Duality of mind

Sabtu, 10 September 2011

violon de verre [alice nine fanfic]


title : Violon de verre
author : shinji ai 
genre : yaoi lah, memanknya apalagi? XD [bangga.. XDD], angst.
fandom : alice nine, dan seorang wanita. terserah mo bayangin itu sapa, bayangin diri sendiri juga boleh.. XD
rating : T
pair : Saga x Shou
song : jukai ni saku ai [screw], rain delay [OZ], hanakotoba [the GazettE]
summary : ~ itoshiku tada itoshiku anata wo ~
[cie elah..tumben amat bikin fic ada sumary'nya.. XD *ngakak gaje*]

*******

~shou's pov~
aku hanya seseorang yang payah. hanya biola ini yang bisa ku mainkan, selebihnya aku tak bisa apa-apa. di panti asuhan ini, hanya saga yang dekat denganku. sementara yang lain entah mengapa mereka sepertinya enggan dekat denganku. berbicara pun hanya sekedarnya saja. sejak kecil hingga sekarang hanya saga orang yang benar-benar dekat denganku dan mengerti aku melebihi siapapun. tapi walaupun hanya seorang saga yang dekat denganku, aku merasa sudah cukup. ia memberikanku kebahagiaan yang lebih dari yang aku bayangkan. setiap hari setelah pulang sekolah, aku menghabiskan waktu bersamanya di bukit di belakang panti asuhan kami. setiap hari aku melatih kemampuanku memainkan biola. saga bilang, ia menyukaiku ketika aku memainkan biola. ia juga bilang, jika permainan biolaku terdengar merdu dan indah. kata-kata saga memacuku untuk terus lebih baik dan sempurna memainkan biola. ah, dunia ini sangat sempurna dengan hadirnya saga di kehidupanku. 

 - author -
shou bergegas pulang dari sekolahnya. ia tak tahu mengapa Saga tiba-tiba meminta izin pulang terlebih dahulu tanpa memberi tahunya terlebih dahulu. bukan Saga yang seperti biasanya. sesampainya di panti asuhan, Shou langsung menuju kamar Saga. Shou sangat terkejut saat dilihatnya kamar Saga dalam keadaan kosong. hanya tergeletak sebuah biola kaca diatas tempat tidur saga. dengan panik Shou membuka lemari pakaian di sudut ruangan itu. lemari itu juga sudah kosong, tak ada yang tersisa di sana. Shou sangat panik, ia bahkan hampir menangis melihat kamar Saga.

"shou.." 
Shou menoleh ke arah pintu, di sana Saga berdiri dan tersenyum padanya. Shou segera menghampiri saga dan memeluknya erat. 

"saga, kau ini membuatku khawatir. kenapa kau pulang lebih dulu tadi, dan kenapa kamarmu kosong seperti ini?"
saga tak menjawab pertanyaan Shou, ia hanya diam. namun tampak keraguan dan gurat khawatir di raut wajahnya. ia menatap shou untuk beberapa saat, dan menarik nafas panjang.

"shou, aku ada hadiah untukmu." 
Saga mengambil biola  kaca di atas ranjangnya, dan memberikannya pada shou. Shou menerima hadiah pemberian Saga itu dengan ragu-ragu. 

"ini untukku? ini kan mahal, darimana kau mendapatkannya?"

"kau tak perlu tau darimana aku mendapatkannya. aku hanya ingin kau memainkannya dengan indah seperti biasa. percayalah padaku shou, suatu saat semua orang pasti akan menganggapmu ada. semua orang akan mengakuimu, kau punya sesuatu yang bisa kau banggakan. jadi jangan pernah menganggap dirimu seseorang yang tak berguna."

saga tersenyum pada Shou dan memeluknya. Sementara Shou masih tampak bingung. ia tak mengerti dengan apa yang dimaksud saga dan biola kaca di tangannya. tak lama kemudian ibu pengasuh panti asuhan mereka datang, memanggil saga. setelah itu Saga ikut ke ruangan besar yang disediakan untuk tamu yang datang ke panti asuhan itu. Shou mengikuti Saga dari belakang. saat sampai di ruangan tamu, Shou melihat sepasang suami istri berpakaian rapih sedang menunggu di sana.

 "saga, mulai sekarang mereka adalah orang tuamu. beterima kasihlah pada mereka karena mereka mau mengangkatmu sebagai anak."
 penjelasan sang ibu pengasuh membuat jantung Shou seperti berhenti berdetak. kedua orang itu akan mengambil saga dari kehidupannya. air mata tampak mulai menggenang di mata indah Shou. ia benar-benar tak rela jika harus kehilangan Saga. ia benar-benar tak habis pikir mengapa harus saga yang harus di adopsi oleh pasangan itu. bukankah saga sudah dewasa? mengapa mereka tak mengambil anak yang lain. saat Shou sibuk dengan berbagai macam pikirannya, saga datang menghampirinya untuk mengucapkan selamat tinggal.

"shou.. maaf aku..."

"tak perlu minta maaf, kau memang beruntung saga. aku.. aku.. memang hanya seorang yang payah.. tak seorang pun mau melihatku, atau bahkan tinggal bersamaku. termasuk kau.. pergilah, dengan keluarga barumu itu."
shou membalikan tubuhnya, meninggalkan saga. saga sedikit kaget dengan reaksi Shou yang seperti ini. dalam hatinya ia menyesal menerima permintaan adopsi dari pasangan yang sedang berdiri di belakangnya sekarang. mata Shou yang tampak basah saat meninggalkannya semakin membuat saga semakin merasa bersalah.

******

~shou pov~
hari-hari berikutnya kujalani dengan kesendirian. saga tak lagi ada di sampingku setiap saat seperti dulu. aku memang tak pernah menunjukannya pada siapa pun, namun dalam hatiku, aku merasa sangat terpuruk. aku bukan apa-apa tanpa saga. aku bahkan tak pernah menyentuh biola kaca pemberian saga. aku takut merusaknya, pemberian dari seseorang yang berharga bagiku. 

3 bulan setelah kepergiannya, Saga kembali.  walaupun hanya sekedar berkunjung itu sudah membuatku cukup senang. dan kami seperti biasa, menghabiskan waktu di bukit di belakang panti asuhan kami. sejak saat itu, saga sering datang walau tak setiap hari. ya, setidaknya aku menjadi lebih baik. dan semua berjalan seperti itu, hingga aku lulus sekolah menengah atas. 

- author -
sebuah mobil sedan tampak terparkir di depan panti asuhan tempat Shou di besarkan. Shou tampak tersenyum girang melihat mobil itu. itu berarti ada Saga di dalam. dengan segera shou masuk ke dalam panti. namun ia tak menemukan saga di sana. Shou justru bertemu dengan sang ibu pengasuhnya.

"shou.. bagaimana pengumuman kelulusanmu?"
sang ibu pengasuh bertanya pada Shou, saat ia sedang mencari saga.

"aku lulus bu. dan guruku juga menawariku beasiswa untuk melanjutkan kuliah di universitas terbaik di kota"

"syukurlah kalau begitu, oya Shou tadi saga datang mencarimu. sepertinya ia menunggumu di bukit. cepatlah kau ke sana. ia sudah lama menunggu.."

setelah berpamitan pada ibu pengasuhnya, Shou bergegas pergi menuju bukit di belakang panti asuhannya. dari kejauhan ia melihat saga sedang bersandar di sebuah pohon, tempat biasa mereka berteduh. saga tampak memegang biola kaca miliknya.

"hei, kau tampak lebih kurus setelah menghadapi ujian. hahahah.. "
shou menyapa saga yang sedang memperhatikan biola kacanya.

"eh, shou. maaf aku mengambil ini dari kamarmu tadi."
 melihat shou datang, saga segera berdiri dan memberikan bioala kaca itu pada Shou. 

"tak apa, ini kan milikmu juga. oya, aku lulus dengan nilai terbaik saga. dan aku juga sudah mendapatkan beasiswa, jadi kita bisa kuliah di tempat yang sama. bagaimana kau senang kan? kita akan bersama-sama lagi.."
wajah Shou menunjukan ia sangat bahagia, dan harapan yang besar untuk bisa melanjutkan kuliah bersama-sama saga. namun wajah saga terlihat berbeda jauh dengan shou. 

"bersama-sama? maksudmu apa?"

"kita melanjutkan kuliah di tempat yang sama saga.. memang kau tak mau?"

"kenapa kau tampak begitu senang shou?"
pertanyaan saga membuat shou terdiam. ada sesuatu yang berbeda dari saga. ia bahkan tak menemukan mata teduh saga yang biasanya mampu menenangkan hatinya. tatapan saga padanya sekarang justru membuatnya takut. shou memang merasakan ada perubahan pada Saga, sejak ia pergi meninggalkannya dan panti asuhan. 

"karena aku senang ada di dekatmu, aku ingin kita terus bersama. kupikir kau juga seperti itu."

"aku tidak berpikir seperti itu. lagipula setelah ini aku tidak akan melanjutkan kuliah. aku akan menikah, dan meneruskan perusahaan ayah angkatku. shou, aku tidak mungkin terus bersamamu. aku tidak akan mendapatkan apapun jika aku terus bersamamu begitu juga kau. lihatlah kau sekarang.. kau masih menjadi seorang anak panti asuhan, sedangkan aku? kita sudah berbeda jauh shou. tak ada yang bisa kuharapkan dari seorang anak panti asuhan sepertimu.."

Shou tak bisa berkata apa-apa lagi. ia hanya terdiam. bibirnya sudah tak mampu menjelaskan bagaimana luka dan sakit yang sangat menusuk hatinya, hanya air matanya yang jatuh yang mampu menjelaskannya dan membuat saga mungkin mengerti apa yang ia rasakan. saga beranjak pergi tanpa berkata apa-apa meninggalkan Shou, saat seorang wanita datang menghampirinya.  Shou hanya memandang saga yang terus menjauh dan menghilang dari pandangannya. 

"ya..aku memang bukan apa-apa saga. seorang anak panti asuhan sepertiku tak pantas mendampingimu.."

~~~~~~~

"selamat ya... kau sudah menjadi orang hebat sekarang.."
suara seorang wanita membuyarkan Shou dari lamunannya. mengenang masa lalunya bersama seseorang berharga yang pernah ia punya. matanya tampak menatap sayu, sebuah pohon di mana mereka pernah menghabiskan waktu hampir separuh hidup mereka. shou tersenyum pada seorang wanita yang baru saja menyapanya. shou tak merasa risih saat seseorang yang tak ia kenal menyapanya. ia sudah terbiasa, sekarang hampir semua orang mengenalnya. shou adalah seorang pemain biola yang terkenal, bahkan hingga ke luar negeri. shou berusaha bangkit dari keterpurukannya, setelah ia kehilangan orang yang berharga baginya. ia berusaha lebih keras, untuk menunjukan pada semua orang, bahwa ia mampu menjadi seseorang yang di akui. ia benci menjadi pecundang, yang membuatnya kehilangan saga. 

"aku sangat menyukai karya - karya anda. permainan biola anda sangat indah dan menyentuh hati.."

"ah, anda berlebihan. terima kasih atas pujiannya."
Shou kembali tersenyum dan sedikit membungkukan badannya sambil mengucapkan terima kasih. setelah lama memandang wanita di hadapannya, Shou merasa tak asing. ia pernah sekali waktu melihatnya, saat ia sedang melakukan konser tunggalnya. 

"aku tidak berlebihan, anda memang seorang yang hebat. pantas saja saga sangat menyukai anda. sulit sekali ya menemui anda, bahkan aku harus meminta tolong pada pengurus panti asuhan itu."
wanita itu menatap kosong, sementara shou kaget mendengar nama yang diucapkan wanita di sampingnya. memori Shou kembali memutar masa lalunya, saat terakhir ia bertemu saga di bawah pohon itu beberapa tahun yang lalu. shou ingat, wanita inilah yang pergi bersama saga meninggalkannya waktu itu.

"kau..."

"maafkan aku shou, mungkin setelah kau ingat, kau akan membenciku. aku sengaja mencarimu, aku ingin kau mengerti sesuatu."
shou tak menjawab sepatah kata pun. rasa sakit yang telah lama ia kubur kembali terasa. ia hanya menatap tajam wanita disampingnya, yang telah berani membuka luka lama di hatinya.

"Saga bangga padamu Shou. ia sangat mengerti dirimu, dan ia juga tau bagaimana membuatmu jadi seperti sekarang ini."

"ya, ucapkan saja terima kasihku padanya. aku tak akan jadi seperti sekarang tanpa biola kaca pemberiannya."

"Saga tau kau sangat bergantung padanya, maka dari itu ia memutuskan untuk meninggalkanmu. jika kau terus bersamanya, kau tak mungkin jadi seperti sekarang. mungkin kau akan ikut hancur, seperti aku..."

"apa maksudmu? ia meninggalkanku karena aku seorang anak panti asuhan yang tak punya apa-apa, lemah, dan..."

"Shou..!!! ia meninggalkanmu karena ia menyayangimu, ia mencintaimu. terkadang memaksakan diri untuk bersama seseorang yang kita inginkan justru membuat kita tak dapat meraih impian yg sebenarnya bisa diraih.."

"sudah cukup..!! kau bisa pergi, tinggalkan aku sekarang.."

"baik.. maaf aku sudah mengganggumu shou. aku harap kau berkenan mengunjungi makam saga, dia sangat merindukanmu..."

mata Shou membulat, ia tak bisa sepenuhnya percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. tiba-tiba air matanya jatuh menetes dengan deras. sejauh apapun ia melangkah, hatinya tetap sama seperti dulu untuk saga. rasa kehilangan begitu menyesakan dadanya, bahkan ratusan kali lipat lebih sakit saat Saga meninggalkannya dulu. berita kematian tentang saga tak pernah sampai padanya. perlahan ia melangkahkan kakinya, mengikuti wanita yang baru saja bersama tadi. 
Shou mulai mengerti semua yang dilakukan saga untuknya, mengerti cara saga mencintainya. 

~ owari ~
*********

dimohon untuk tidak mrepost fic ini dimanapun tanpa izin saya. apalagi di hak milik, saya ga akan rela tujuh turunan. :p




sagaandshou-1.jpg saga and shouchan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar