Duality of mind

Senin, 21 Februari 2011

Chimamire no ai [血まみれの愛。] Chapter 3


author: aiu, ciel.
tittle: Chimamire no ai [血まみれの愛。]
genre: friendship. love. thriller
rating: T 
fandom: anak CI. XD
pairing: baru dievha x nae, gin x rose
note: (aiu) om kamijo..maaf dirimu harus jadi tumbal.. XD *dikejar2 istri2 kamijo*
hasilnya ga memuaskan,menurut gw.. mood gw naik turun pas nulis lanjutannya.. DX
(ciel) no comment *Makan eskrim

  "kau betah tinggal disini rose?" aiu memberikan segelas susu hangat pada rose.
          "iya kak, terima kasih. kakak sudah baik padaku. maaf kalau aku merepotkan." rose tersenyum.
          terdengar suara pintu di ketuk, aiu bergegas membukakan pintu. setelah menghabiskan susu hangatnya, rose melihat ke ruang tamu. dugaannya benar, gin yang datang, gin datang dengan membawa mawar. sebuah mawar dan satu lagi hanya tangkai mawar. rose melihat aiu menerima mawar itu dan menyimpannya. entah mengapa hatinya terasa sangat perih melihat itu, dadanya terasa sesak. air matanya mulai menggenang di sudut matanya yang indah. ia tak kuat lagi melihatnya, rose bersembunyi di balik tembok. ia membebaskan air matanya,jatuh menetes membasahi pipinya.
          "rose..."
          tanpa disadarinya, gin sudah berdiri di sampingnya, melihatnya menangis. rose kaget, ia hanya terpaku memandang gin yang ada di hadapannya. gin menghapus air mata rose dengan tangannya.
          "kau kenapa rose?" tanya gin lembut. namun rose hanya diam, ia tak bisa mengatakannya. perasaannya begitu rumit untuk di ungkapkan. hanya air matanya yang terus mengalir. gin tak sanggup melihatnya terus menangis, gin mencoba menenangkan rose di dalam pelukan hangatnya. rose tak ingin melepaskan pelukan itu, ia ingin selamanya ada dalam pelukan gin, namun ia juga tak mau menjadi seseorang yang berdosa.
          "rose...gin...ada apa?" aiu kaget melihat rose menangis dalam pelukan gin. melihat aiu rose buru-buru melepas pelukan gin dan berjalan ke ruang tamu. gin dan aiu mengikutinya dari belakang.
          "ayo ku antar rose.." gin menggandeng tangan rose.
          "tidak..aku bisa berangkat sendiri." rose melepaskan tangan gin.
          "biar gin yang mengantarmu rose. aku yang menyuruhnya, jadi kau tak boleh menolak." aiu melakukan sedikit penekanan pada kata-katanya,membuat rose mau tak mau menurutinya.
          "tapi nanti kakak berangkat kuliah bagaimana?" rose merasa tidak enak hati.
          "aku tidak kuliah,malas.." aiu menatap mawar yang tadi di bawa oleh gin
          " eh..kau?? kenapa lagi??"
          "sudahlah gin..cepat antarkan rose, nanti dia terlambat.."
          aiu mendorong paksa mereka keluar apartemennya, akhirnya gin dan rose berangkat menuju sekolah dan kampus mereka.

          rose duduk sendiri di bangku taman sekolahnya. ia meringis sambil memegangi dadanya. sakit, ia merasakan sakit yang sangat menusuk dalam dadanya.
          "apa aku jahat? tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku..aku menyukainya.."
          rose mengutuk dirinya sendiri dalam hati. sesaat kemudian rose seperti merasakan pelukan hangat gin, masih terasa hingga sekarang. membuat rose sedikit merasa nyaman. rose memandangi rumput di bawah kakinya yang begitu hijau. tak lama kemudian, warna rumput itu menjadi gelap, tertutup bayangan seseorang yang sedang berdiri di hadapannya. rose mengangkat wajahnya, saat itu ia melihat wajah gin yang tersenyum padanya.
          "yuu dan miu mencarimu, ternyata kau disini. mereka sudah pulang lebih dulu karena tak menemukanmu" gin duduk di sebelah rose. rose menggeser duduknya, mengambil jarak dengan gin.
          "hm..aku hanya ingin sendiri.." rose menunduk, tak ingin menunjukan wajahnya pada gin. gin bingung, ia tak tahu apa yang harus dilakukannya agar rose mau bicara. bahkan rose sekarang terkesan menjaga jarak dengannnya.
          "kenapa wanita begitu sulit dimengerti..kenapa dia? apa dia tidak suka ada di dekatku? ah, kau menghancurkan hatiku rose."
          dua orang yang sedang duduk bersama itu saling diam hingga beberapa saat. terombang ambing oleh pikirannya masing-masing. namun tak ada kata menyerah dalam kamus hidup seorang gin, bahkan jika ia mendengar penolakan dari rose, gin akan tetap berusaha merebut hati rose. atau paling tidak menunggu hingga rose berkata 'iya' untuk hatinya.
          "kalau ada masalah, kau bisa cerita padaku rose." gin tersenyum, menggenggam tangan rose yang dingin.
          "kenapa kau begitu peduli padaku?" suara rose seperti terdengar sedikit bergetar. mata gin membulat sempurna, kaget mendengar ucapan rose.
          "itu karena..." suara gin tercekat di tenggorokan, kata-kata selanjutnya seperti sulit meluncur dibibirnya.
          "karena..aku.."Gin berusaha menguasai dirinya agar bisa lebih tenang. sementara rose masih menunggu.
          "aku..." tiba-tiba hanphone gin bergetar, nama aiu tertera di layarnya. dengan segera gin menjawab telpon dari sahabatnya itu.
          "gin...cepat kemari...tolonglah..aku takut sendiri..dia menerorku.."
          "baiklah..tunggu aku.." gin langsung menutup pembicaraannya.
          "rose..ayo pulang, ai sepertinya membutuhkan aku.." gin menggandeng tangan rose. rose mengikutinya dengan pasrah. kata-kata terakhir gin semakin memperjelas sesuatu yang terlihat samar di matanya saat ini. rasa sakit di dadanya semakin menjadi.


-keesokan harinya-
          hari itu sudah tak ada mata kuliah lagi yang harus diikuti aiu. namun ia belum mau pulang, lagipula sudah 2 hari ini ia tidak melihat pujaan hatinya. ia duduk sendiri di kantin kampus, secret admirer itu terus memenuhi pikirannya. pesan dari sang pemuja rahasia di telponnya malam lalu membuatnya semakin pusing. setelah mendengar pesan itu, ia membanting telpon rumahnya hingga hancur berantakan. pada awalnya memang ia merasa senang, namun lama-lama ia menjadi jengah, bahkan takut. tetapi ia juga penasaran. terlalu banyak pertanyaan yang tak bisa ia jawab sendiri tentang orang yang setiap hari mengiriminya mawar itu.
          "arrghh...brengsek..siapa kau sebenarnya???"
          aiu memegangi kepalanya yang terasa sakit. tak lama kemudian ia mendengar suara ribut-ribut.
Seorang laki-laki yang masih memakai seragam sekolah Akuma setengah berlari ke arah kantin universitas Akuma, dibelakangnya gerombolan siswi-siswi sekolah Akuma mengejarnya dengan hawa membunuh. Laki-laki itu terus berlari dan akhirnya..
*BUK, Ia menabrak seseorang.
          “kenapa kau lari-lari seperti itu ?” Ternyata yang ia tabrak adalah semenya, Chris
          “gadis-gadis gila itu” Ciel menunjuk gerombolan siswi-siswi dibelakangnya yang sekarang sudah berjalan-jalan mengekornya. jarak mereka dengan ciel hanya beberapa meter. beberapa dari gadis itu melambaikan tangannya ke arah ciel.
          “wkakakak.. ayam dikejar-kejar  dibuat disate ?” Refleks tangan Ciel menjitak kepala semenya dan tanpa ada jeda Chris membalas jitakan Ciel. Ciel mengelus kepalanya dan menatap semenya kesal. Memang itulah yang dilakukan mereka sehari-hari. Walau sakit tapi ada kesenangan tersendiri dengan kebiasaan mereka itu.
          “sudah makan ? mau ke kantin ?”
          “Berdua ?” Tanya Ciel curiga
          “ngaklah, nanti ada rei disana” Chris kembali menjitak Ciel.
          Ciel hanya mengelus kepalanya, cemberut dan mengikuti Chris ke arah kantin. di kantin ciel melihat sosok julietnya yang sedang duduk sendiri. saat itu julietnya juga menatap ke arahnya. memperhatikannya dengan jelas.
          chris bingung karena tiba-tiba ciel yang bawel itu tiba-tiba diam. mata ciel terus terpaku pada seseorang.
          "nee.. kalian lama.." rei menggerutu kesal karena harus menunggu lama di kantin.
          "maaf rei..harus mengurus dia dulu" chris menunjuk ke arah ciel. namun ciel tak menjawab, ia menarik kursi di sebelah rei, dan duduk. matanya masih terus menatap tajam ke arah aiu.

          dari dalam kantin aiu melihat rose ditarik oleh seseorang, dan dibawa ke belakang gedung kampus akuma. aiu langsung berlari menuju ke arah tempat di mana rose menghilang di balik tembok.

          "maaf, aku tinggal sebentar." ciel meninggalkan chris dan rei tanpa menunggu peretujuan mereka berdua.

          rose berdiri tersudut, ia merasa sangat takut. laki-laki itu terus berteriak memaki dirinya. rose tidak menyangka, kalau laki-laki yang baru saja ditolaknya itu malah berbuat kasar seperti ini.
          "kamijo..!! apa yang kau lakukan??!!" teriakan aiu membuat rose sedikit tenang.
          "bukan urusanmu..lebih baik kau pergi darisini..!!" bentak kamijo.
          "urusan dia, urusanku juga.."
          "aku harus menghajarnya karena telah menolakku..!!" kamijo mengepalkan tangannya, dan mengarahkannya tepat ke wajah rose.
          aiu jatuh tersungkur, hidungnya mengeluarkan darah segar dan terus menetes. ia jadi sasaran pukulan kamijo karena berusaha melindungi rose. aiu tersenyum sinis, melihat darahnya sendiri yang banyak menetes membasahi baju dan tanah tempat ia terduduk sekarang.
          "kak...kau berdarah.." rose menjerit. kamijo tersenyum puas. tak lama kemudian aiu berdiri, dengan cepat ia menarik kerah baju kamijo. sekuat tenaga ia menyeret kamijo ke arah tembok, dan membenturkan kepala kamijo berkali-kali ke tembok, dan melepaskannya setelah kamijo lemas. darah juga mengalir dari pelipis kamijo.
          "astaga..aiu..rose..!!" gin baru datang saat aiu selesai membenturkan kepala kamijo. gin langsung menarik lengan aiu.
          "ah..kau ini..darimana saja??!!" aiu menggerutu kesal.
          "kau ini apa-apaan, kenapa berkelahi? jiwa pembunuhmu belum benar-benar hilang rupanya.." gin memberikan sapu tangannya pada aiu.
          "kau bodoh..aku ingin melindungi rose. dia tadi hampir menghajar rose.. kau ke mana? katanya kau mencintai rose, tapi kau tak ada saat di butuhkan..payah.. lihat..aku sampai berdarah-darah seperti ini..ck.."
          "apa? aku?" rose terkejut mendengar kata-kata aiu.
aiu meninggalkan rose, gin, dan kamijo yang masih tak sadarkan diri. saat sedang berjalan, tiba-tiba ia bertemu dengan ciel di balik tembok yang membatasi bagian belakang gedung.
          "kau berdarah.." ciel tanpa sadar mengusap darah yang masih tersisa di dagu aiu dangan tangannya.
          "eh..aku tak apa-apa.." aiu berlalu begitu saja meninggalkan ciel yang masih terdiam.

          gin mengantar rose sampai di depan pintu apartemen aiu. namun rose tak bisa masuk karena pintunya masih terkunci.
          "kita tunggu saja, sebentar lagi pasti dia pulang." gin tersenyum pada rose.
          "hn..ada yang mau aku tanyakan boleh.." rose menunduk malu-malu, sambil tetap mengatur nafasnya. ia ingin memastikan hal itu sekali lagi.
          "ya..tanya saja.." gin menjawab sambil mengetik sms untuk ai.
          "hu..hubunganmu dengan aiu hanya sebatas teman? benar?" rose menunduk, menggigit bibirnya. entah mengapa ia merasa takut. gin mengangkat dagu rose, ia menatap mata rose dalam-dalam.
          "kenapa kau tanya seperti itu?" Gin tersenyum senang. namun rose tidak menjawab pertanyaannya.
          "tentu saja..dia teman terbaikku, teman. lagipula aku..." gin terdiam sejenak, mengambil nafas panjang dan melanjutkan kata-katanya.
          "aku menyukaimu, rose..."
          rose tersenyum senang, wajahnya memerah. setelah saling pandang untuk beberapa saat, mereka berpelukan.

          Ciel duduk menyandar dikursi malasnya. Sudah jam 10 malam tapi orang yang diundangnya belum juga datang. Tepat ketika dia berniat untuk menyusul, bell rumahnya berbunyi. Ciel membuka pintu dan orang yang dimaksud telah berada didepannya.
          “Mana fotonya ? Aku buru-buru” Kata kamijo
          “Masuk dulu. Semuanya ada didalam”
          Orang itu masuk dan saat itu juga Ciel memukul belakang kepalanya. kamijo meringis, ia berbalik dan menghindar dari pukulan kedua ciel, lalu dia balas memukul rahang ciel. Ciel meludahi darah dimulutnya, rahangnya terasa sakit. Ketika kamijo kembali menyerang, Ciel mengambil pisau disaku belakangnya dan ia tusuk tepat dijantung Kamijo. kamijo mengerang dan ambruk.
          Ciel mengambil parang yang sudah dia siapkan sebelumnya. Ia potong kedua tangan kamijo menjadi 2 bagian lengan atas dan lengan tangan, dan ia juga potong kedua kakinya menjadi 2 bagian paha atas dan lutut ke bawah. Ia memotong daging ditepi potongan yang dia pisahkan tadi sehingga tulang dalamnya terlihat diujung potongan. Ia mengambil tali, mengikat tulang-tulang tadi dan menyambungkan dengan tulang-tulang lainya. Kini tubuh Akuma sudah seperti boneka tali.
          Ciel membereskan perlengkapan seninya dan menyimpan tubuh Kamijo untuk dibawanya nanti. Ketika ciel hendak menelepon, teleponya bergetar. Telpon dari Mimi
          “Ya mi ?” Jawab Ciel singkat
          “Ciel, kau tadi bareng Chris ?”
          “Iya, kenapa ?”
          “Oooh.. nggak. aku kira dia kemana, ternyata dia bersamamu. kau dekat banget ya sama dia” Suara mimi terasa tidak enak ditelinga Ciel
          “Memang kenapa ? namanya juga sahabat. kau cemburu ?”
          Tidak ada jawaban dari Mimi
          “kau tak perlu cemburu. aku dan dia memang sahabatan, yah dia seme ku. Lalu ? kau kan pacarnya, tidak perlu cemburu padaku. memang kau pikir aku cewek lain yang sedang dekatin dia dan kau harus cemburu ?”
          “Iya, aku minta maaf deh”
          “Yaudah, besok aku tidak bareng dia dulu. kau bareng dia saja besok sampai puas” Ciel menutup telponya.
          Ciel menyandang ranselnya yang isinya adalah tubuh Takuma dan tangan kananya memegang bunga mawar. Ia mengusap bibir bawahnya yang masih ada bekas darah, ia mengelapkan bekas darah dijarinya pada kelopak mawar itu. Ciel menghirup wangi bunga itu dan membayangkan wajah julietnya yang senang menerima kejutanya lagi. Ia melangkah keluar rumah dengan fikiran yang tidak lepas dari julietnya.

bersambung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar