Duality of mind

Senin, 14 Mei 2012

Rosario —Colour Me Blood— [Chap 2]


Tittle : Rosario —Colour Me Blood— [Chap 2]
Author : Shinji Ai
Rating : M
Genre : Angst, DarkFict, OOC, Shonen Ai/BL/Yaoi dan sejenisnya(?)
Fandom : the GazettE, ScReW.
Pair : Aoi x Uruha, Reita x Ruki, Kazuki x Yuuto
BGM : Beast of Blood — Malice Mizer, OGRE — the GazettE, Answer —ScReW
a/n : this fic bassed on Sadie song ‘Rosario’, but its difficult for me, to make it as Song Fic. =.=)a
please enjoy minna.. ^_^)

===========

getaran yang menimbulkan bunyi cukup keras di meja membuat kazuki tersentak dari mimpinya. ia mengerjapkan matanya, dan untuk sesaat ia tak ingat jika sedang berada di sebuah kamar rumah sakit—tempat Yuuto dirawat. ia tertidur dengan posisi duduk menghadap ke arah Yuuto yang masih terlelap. bunyi getar ponselnya yang semakin meraung berhasil mengembalikan kesadaran Kazuki seutuhnya. Ia segera meraih benda kecil berwarna putih itu lalu membaca sebuah nama yang tertera di layarnya.

“byou?”
jantungnya berdegup semakin cepat ketika ia membaca nama itu.firasatnya mengatakan sesuatu yang akan dibicarakannya bukanlah hal yang menyenangkan. kazuki menarik nafas panjang, menyiapkan dirinya dengan hal buruk yang mungkin akan terjadi, “moshi moshi..”

“aa~ kazuki kun, lama tak bicara denganmu…” suara Byou di seberang sana terdengar begitu sumringah. namun bagi kazuki suara itu terdengar seperti sedang merendahkan atau mengancamnya secara tidak langsung. kazuki menoleh ke arah Yuuto yang masih tampak damai dalam tidurnya, ia kemudian memutuskan untuk melanjutkan pembicaraan itu diluar. ia tidak ingin Yuuto mendengar percapakannya dengan Byou.

“aku tak punya banyak waktu, cepat katakan ada perlu apa kau denganku?” seru kazuki sambil melangkah keluar kamar perawatan.

“hei.. hei.. santai dulu, aku tahu kau sedang merawat kekasihmu itu kan? di sebuah rumah sakit besar. pasti keadaan Yuuto akan segera membaik bukan? oya, omong-omong darimana kau bisa dapat uang sebanyak itu untuk merawat yuuto disana??”

pertanyaan Byou dengan telak menghujam jantungnya, Pikiran laki-laki berambut kemerahan itu seketika kacau tak menentu. Dengan susah payah Kazuki berusaha keras berdamai dengan perasaannya yang tiba-tiba menjadi panik. ia tentu tak mungkin memberi tahu Byou darimana ia mendapat uang. “aku baru dapat pekerjaan besar, dan imbalannya lebih dari cukup untuk mengobati yuuto.” Kazuki menjawab dengan datar, walau tak seirama dengan detak jantungnya yang semakin tak beraturan.

terdengar suara tawa Byou yang lagi-lagi terdengar seperti sedang merendahkannya, “hahaha, ya tentu, menggagalkan transaksi besar seorang diri, dan membunuh tiga orang sekaligus adalah pekerjaan yang sangat besar. iya 'kan kazuki kun?”

sepasang mata Kazuki membulat makin sempurna. ia begitu terkejut dan tak lagi bisa mengendalikan dirinya,
“kau??!!”

“jangan kaget begitu, aku tak akan mencelakaimu dengan informasi yang sangat penting ini. justru aku ingin mengajakmu bekerja sama.”

“jangan macam-macam kau Byo!! apa maumu sebenarnya?!” kazuki menekan suaranya serendah mungkin, nafasnya pun mulai terdengar memburu seiring dengan detak jantungnya yang kian terpacu oleh rasa khawatir.

“sudah kubilang, aku hanya ingin mengajakmu bekerja sama. sebaiknya kau berikan informasi ini pada Aoi lalu meminta imbalan yang lebih banyak darinya. 70% imbalan itu kau berikan padaku, sisanya bisa kau ambil untuk biaya tambahan pengobatan kekasihmu yg tak berguna dan tinggal menunggu mati itu.”

“brengsek, kau ingin mengancamku hah?! dengar, semua yang aku lakukan kemarin tak ada hubungannya dengan Aoi!! jadi tak ada yang harus kulaporkan padanya!! dan jangan pernah kau menghina Yuuto, atau— ”

“atau apa?" Byou terdiam sejenak, memberi kesempatan lawan bicaranya yang ternyata justru memilih diam. "lalu bagaimana dengan Rosario? sudahlah kaz,kau jangan mengelak dan berfikir untuk menolak permintaanku. jika kau menolak maka aku sendiri yang akan katakan pada Aoi jika kau telah berkhianat dan bekerja sama pada Rosario yang entah siapa itu. aku jamin, kau tak akan pernah melihat yuuto lagi untuk selamanya.”

kazuki terdiam,tenggelam dalam rasa khawatir dan pikirannya semakin kacau. pilihan yang serba sulit itu terasa menghimpit ruang berpikirnya. bahkan untuk bernafas saja rasanya cukup sesak seolah dunia menekan ruang geraknya. dua jalan yang dihadapakan padanya akan berujung pada muara yang sama.

“aku beri kau kesempatan berpikir. jika sampai jam 12 malam nanti kau tak menghubungiku, silahkan katakan selamat tinggal pada Yuuto."

kazuki menggenggam erat ponselnya. perlahan ia bergerak mundur, menyandarkan punggungnya pada tembok. tubuhnya bagai hilang keseimbangan, merosot dan jatuh terduduk begitu saja di lorong rumah sakit. ia menunduk dalam dan bahunya tampak berguncang. air mata menetes jatuh dari wajahnya yang tampak menunduk. “maafkan aku yuu.. maafkan aku...”

ia sadar rasa sesal yang begitu menyesaki dadanya saat ini tak akan berguna. tak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya, jika pada akhirnya semua yang ia lakukan justru mengancam keselamatan seseorang yang paling dilindunginya. apa yang ia lakukan hanya demi Yuuto, namun yang terjadi sekarang justru sebaliknya. rasa sayang dan khawatirnya yang begitu besar membuatnya tiba-tiba lumpuh untuk berpikir.
"apa yang harus aku lakukan?!"

.

.


di sebuah ruangan yang tampak remang seseorang sedang menyesapi segelas red wine di tangannya. pembicaraan yang baru saja didengarnya itu ditanggapi dengan tatapan sinis. laki-laki itu tampak tersenyum sarkatis sebelum melepaskan handsfree yang terpasang di telinganya.

“kau mencari kematian padaku rupanya”

ia meletakan gelas wine itu disamping sebuah replika teratai kecil di hadapannyai. laki-laki itu kemudian berdiri dan mengambil sebuah jas hitam dari sofa merah didepannya. setelah mengenakan jas dan kaca mata hitamnya, laki-laki itu kemudian meninggalkan ruangannya.

][ ~ ][ ~  ][  ~ ][ ~ ][ ~ ][ ~ ][ ~ ][

Byou tampak menyeringai saat mendengar pintu apartemennya diketuk oleh seseorang. ia tak menyangka Kazuki akan secepat ini mengambil keputusan. dengan langkah tergesa dan rasa tak sabar ia  menuju ke arah pintu. saat Byou membuka pintu sosok yang ada dihadapannya justru membuatnya sedikit terperangah karena ternyata yang ada dihadapannya bukan sosok kazuki yang diharapkannya.

Byou memperhatikan lekat-lekat tamunya yang datang tanpa diundang itu, “kau?! ada perlu apa ke sini?”

“ada pekerjaan untukmu dari Aoi. ia mengutusku untuk menyampaikannya padamu, Byou san.” laki-laki berparas manis itu tersenyum sekilas. tanpa menunggu persetujuan Byou, ia segera masuk ke dalam lalu menempatkan diri di sofa yang terletak di ruang depan. Byou hanya menggeleng memperhatikan tamunya yang bertingkah sesuka hati di tempatnya. ia kemudian masuk kedalam, dan kembali ke ruang depan dengan dua minuman kaleng di tangannya.

“tak biasanya Aoi menyuruhmu.” Byou membuka minuman kalengnya, sementara tamu istimewanya itu hanya menjawab pertanyaannya dengan sebuah senyum tipis. senyum dengan ribuan makna yang tak mampu diterka maknanya. “oya, omong-omong pekerjaan apa yang harus aku lakukan? uang hasil transaksi kemarin belum aku serahkan, tapi dia sudah memberiku pekerjaan lain. tidak biasanya...”

“apa kau sudah menerima email dari Aoi? dia bilang akan mengirimkan email padamu, sebelum aku datang. mungkin ia akan sedikit menjelaskan pekerjaan yang nanti harus kau lakukan.”

“sepertinya belum, ah sebentar aku lihat dulu.” Byou kembali masuk ke dalam, mencari ponselnya yang ia tinggalkan di kamar tidurnya.

sekembalinya dari kamar, byou mendapati tamunya sedang berdiri di tepi jendela. menatap ke arah luar dengan tatapan kosong. “tak ada pesan apapun dari Aoi san, apa dia lupa?” Byou mendudukan tubuhnya di sofa. ia meneguk sisa minuman kaleng miliknya sebelum kembali berkutat dengan benda kecil berwarna hitam di tangannya.

“benarkah?" laki-laki itu melirik ke belakang, memandang Byou hanya dari sudut matanya. "lalu sekarang bagaimana perasaanmu, Byou san?"

sosok Byou kini sedang terguling-guling di lantai, kedua tangannya memegang lehernya dengan begitu kuat. seluruh tubuhnya terasa sangat sakit dan sulit digerakkan. tenggorokannya pun seolah terasa menyempit hingga ia kesulitan mengambil nafas. laki-laki itu mendekati Byou yang sedang berjuang di antara hidup dan matinya. Byou berusaha bicara tetapi sulit, ia justru terbatuk-batuk dengan menyeburkan darah yang lebih banyak dari sebelumnya.

"maaf, Byou san. aku tak sengaja menjatuhkan arsenik dan racun syaraf ke dalam minuman kalengmu." laki-laki itu menatap datar ke arah Byou yang masih terbatuk. "tenang saja, efeknya hanya sesaat. seluruh darah ditubuhmu akan naik ke kepalamu,terkumpul disana dan akhirnya keluar melalui mulut, hidung, telinga dan matamu. setelah itu kau tak akan merasakan rasa sakit apapun."

kedua tangan Byou mengepal erat menahan rasa sakit luar biasa yang menyiksa seluruh tubuhnya. semua yang dikatakan tamu istimewanya itu memang benar, ia merasakan seluruh darahnya terasa berkumpul dikepalanya mengakibatkan rasa pusing yang teramat sangat. kini rasa sakit dan ngilu menjalar di hidung, mata dan telinganya. secara bersamaan darah dengan jumlah banyak terus mengalir keluar dari sana. matanya terasa begitu sakit dan perih saat setetes demi setetes darah mengalir keluar melewati bola matanya. di sisa kesadarannya yang tinggal sedikit, ia sempat melihat laki-laki yang sangat tak asing baginya itu menulis sesuatu dengan darahnya yang banyak berceceran di lantai. Byou berusaha membalikan tubuhnya, membaca sebuah tulisan di temboknya yang berwarna putih.

ROSARIO...

Byou terkejut, dengan susah payah dilihatnya kembali sosok yang sedang berdiri dengan angkuh menyaksikan detik-detik kematiannya. sosok itu kemudian tersenyum, senyum yang sedang merendahkannya.
"akulah Rosario yang kau cari itu Byou san, dan sekarang kau pasti mengerti alasanku membunuhmu. maaf, aku terpaksa karena kau dengan lancang ikut campur dalam urusanku. tapi kurasa, manusia sepertimu memang pantas mati.."


][ ~ ][ ~  ][  ~ ][ ~ ][ ~ ][ ~ ][ ~ ][


"darimana saja kau? kenapa pergi lama sekali? Aoi mencarimu tadi." Ruki sibuk membolak-balik halaman majalah yang sedang digenggamnya. kedatangan Reita tak membuat perhatiannya beralih dari majalah fashion yang sedang dibacanya. laki-laki dengan penutup hidung itu tersenyum lalu menghampiri Ruki yang masih sibuk dengan kegiatan membacanya.

"hei, kau tak sopan bicara tanpa melihat mataku seperti itu." Reita berdiri tepat dihadapan Ruki.

"sopan? ternyata orang sepertimu masih mengenal kata sopan." Ruki balas menatap Reita yang berdiri menjulang di hadapannya. tatapan Reita yang seperti itu membuat jantungnya berdetak tak normal secara tiba-tiba.

"jadi, yang mencariku, kau atau aoi?" Reita menatap sosok Ruki di bawahnya. namun Ruki tak menjawab, wajahnya tiba-tiba bersemu merah membuat sesuatu dalam diri Reita tiba-tiba bergolak. ia meraih majalah yang dipegang Ruki, lalu membuangnya ke sudut ruangan.

"apa yang kau— mpphh"

Ruki tak bisa meneruskan kalimatnya karena Reita sudah membungkamnya. Reita mendorong tubuh Ruki pelan hingga ia kini dalam posisi tertidur di atas sofa, dan Reita berada di atasnya dengan posisi yang sempurna. Reita kembali menyesapi bibir kekasihnya. untuk sesaat Ruki hanya bisa terpaku merasakan sensasinya tanpa bisa memberontak. detik berikutnya Ruki berusaha melepaskan diri dari reita, bukannya tak ingin, ia hanya tak mau melakukannya di tempat yang salah. namun usahanya sia-sia, Reita sudah dalam posisi sempurna mengunci tubuhnya.

Reita menghisap kuat mulut ruki, membuat laki-laki mungil berambut pirang dibawahnya itu mendesah tertahan. sesekali ia menyapukan lidahnya di bibir Ruki yang sudah basah, membuat Ruki akhirnya terpengaruh dan tak lagi memberontak. saat ini Ruki justru intens membalas serangan dari Reita. lidahnya menyapu saliva yang mengalir di sudut bibir Reita dengan liar. jemari Reita pun mulai menelusup masuk ke dalam baju Ruki, memilin nipplenya hingga membuat Ruki mengerang.

"Baka!!! apa yang kalian lakukan ditempatku!!"

suara bentakan Aoi seketika menghentikan aktifitas mereka. rasa sakit kepalanya terasa semakin menjadi saat itu, "dasar mesum, kau tak harusnya melakukan itu disini!!"

Reita hanya tersenyum sinis menanggapi Aoi. sementara Ruki hanya terus menunduk dalam tak berani menatap Aoi yang baru saja memergokinya.

"Ruki, apa kau melihat Uruha?! kenapa ia tak ada ditempatnya?!" Aoi menatap sosok Ruki yang hanya menunduk sejak ia datang.

"aku disini, Aoi. aku hanya keluar sebentar membeli makanan kecil di minimarket" Uruha masuk ke ruangan dengan membawa sebuah kantong plastik berwarna putih.

"sudah kubilang kau tak boleh pergi keluar sendiri kan?! aku tak mau terjadi sesuatu denganmu!" Aoi menghampiri Uruha dan memeluknya dengan erat. "apa kau pergi dengan Kai?" tanya Aoi setelah ia melepas pelukannya.

Uruha menggeleng pelan, "tidak, aku pergi sendiri."

"lalu kemana dia?? aku tak melihatnya sejak tadi, aku juga tak sedang menyuruhnya." Aoi menatap satu persatu wajah teman-temannya. ia berhenti dan cukup lama menatap Reita.

"oya, ada sesuatu yang harus kulaporkan padamu," Reita bicara saat tatapan mata Aoi tepat jatuh di matanya, "Byou, aku sudah ke tempatnya tadi. dia sudah mati, Rosario yang membunuhnya."

"apa??!!" Aoi menatap nanar ke arah Reita. "bagaimana kau tahu?!"

"waktu aku datang, disana sudah banyak polisi. aku tak sempat melihat jasadnya, tapi aku sempat melihat sekilas dari lorong apartemennya. ada begitu banyak darah di lantai dan nama Rosario yang ditulis dengan darah di tembok."

Uruha menatap wajah Reita yang begitu tenang dan datar saat menjelaskan apa yang ia lihat. tak lama berselang sosok Kai datang dengan tergesa-gesa. rambut hitamnya tampak mengkilat dan basah oleh peluhnya sendiri. nafasnya tampak mengayun naik turun secara cepat.

"darimana saja kau?" Aoi menatap tajam ke arah Kai, "kenapa kau, nafasmu tersengal seperti dikejar harimau seperti itu?"

"aku..."


To be Continue~~~~

chap 2nya datar.. gomen ya minna san m(_ _)m
anou, moodnya lagi ga beres waktu nerusin ini. *author ga profesional*
salahkan yuuto yg bikin mood gw ngedown gara2 dia keluar(lagi) dari bandnya TaT *curcol*

buat mae chu~ yg req simple semut ReitUki, semoga puas.
aye ga jago dah bikin semut-semutan. cuma jadi semut minimalis(??) kaya gitu ==)a
koment, kritik, saran, ditunggu.
dont be a silent reader ya.. ^_~)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar