Duality of mind

Sabtu, 10 September 2011

under the snow [alice nine fanfic]


Title : under the snow
Author : shinji ai [yang namanya shinji ai tu saya lah pokoknya (?)]
Genre : yaoi, angst [seperti biasa ^^a]
Rating : M 
Fandom : Alice nine
pair : Saga x Shou [again XDD]
song: taion [the GazettE], rosary [screw]. rain delay [oz] 
note ": maaf klo ada typo..salahkanlah keyboard komputer saia.. ==a *plakk

******

Shou melangkahkan kakinya secepat yang ia mampu. Nafasnya terdengar memburu dan tangannya mengepal dengan erat. Gurat-gurat  emosi tergambar jelas di wajahnya. Tak lama kemudian, Shou sampai di sebuah ruangan tempat ia akan bertemu dengan seseorang.  Shou dipersilahkan duduk sebuah kursi panjang yang terletak tepat di tengah-tengah ruangan itu. Shou duduk dengan gelisah di sana, dirinya tampak kacau, menahan segala macam perasaan dan emosi yang hampir membuatnya gila.  Sesaat kemudian seseorang yang ia ditunggu akhirnya datang. Dengan santai dan tatapan dingin, ia duduk di hadapan shou. Sementara shou hanya menatapnya dengan tatapan memburu.

“maaf…”
hanya kata itu yang keluar dari bibir tipis saga. mata Shou kian membulat, mendengar ucapan saga. tangannya semakin mengepal erat, dan akhirnya melayang bebas ke arah wajah saga.  saga hanya tersenyum sinis, sambil menyeka darah yang menetes dari hidungnya.

“bunuhlah aku Shou, aku pasti bahagia mati di tanganmu…” saga menatap mata shou, seperti sengaja memancingnya untuk melakukan lebih.

“aku tidak sepertimu, saga..!!! kau itu ...” Shou yang sempat berdiri untuk menghajar saga, kini terduduk lemas. Kaca-kaca di mata shou terbias indah memantulkan pelangi kelam ke dalam mata saga. Wajah saga mulai menghangat, melihat Shou yang terlihat sangat terpuruk di hadapannya.  

“apa yang ada dalam pikiranmu saga??? Saga, yang aku kenal tak mungkin seperti ini.. kau bukan saga sahabatku..!! demi Tuhan, setan apa yang merasuki otakmu saga??!!!”

“rupanya, kau tak mengenaliku dengan baik Shou. Aku hanya ingin melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Aku ingin menjadi diriku sendiri, membebaskan diriku, yang kukunci dengan rapat selama ini...”

“ persetan dengan dirimu ini saga..!!”

“aku melakukan ini semua untukmu Shou.. aku mencintaimu.. apa kau tak pernah mengerti itu??!!!” mata shou membulat sempurna mendengar pengakuan saga. ekspresi wajah saga mulai menegang. Ia menatap Shou, dan menggenggam tangannya erat untuk meyakinkan Shou.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~ flash back~
Butiran-butiran indah turun bergantian, menghiasi malam yang tampak lebih kelam dari biasanya. Saga menengadahkan tangannya, menunggu butiran-butiran kecil itu jatuh di tangannya. Dan ia tersenyum manis saat butiran dingin itu menyentuh tangannya. Malam ini ia kembali tidur di luar, ayahnya tak mengijinkannya masuk ke dalam rumah.
Saga duduk di sudut balkon, di lantai dua rumahnya. Pelipisnya terlihat membiru dan sedikit mengeluarkan darah. Di bahu dan punggungnnya juga masih terdapat tanda merah memanjang akibat cambukan. Namun rasa sakit yang diterima dari ayahnya itu tak lagi dirasakannya. Tubuhnya seakan sudah terbiasa dengan cambukan, benturan, bahkan air panas yang sering menghujaninya.
Saga menekuk kedua lututnya, dan menyembunyikan wajahnya di sana. Dalam keadaan seperti ini, hanya senyum ibunya dan senyum shou yang bisa mengurangi rasa pedih yang mendera hati dan tubuhnya. Perlahan Saga mulai terlelap, masuk ke dalam alam mimpinya berselimut salju.

***
Shou menepuk pelan bahu saga, membuat saga terbangun . saga tampak kaget, karena tak seperti biasanya pagi itu Shou datang menemuinya.

“hei..bagaimana kau bisa masuk? Nanti kalau ada ayahku, kau bisa..”

“tenanglah saga..ayahmu tak ada. Lagipula pintunya tak terkunci. Jadi aku bisa masuk. Kau,..ayahmu melakukannya lagi??”

Shou mengelus lembut luka di pelipis  Saga. Shou tak tega dengan keadaan saga yang selalu disiksa oleh ayahnya. Sejak kecil Shou sudah berteman dengan saga. di mata Shou, saga adalah orang yang tegar. Ia selalu tersenyum walau dalam keadaan tersulit sekalipun. Dan tanpa Shou sadari, dirinyalah yang menjadi penyemangat hidup bagi saga. Shou yang mampu membuat saga bertahan sejauh ini. walaupun semua yang ia alami adalah hal yang tak wajar. Ia sanggup bertahan dalam keadaan apapun, asalkan ada Shou disampingnya.

“tak apa..aku sudah terbiasa. Oya, kau ada apa pagi-pagi sudah datang ke tempatku?”
Shou tak menjawab, ia hanya tersenyum sambil memberikan sebuah undangan pernikahannya pada saga. saga hanya terpaku melihat nama di undangan yang tampak indah itu. Sesuatu dalam dadanya seperti bergejolak hebat. Rasa sakit mendera hatinya,hingga ia seperti tak sanggup bernafas. Rasa sakit yang jutaan kali lebih menyakitkan dibandingkan siksaan ayahnya.  Tangan saga tanpak bergetar saat menerima undangan itu.

“kau akan..menikah?” suara saga nyaris tak terdengar saat itu, di saat yang bersamaan terdengar suara seseorang memasuki rumah saga. ayah Saga sudah kembali.

“hei..aku pergi dulu ya..ayahmu sudah kembali. Nanti sore temui aku di tempat biasa..” setelah itu dengan cepat Shou berlalu pergi.
Saga masih diam menatap nama Shou di undangan itu. Hatinya terasa sangat sakit. Ia tak bisa menerima kenyataan bahwa ia akan kehilangan Shou. Setelah menikah, Shou tidak mungkin akan selalu ada untuknya lagi. Tanpa terasa Air mata mulai mengalir di pipinya.

Tiba-tiba seseorang menarik rambut saga dengan kasar, dan menyeretnya. Saga meringis menahan sakit di kepalanya, dan dilihatnya sang ayah sudah menyiapkan ikat pinggangnya.
Shou yang belum pergi dari rumah saga mendengar suara nyaring yang memekakan telinga disusul jeritan saga yang menahan sakit. Shou pun menghentikan langkahnya sejenak. Ia ingin masuk ke dalam, namun rasa takut lebih besar menguasai dirinya. Suara jeritan saga yang semakin pilu terus mengganggu pikirannya. Tak lama kemudian suara jeritan itu terhenti, dan akhirnya dengan ragu shou meninggalkan rumah saga.

“hei pemalas, ayo cepat bangun.!!” Tubuh saga yang tersungkur lemah dan penuh darah itu tak membuat ayahnya berhenti menyiksanya. Dengan kasar ia terus menendang tubuh saga. saga mengedipkan matanya perlahan, membuat air matanya jatuh berhamburan. Ia masih sadar, dan berusaha menahan semua sakit yang diterimanya. Mata sayunya tiba-tiba berubah menjadi tatapan nanar. Saga berusaha bangkit, dan sekilas melirik tajam ke arah ayah tirinya yang mulai tersenyum puas.

Tangan saga dengan cepat meraih vas bunga di meja, disamping tempat ia berdiri. Lalu ia menghantam kepala ayahnya dengan vas bunga itu. Melihat ayahnya tersungkur, saga segera mengikat tubuh ayahnya agar tak bisa bergerak. Setelah itu ia mengambil beberapa pecahan vas bunga  dan menancapkannya satu persatu dengan dalam ke sekujur tubuh ayahnya.  Saga tersenyum puas, sambil memandangi tubuh tak berdaya di hadapannya. Sambil tersenyum ia berlalu, meninggalkan ayahnya hingga ia mati kehabisan darah.

***
Shou melihat kerumunan orang di depan rumah calon pengantinnya. Ia juga melihat beberapa mobil petugas keamanan. Firasatnya menjadi buruk saat itu juga. Shou berusaha menembus kerumunan orang itu, hingga ia sampai tepat di depan pintu rumah kekasihnya. Sesosok tubuh tak bernyawa dengan gaun pengantin tergantung tepat di pintu masuk ke rumah itu. Tubuh malang itu juga penuh luka sayat, dan pisau besar yang tertancap kokoh di bagian perut. Air mata shou jatuh menetes, melihat sosok bergaun pengantin yang sudah tak bernyawa itu.

Tak lama kemudian dari dalam rumah, beberapa orang petugas keluar sambil membawa seorang pemuda. Pemuda itu sempat melihat ke arah shou dan tersenyum seperti biasanya, sambil berlalu.

“saga…” shou berbisik lirih, dan air matanya semakin deras mengalir membasahi pipinya.
Ekor mata saga masih tetap terpaku pada sosok shou yang masih mematung dengan air mata yang berurai. Saat seorang petugas menyuruhnya masuk ke dalam mobil, barulah saga melepas matanya dari sosok shou yang sangat dicintainya.

~flash back end~

 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pikiran Shou yang menyeretnya kembali ke masa kelam itu, membuat air matanya kembali berlinang. Ia terus menunduk, tak menoleh ke arah saga sedikit pun. Seorang petugas mengingatkan Shou, jika waktu untuk menjenguk sudah hampir habis.

“maafkan aku shou..” saga mengangkat dagu shou, berusaha mendapat pandangan matanya.

“kau bodoh saga…kau tidak perlu melakukan semua ini. Kau hanya semakin menyiksa dirimu sendiri..!! aku menyuruhmu untuk menemuiku, tapi kau justru melakukan semua ini?? Dasar bodoh..!!”

Saga hanya diam sambil terus memandangi mata shou yang basah.

“aku juga mencintaimu saga…dan kau tau betapa aku kecewa saat kau hanya diam mendengar kabar pernikahanku. Aku pikir kau tak peduli saga… ”

Shou mulai beranjak dari tempat duduknya dan mulai meninggalkan saga yang masih diam. Sebelum Shou keluar dari ruangan itu, ia menoleh ke arah saga. wajah hangat saga tercermin di mata Shou. Wajah yang sempat hilang itu kini kembali dari musim dingin yang sempat menguburnya dalam salju. shou tampak tersenyum sekilas.
“saga ku sudah kembali…” 

~~~ Owari ~~~~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar