Duality of mind

Senin, 21 Februari 2011

Chimamire no ai [血まみれの愛。] Chapter 4


author: aiu, ciel.
tittle: Chimamire no ai [血まみれの愛。] (part . 4)
genre: friendship. love. thriller
rating: T [sesuai saran anggie]
fandom: anak CI. XD
pairing: baru dievha x nae, gin x rose
note: (aiu) *siap2 lompat ke jurang
(ciel) *siap" tangkap juliet XDD


 pagi itu gedung akuma terlihat sangat ramai. beberapa mobil polisi terparkir di halaman parkir kampus dan sekolah yang menjadi satu. nae melirik jam di tangannya, baru sekitar jam 8 pagi. orang-orang banyak berkumpul di pohon yang membatasi antara gedung sekolah dan kampus akuma. karena penasaran nae akhirnya ikut masuk ke dalam kerumunan orang-orang yang berdiri mengelilingi pohon tua itu. wajah nae memucat saat ia melihat sesosok mayat, yang tergantung di pohon itu. mayat itu terpotong-potong, namun disatukan kembali dengan sebuah tali. mayat itu tampak seperti boneka tali yang di buat dari tubuh manusia. bau anyir yang sangat menyengat juga keluar dari tubuh mayat malang itu, bahkan beberapa orang dari kerumunan itu terlihat muntah. nae tak kuat lagi, ia keluar dari kerumunan orang-orang itu. ia berlari menjauh dan kemudian tak sengaja menabrak seseorang.
         "aahh..kau..nae.." nae baru saja ingin meminta maaf, namun setelah tau bahwa yang ditabraknya adalah aiu, ia langsung memeluknya dengan erat. sangat erat. dengan ragu, aiu mengelus punggung nae.
         "eh..kau kenapa?"
         "ka..kamijo..dia sudah mati.." aiu kaget, kamijo, orang yang kemarin berkelahi dengannya sekarang sudah mati.
         "lalu kenapa kau menangis? dia bukan siapa-siapamu kan?"
         "aku baru saja melihat mayatnya yang tergantung...mengerikan... orang yang membunuh kamijo pasti sudah tak waras..!!"
         "apa??!! aku mau melihatnya..kau tunggu aku di kantin, nanti aku menyusul"
         "baiklah.cepat kembali ya.." aiu hanya mengangguk dan tersenyum. sebelum pergi ia menghapus air mata yang membasahi pipi nae.

         aiu mendekati kerumunan orang-orang. tak perlu mengambil jarak terlalu dekat, ia sudah bisa melihat dengan jelas mayat kamijo yang tergantung. Matanya coklatnya terbelalak melihat mayat kamijo yang tergantung mengenaskan. luka di pelipis kamijo pun masih terlihat membiru. di tangan kiri kamijo terikat sebuah mawar merah yang sudah agak layu. aiu tak asing dengan mawar itu, mawar itu adalah mawar yang pernah ia jatuhkan saat akan di berikan kepada nae waktu itu. detik selanjutnya pikiran aiu seperti memutar kembali suara sang pemuja rahasianya yang meninggalkan pesan di mailbox teleponnya malam lalu. saat itu ketakutan yang amat sangat mendera batinnya. ia mundur beberapa langkah menjauhi kerumunan orang-orang yang sedang menurunkan mayat malang kamijo.
        "aku memujamu dan mengawasimu" kata-kata itu terus menerus terngiang dalam pikirannya. aiu menunduk, memegangi kepalanya. ia benar-benar tersiksa batin. seseorang mengguncangkan pundaknya. tak lama kemudian orang itu memeluknya, mencoba menenangkannya.
         "gin... kau lihat mawar itu... itu perbuatannya .. a.. aku..." aiu membenamkan wajahnya dalam pelukan gin.
         "hei..tenanglah..tenang..." gin mengusap lembut rambut sahabatnya yang sedang ketakutan.
         ciel dengan menatap tajam ke arah gin yang sedang memeluk julietnya, ia tersenyum sinis.
         "gin...kau selanjutnya..."

********

         gin, nae, dievha, dan aiu duduk bersama di satu meja, di sudut kantin. diev membelai-belai rambut aiu yang masih sangat shock dengan kejadian tadi. tanpa disadari diev perbuatannya membuat nae sedikit cemburu.
         "yah jadi begitu.." gin mengakhiri ceritanya.
         "astaga, jadi itu..." nae bergidik ngeri, membayangkan repotnya mempunyai secret admirer seorang psiko.
         "ku harap kalian bisa menjaga rahasia ini. kasihan ai kalau harus repot berurusan dengan polisi karena pemuja rahasianya yang kelewat bodoh itu.." gin benar-benar kesal. apalagi dia juga pernah jadi salah satu korban pemuja rahasia gila itu.
         "kupikir juliet yang di maksud itu rose, ternyata ai...ckckckck.. kira-kira pemuja rahasiamu itu laki-laki atau perempuan?" gin mencoba mencairkan suasana.
         "heh?? apa maksudmu??" akhirnya aiu mulai bicara.
         "memang kau tidak tau, penggemarmu ada dari kalangan laki-laki dan perempuan sekaligus. hahahahah.."
         "gin benar..aku diam-diam juga menyukaimu..."dievha tiba-tiba mengecup pipi aiu.
         "ck..bagus.." nae berusaha menyadarkan kelakuan seme'nya yang sudah keterlaluan membuatnya cemburu.
         "aarrgghh..kalian tak membuat aku lebih baik.."
         "aiu..aku dan nae menginap di rumahmu ya.." dievha masi membelai belai rambut aiu dengan sayang.
         "ya...terserah.." pikirannya benar-benar kacau saat ini. mungkin memang lebih baik jika ada orang selain rose di apartemennya.

*******
         Ciel memainkan foto julietnya. Ia tersenyum membayangkan tangan kotor gin tidak akan pernah menyentuh miliknya lagi
         "Pertama aku lumpuhkan pundaknya, lalu aku bersihkan tangan kotornya dan aku jadikan puzzle untuk hiasan kamarku" ciel memasukan toples berisi air raksa dan pisau kesayanganya dalam ransel.
        Ciel memandang foto julietnya sekali lagi. Setelah puas, ia memakai topeng untuk menutupi wajahnya dan memakai tudung jubah untuk menutup kepalanya. ia menggigit jarinya hingga berdarah dan membuat tanda silang dengan darah difoto gin.
         "Aku akan bersenang denganmu malam ini, gin"
         Ciel menyandang ranselnya dan keluar dari kamar yg penuh hiasan organ pemujanya.


*******

[warning, don't like don't read. yg ini ada bagian yuri, skip klo ga suka]

-di apartemen aiu-
         nae duduk di sebelah diev yang sedang asik mengganti channel tv.
         "aku punya roti sayang...kau mau?" nae menunjukan roti isi coklat yang baru saja dibelinya.
         "boleh...tapi suapi aku..." diev menggeser duduknya supaya lebih dekat. wajah nae blushing saat diev lebih dekat dengannya. nae menggigit roti itu, namun sebagian masih disisakannya. tanpa basa basi, diev langsung menggigit bagian yang masih tersisa. roti 'malang' tersebut mulai habis perlahan-lahan.  saat roti itu tak lagi bersisa, diev mengecup lembut bibir uke'nya, terus menjalar ke pipi, dan terus sampai ke telinga.
         " ai shiteru..." bisikan mesra diev di telinga nae, membuatnya wajahnya semakin merah padam.
ciuman diev turun ke leher, meninggalkan bekas-bekas merah di sana.

[yuri end]


        "ck..sepertinya salah membiarkan mereka menginap disini, aku justru semakin gila. harusnya aku yang melakukan itu.."
         aiu menyesali keputusannya sendiri. hatinya perih, melihat mereka berdua bermain 'gila' di apartemennya sendiri. ia menyesal pernah memutuskan hubungannya dengan nae dulu. sekarang ia justru memendam perih dan penyesalan saat melihat nae bersama orang lain. akhirnya dengan berusaha menahan perih ia nekat menghampiri mereka. keadaan mereka sudah sangat berantakan saat aiu datang menghampiri.
         "hei..jangan lakukan 'itu' disini..." aiu berdiri sambil melipat tangannya di dada.
         "memank kenapa? kalau kau mau, kau juga bisa ikut..." diev menjawab sambil mengelus pipi nae yang sedang berbaring di pangkuannya. sementara nae sendiri memainkan kancing baju dievha.
         "kau yakin?" evil grin aiu membuat diev semakin menyukainya.
         "tentu saja.." dievha menjawab pertanyaan aiu yang terdengar seperti menantang dirinya.
         "baik..lain kali akan ku habisi kalian berdua.. tapi aku serius, soal ini. jangan lakukan ini disini. nanti kalau rose melihat bagaimana?"
         "oh..yah, biarkan saja..mungkin saja suatu saat dia bisa jadi uke'mu.." kata-kata nae seperti menusuk hatinya dalam-dalam. membuat aiu berpikir kalau dia benar-benar tak lagi diharapkan. perasaannya benar-benar hancur.
         "cukup aku yang rusak,tidak perlu membawa orang lain untuk ikut sesat. lagipula satu-satunya orang yang ku harap bisa jadi uke ku, hanya kau.."
         "hei aiu, apa maksudmu??" diev tiba-tiba berdiri, menatap mata aiu dalam-dalam..
         "hei..hei..tak perlu kau anggap serius yang aku katakan tadi.. dia milikmu sekarang, dan dia juga tak ingin kehilanganmu.. jadi kau tak perlu khawatir.." aiu berlalu menuju kamar tidurnya, meninggalkan mereka berdua. terlalu sakit jika ia harus berada di sana lebih lama lagi. ia tak ingin merusak persahabatannya dengan sikap egois. tak apa jika harus berkorban perasaan sendiri, selama ia masih bisa ada di dekat nae. dengan begini ia juga bisa menyelamatkan hubungan persahatannya dengan dievha dan nae.
         nae merasa senang, karena ia pikir dievha cemburu jika aiu berusaha dekat dengannya lagi. namun kenyataannya, dievha justru merasa cemburu pada nae uke'nya sendiri, karena dengan jelas aiu mengatakan bahwa ia masih mengharapkan nae. nae meluapkan perasaan senangnya dengan memeluk dievha erat-erat. namun dievha hanya diam, tak membalas pelukan hangat nae.
tak lama kemudian rose pulang. melihat nae dan dievha ada di ruang tamu, rose menyapa mereka.
         "selamat sore kak..kakak berdua jadi menginap disini?"
         "iya rose, kau baru pulang? darimana?" tanya nae.
         "tadi gin mengajaku ke danau kak. kak aku masuk ke kamarku dulu." rose tak ingin mengganggu mereka, oleh karena itu ia segera meninggalkan mereka.

*********


        Bell rumah gin dibunyikan tidak beraturan. Dengan kasar gin membuka pintu dan melihat seseorang dengan topeng didepannya.
         "Siapa kau ?"
         Ciel langsung masuk ke dalam rumah dan kemudian menusukan pisau itu ke pundak gin. Gin berteriak dan mundur sambil memegang pundaknya yg tertusuk pisau. Ciel menutup pintu dibelakangnya dan kembali bersiap menyerang gin. gin berusaha meraih apapun yang bisa diraihnya, untuk membela diri. namun usahanya sia-sia,ia semakin terpojok, belum lagi ia harus menahan sakit di pundaknya yang terus mengeluarkan darah. Gin akhirnya berhasil menggapai bingkai foto dan mengarahkan pukulan ke wajah ciel. Ciel menangkap tangan gin, ia melihat sekilas foto didalam bingkai itu. seorang gadis sedang berpelukan mesra dengan gin, dan dibawah foto itu tertulis rose and gin.
         "Siapa gadis ini ?" Tanya ciel dengan pisau yg mengarah ke wajah gin.
         "Dia pacarku, rose" jawab gin berusaha menahan sakitnya.
         "rose.. Kau pacarnya tapi berani menyentuh julietku ?"
         "Julietmu siapa ? Aiu ? Aku tidak berniat menyentuhnya. Aku memang dekat dengannya, dia sahabatku..!!!" Gin berusaha melepaskan tanganya.
         Ciel menghentakan gin ke tembok. Ia menjatuhkan foto itu dan menghampiri gin yg tersudut.
        Tangan ciel terulur mencengkram kuat leher gin "Apapun alasanya, lain kali aku tidak akan membiarkanmu menyentuh dia lagi. Hanya aku yang boleh menyentuhnya, hanya aku yang diizinkan untuk bersamanya. Aku akan terus mengawasinya, akulah yang  akan melindunginya, hanya aku yang boleh membuatnya bahagia” Ciel menggoreskan pisaunya dipipi gin hingga mengeluarkan darah segar
         Gin berusaha melepaskan cengkraman Ciel. Mulutnya terbuka menahan sesak dan sakit yang dia rasakan. Dia berusaha memukul Ciel, tapi tenaganya sudah terlalu lemah untuk memberontak.
         “Ingat, dia adalah julietku ! kalau selanjutnya aku melihat kau menyentuhnya, jangan pernah menyesal kalau kau mengorbankan pacarmu hanya untuk menyentuh milikku” Ciel melepaskan cengkramanya. Ia tersenyum puas melihat gin yang kesusahan mencari oksigen untuk paru-parunya dan terduduk lemas tidak berdaya.
         Ciel mengambil pisaunya dibawah kaki gin, mengelap pisau seadanya dengan jarinya dan menyimpan dibalik jubahnya. Dia melirik ke arah foto rose dan gin. Dia mengambil foto didalam bingkai itu, membuang bingkai tepat didepan gin dan menyimpan foto mereka disaku jubahnya. Ia meninggalkan gin yang meringis kesakitan dibelakangnya.
        perlahan kesadaran gin mulai hilang, cahaya dari matanya mulai meredup. gin mulai kehilangan kekuatannya untuk tetap sadar, dan kemudian matanya benar-benar gelap.



 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar