Duality of mind

Senin, 26 Desember 2011

Be with u [alice nine fanfic]


Tittle : Be with u  
Author : Shinji Ai
Chapter : 1/2
Genre : fluff, romance, MxM, shonen ai dkk.. [tumben no angst xD]
Rating  : T
Fandom : Alice nine
Pair : Saga x Shou, Tora x Shou
an : authornya lagi ga mood bikin penpic.gomen. untuk kegaringan dan kesalahan kalimat(klo ada) yang terjadi di dalamnya. =.=) *sujud

===][====

 Shou tersenyum ramah kepada seisi kelas setelah memperkenalkan dirinya. namun kemudian matanya berhenti pada sosok laki-laki berambut brunette yang menghadapkan wajahnya ke arah jendela. ia sama sekali tak peduli dengan Shou yang tengah memperkenalkan dirinya. mata Shou kemudian beralih kepada seseorang lain berambut hitam kelam yang sesekali memperhatikan dirinya, lalu mengalihkan pandangannya.

“hmm, banyak yang tak acuh padaku. baguslah, setidaknya mereka tak akan menggangguku nanti” Shou bergumam dalam hatinya.  Tsunehito sensei kemudian menunjukkan sebuah kursi kosong yang tepat bersebelahan dengan laki-laki berambut brunette dan di depan laki-laki berambut hitam itu.

 Shou menempati kursi barunya.  ia menoleh sekilas ke arah laki-laki berambut hitam itu lalu tersenyum. laki-laki itu membalasnya dengan tersenyum tipis. Shou kemudian beralih ke laki-laki brunette diseberang baris bangkunya, hendak menyampaikan senyum perkenalan. namun laki-laki itu masih menatap ke luar jendela.


(^_^)___(^___^)__(^__^)


laki-laki disamping meja Shou tampak kaget melihat kursi di sebelahnya sudah “terisi”. Shou pun melemparkan senyum pada laki-laki yang baru saja menyadari kehadirannya itu.

“hai, namaku Shou. aku murid baru dikelas ini. namamu siapa?” Shou menjulurkan tangan kanannya, hendak berjabat tangan sebagai tanda perkenalan. laki-laki berambut brunette itu sejenak memperhatikan Shou dari kaki hingga kepala.

“boleh aku tahu namamu?” Shou mengulangi pertanyannya. namun laki-laki itu tidak menjawab. ia kemudian berlalu begitu saja tanpa tersenyum atau berbicara sepatah kata pun. Shou tertegun dengan sikap tidak ramah siswa laki-laki yang baru saja berlalu itu.

 “namanya Saga.”

Shou mengalihkan perhatiannya pada laki-laki berambut hitam yang duduk tepat di belakangnya. “eh? Saga? dia memang seperti itu ya?”

“hn..” jawabnya laki-laki itu singkat.

“kau tahu kenapa dia seperti itu?”

“Tidak”

“kau tahu di mana rumahnya?”

laki-laki itu mengubah posisi duduknya, menatap Shou dengan tatapan aneh. “kenapa? sepertinya kau tertarik padanya?”

“eh? ah.. bukan.. bukan itu maksudku, aku hanya ingin tahu saja.”  Shou tersenyum sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. “lalu namamu siapa?”

“Amano Shinji”

“baiklah shin—“

“panggil saja Tora.”

“….”

---愛---

Shou POV

banyak orang aneh di kelas baruku. mulai dari Saga, Tora, dan beberapa siswi yang entah aku lupa siapa saja namanya. siswi-siswi itu begitu antusias berkenalan denganku, membuatku agak takut juga.  hingga akhirnya aku memilih berjalan-jalan di sekitar gedung sekolah daripada harus berdiam di dalam kelas.

suara dentingan piano yang dimainkan dengan indah menuntun langkahku untuk mendekati sumber suara itu. aku membaca sebuah papan bertuliskan “Ruang Musik” tepat di pintu di depan aku berdiri sekarang. pintu yang sedikit terbuka itu memberikanku celah untuk bisa melihat ke dalam. aku menyipitkan mataku, memastikan sosok yang sedang duduk di balik piano hitam di sudut ruangan.

“Saga…” aku menggumamkan namanya tanpa sadar. Jadi laki-laki yang sejak awal menarik perhatianku itu bisa bermain piano? melodi yang ia lantunkan terdengar sedih, namun tersirat ketegaran di nada-nada rendah yang ia mainkan. sekarang aku menjadi ingin tahu lebih tentangnya. apa yang sebenarnya terjadi hingga membuatnya menjadi sosok yang seperti itu?

aku benar-benar ingin tahu apa yang terjadi dengannya, hingga akhirnya kuberanikan diri membuka pintu ruangan itu lebih lebar. ia berhenti memainkan pianonya saat mendengar suara pintu yang kugeser. ia menatapku kemudian. dari tatapannya aku tahu, ia tidak begitu suka dengan kehadiranku.

“maaf aku mengganggu, aku tertarik dengan lagu yang baru kau mainkan.”

aku diam, menunggu jawaban darinya. sekian detik berlalu hanya suara angin yang terdengar.  “maukah kau mengajariku?” tanyaku lagi.

ia kemudian bangkit dan berjalan menghampiriku.

“semuanya kutulis di kertas itu. ambillah kalau kau mau” telunjuknya mengarah ke sebuah kertas yang ia tinggalkan di atas barisan tuts piano.

jawabannya sangat datar, dan tanpa ekspresi sama sekali. namun setidaknya, aku bisa mendengar suaranya. ya walaupun singkat tapi cukup membuatku senang. aku menatap punggungnya yang terus menjauh hingga hilang di ujung koridor.

==][==][==

aku putuskan untuk pulang setelah menunggu sekian 1 jam, di ruang musik dan saga tak juga datang. genap sebulan sejak aku pindah ke sekolah ini, namun Saga tak juga bicara padaku. aku benar-benar tertarik padanya, ya entah bagaimana, namun itulah kenyataannya. aku tak bisa berhenti memikirkan siswa yang duduk tepat di seberang mejaku itu. aku ingin tahu kenapa ia begitu dingin? hanya sekali ia bicara padaku waktu itu, dan tak pernah lagi. aku selalu menunggunya di ruang musik, tempat ia biasa menyendiri dan memainkan piano. namun setiap aku menunggu, ia tak pernah datang. lalu ia selalu pergi ketika aku datang.

sayup-sayup aku mendengar suara gaduh tepat di bawah anak tangga ketika aku hendak turun. aku segera mempercepat langkahku menuruni anak tangga, dan mencari asal suara ribut itu.

“Saga!!!” aku memekik melihat Saga sedang dipukuli tiga orang siswa lain, entah siapa. pipi Saga tampak membiru, beberapa tetes darah juga menetes dari pelipisnya yang terluka.

“ya Tuhan, apa yang kalian lakukan??!!” mereka tampak saling pandang sebelum akhirnya pergi meninggalkan Saga dan aku. setelah memastikan mereka benar-benar pergi aku segera menghampiri saga yang terluka, kugunakan sapu tanganku untuk mengusap darah di pipinya. namun ia justru menepis tanganku dengan kasar.

“tak bisakah kau berhenti menggangguku?!” aku kaget dengan reaksi Saga yang demikian. ia membentakku yang ingin menolongnya. sementara aku hanya terperangah dengan sikapnya yang kasar.

“kau tuli hah? sebenarnya apa maumu?”

aku masih terdiam. pertanyaannya itu amat mengusik perasaanku. rasa sesak mengungkung dadaku, pandanganku juga mulai kabur terhalang air mata yang menggenang perlahan di pelupuk mataku.

“berhenti bersikap baik padaku!! aku tak suka ada orang lain di sekelilingku!!”

ia menatap tajam padaku, tatapan yang terasa semakin menyakitkan bagiku. “tapi…aku hanya ingin jadi temanmu…” air mataku akhirnya luruh tepat saat aku menyelesaikan kalimatku.

“aku tak butuh teman!!” ia kembali membentakku, lalu ia bangkit dan berlalu meninggalkanku begitu saja, beberapa langkah kemudian ia sempat menoleh ke arahku.

“aku benci matamu itu…”

sakit, aku tak pernah merasa sesakit ini. entah apa yang salah denganku, kenapa ia begitu membenciku? aku hanya ingin menolongnya, aku hanya ingin menjadi temannya, itu saja. ia terlihat begitu kesepian dan aku ingin menghapus raut sedih itu dari wajahnya.

“apa yang ia katakan padamu shou?”

entah sejak kapan Tora tiba-tiba sudah berdiri disampingku. matanya menatap lurus ke dalam mataku, menunggu aku menjawab pertanyaannya.

“tidak ada, ia hanya tak ingin aku dekat dengannya.” aku menundukan wajahku. aku tak ingin Tora melihat wajah kecewa dan air mataku yang tak bisa kusembunyikan ini.

“mungkin, jika aku jadi dia, aku akan bersikap sama.”

“eh? apa maksudmu?”

===][===][===][===

BRAAKK!!!

pintu ruang kelas kugeser dengan kasar hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. membuat Saga yang sedang duduk ditempatnya segera menoleh ke arahku. aku sengaja datang pagi-pagi, untuk mendapatkan kesempatan bicara dengannya. aku tak peduli apapun reaksinya nanti, akan kukatakan semua yang ingin kukatakan hari ini padanya.

aku berlari kecil menuju ke tempat duduknya, dan ia masih terlihat diam di tempatnya, namun ekor matanya terlihat sedang mengikuti aku.

“Saga kun, aku tahu semua tentangmu!!”  ia menatapku dengan tatapan yang tak menyenangkan. “kau tak perlu seperti ini!! aku bisa jadi temanmu, aku bisa buktikan jika semua yang kaupikir selama ini itu salah!!”

“cukup!! kau tak tahu apapun tentangku, dan apa yang aku pikirkan!! kau ini siapa? kau tak berhak bicara apapun tentangku!!”

“kau merasa tersakiti dan selalu seperti itu karena kau tak membiarkan orang lain untuk mengobatinya.”

“JAUHI AKU!!!”

Ia mendorong bahuku dengan kasar, lalu mengambil ranselnya dan kemudian pergi. aku hanya memandangnya yang pergi begitu saja tanpa bisa kucegah.  aku menunduk dalam, lagi-lagi air mata ini mengalir tanpa bisa kubendung.

pikiranku benar-benar kacau, hingga akhirnya aku lebih memilih berdiam di ruang musik, dan tak mengikuti satu pun pelajaran di hari ini. hingga waktu pelajaran sekolah selesai aku masih tetap berdiam di ruang musik. sebuah kertas penuh dangan coretan-coretan lirik yang baru saja kubuat. karena ingin mengusir bosan akhirnya aku mencoba membuat lagu, dan mencoba menyanyikannya dengan piano.

Namida ochi yuku toki nuguenakaetta mono wa
Yasuragi ni mo nita iro asenai, ao no hibi
Dakara boku wa boku no mama de kimi to ikiyou
Itamu kizu wa nai, too sugita ano sora e
Be with you, i'll be with you...

dentingan piano dan nyanyianku berhenti seketika saat aku mendengar seseorang menggeser pintu. segera aku menoleh ke arah pintu, dan kulihat seseorang sedang memperhatikanku dari ambang pintu. tatapan matanya memacu jantungku bekerja lebih keras secara tiba-tiba.

“Saga…”



~~~~Tsuzuku~~~~



bacot session : rencananya mau bikin oneshoot, tapi malah kepanjangan ="=)
ga tau kenapa juga gw bawa2 tsunehito, jadi sensei pula.. ga cocok blas!! XD *dikepret senar bass

coment dan kritik silahkan,
and dont be a silent reader please. ^_^)

1 komentar: