mewek di dada juki*
pokoknya maaf, klo ceritanya kurang memuaskan.. u__u
critic and comment are wellcome.. :D

2 komentar:

  1. critanya kurang memuaskan,,,
    kurang panjaaaaaaaang...........
    hehehe ^^V

    BalasHapus
  2. eh?? iyakah kurang panjang?? o.O
    hahah...klo diterusin malah abis ntar.. XDa

    BalasHapus