Duality of mind

Senin, 21 Februari 2011

Chimamire no ai [血まみれの愛。] Chapter 5


author: aiu, ciel.
tittle: Chimamire no ai [血まみれの愛。] (part . 5)
genre: friendship. love. thriller
rating: T [sesuai saran anggie]
fandom: anak CI. XD
pairing: dievha x nae, gin x rose
note: (aiu) tidak memuaskan, ga tau di sebelah mananya.. =___=
(ciel) kayaknya jadi banyak salah edit. =="a *error


He ieru wa kimi no moto
shitsu mi ochiru neku shitsu no
tobi tachi na asu eru kai
aishita kiro kudake wazu koni
boku wo tsunagu kanji kimi somerareta
sekai wa kure...

         seseorang berambut biru gelap memainkan gitarnya sendiri, di atap gedung kampus akuma. ia memejamkan matanya, membayangkan wajah orang yang selalu dirindukannya, dan menghayati nyanyian lirih yang keluar dari bibirnya. jari-jarinya tiba-tiba berhenti memetik senar-senar gitar. ia merasa ada orang lain selain dirinya di tempat yang selalu sepi itu.
         "ternyata kau disini."
         "Gin..." aiu kaget, bercampur senang,melihat sahabatnya sudah kembali sehat.
         "wah..kau mengecat rambutmu? rambutmu juga tampak lebih pendek, kau memotong rambutmu juga ya? hanya 4 hari aku dirumah sakit, kau sudah berubah drastis seperti ini."
         aiu melompat turun dari atap gudang yang tidak terlalu tinggi itu, dan kemudian menghampiri gin.
         "hahah, kau tahu aku selalu memotong rambutku saat aku stress. bagus tidak rambut baruku? dievha sendiri yang memotong rambutku 3 hari yang lalu." aiu tersenyum sambil menunjukan rambut barunya yang berwarna biru gelap.
         "aku lebih suka melihat rambutmu panjang.." jawab Gin.
         "ck...yasudahlah..oya, aku ada satu permintaan,dan tolong kabulkan permintaanku."
         Gin tidak menjawab, ia sepertinya tahu apa yang akan diminta oleh aiu.
         "jauhi aku.." Gin tersenyum sinis mendengar permintaan aiu yang di rasa sangat bodoh olehnya.
         " aku tidak akan meninggalkan sahabatku sendiri. kita bisa menghadapinya, mencari tau siapa dia, dan menjebloskannya ke penjara. dengan begitu semua selesai. apa yang kau takutkan? bodoh sekali, tidak seperti kau yang biasanya.."
         "kau yang bodoh..!! lihat dirimu, ia bisa saja membunuhmu malam itu gin..!! rose sudah menceritakan semuanya padaku. orang gila itu mengancam kau dan juga rose, dan ia tidak main-main. pikirkanlah.. kau lebih baik jauhi aku !!"
         "dengar baik-baik,aku tidak akan meninggalkanmu. akan kulindungi semampuku semua orang yang penting dalam hidupku."
         "begitupun aku..!! akan kulakukan apapun untuk melindungi orang-orang berharga di sekitarku. aku sangat merasa bersalah, atas apa yang terjadi denganmu Gin. aku tidak ingin hal yang lebih buruk terjadi padamu dan juga rose.."
         "tenanglah.. memang hal buruk apa yang bisa terjadi padaku?"
         Gin tersenyum, mengelus pundak aiu. tak lama kemudian  rose,yuu,miu dan icha datang dari arah tangga. mereka menghampiri aiu dan gin.
         "gin, kenapa kau kuliah, dokter kan menyuruhmu istirahat sampai seminggu. kau ini keras kepala sekali." rose mendekati gin. ia sedikit berjingkat dan kemudian menempelkan punggung tangannya di kening Gin.
         "aku sudah sehat rose. lalu kau, sudah ku bilang jangan ceritakan hal itu pada aiu, kenapa kau justru memberitahunya?" suara Gin terdengar seperti sedang membentak, Rose cukup kaget dengan sikap Gin.
         "eh?? aku... maaf.. aku memang salah." rose berlari ke arah tangga dan turun meninggalkan mereka. ada sedikit rasa cemburu dalam hati rose saat ia melihat Gin yang begitu khawatir dengan aiu. walaupun ia sendiri tahu bahwa mereka hanya sekedar teman, namun rasa cemburu itu tetap ada dan menghantuinya.
          melihat rose yang hampir menangis dan pergi Gin langsung mengejarnya. sementara aiu, yuu, miu, dan icha masih di atap gedung kampus akuma.
         "kau siapa, aku tak pernah melihatmu sebelumnya?" aiu memperhatikan icha.
         "eh..aku.."
         "dia uke'ku.. aiu, jangan perhatikan dia begitu, dia sudah resmi jadi milikku." yuu memotong kalimat icha, dan mengumumkan bahwa icha adalah uke'nya dengan semangat. Aiu terbelalak mendengar kata-kata yuu.
         "eh? sejak kapan?" miu terlihat sangat bingung.
         "kau?? dia uke'mu?? kau seme?? aku pikir kau lebih pantas jadi uke, kau tidak punya aura seme." aiu tersenyum menahan tawa melihat tingkah laku yuu.
         "eh..aku ini seme. sama sepertimu, dan mamadievha..pokoknya aku ini seme" yuu tetap bersikeras dengan statusnya sebagai seme walau belum di akui siapa pun.
         "tidak kak, aku bukan uke'nya. aku tidak tertarik dengan hubungan seperti itu." icha buru-buru memberi penjelasan sebelum terjadi kesalah-pahaman. sedangkan wajah yuu tampak sangat kecewa mendengar pengakuan icha.
         "a..aku juga normal." miu menunjuk ke arah wajahnya sendiri.
         "yaya...terserah kalian sajalah..ayo kita turun" aiu turun sambil membawa gitar akustik yang dipinjamnya secara diam-diam dari ruang musik di kampus.

******

         “Gadis gila..!!” teriakan ciel mengundang seluruh perhatian semua orang yang berada di depan perpustakaan sekolah dan kampus akuma. Kini perhatian mereka tertuju pada ciel dan seorang gadis didepanya yang mirip dengan aiu.
         “Kau terlihat jelek menirunya. Kau merusak pemandangan !” Ciel membentaknya punuh amarah.
         gadis itu hanya diam, menundukan wajahnya ke tanah dan terisak menangis.
         "ta.. tapi.. aku seperti ini hanya demi kau. agar kau memperhatikan aku."

         Begitu sampai di bawah, Aiu mendengar suara orang seperti sedang bertengkar. Aiu menoleh ke arah perpustakaan, tepat di depan perpustakaan ia melihat seorang murid berseragam sekolah akuma, sedang membentak seorang gadis didepannya. gadis itu mirip dirinya. baju yang dipakai gadis itu mirip dengan baju yang ia pakai kemarin. jaket lengan pendek warna hitam dan merah, dengan aksen rantai di sisi kiri dan gambar tengkorak pada sisi kanan. potongan dan warna rambutnya pun hampir mirip walau masih berbeda pada bagian belakang, namun warna rambutnya sama persis, biru gelap. gadis itu juga memakai kalung yang sama dengannya. kalung panjang berwarna hitam. namun kalung milik aiu, mempunyai ciri khas. terdapat tulisan 戒 di bagian bandulnya.
         "brengsek. apa-apaan dia. meniru gayaku habis-habisan seperti itu." aiu menggerutu kesal.
         "jelek, mantan seme'ku tidak seburuk itu kan?" nae menatap sinis ke arah gadis itu.
         "bagaimana kalau aku bantu menghajarnya.." tiba-tiba dievha berbisik di telinganya. sudah ada nae dan dievha di belakang aiu. aiu tak menjawab hanya tersenyum sinis. saat itu ia juga memandang laki-laki berseragam akuma yang sedang memaki gadis plagiat dirinya itu.
         "dia... yang waktu itu." aiu mengenali ciel. ia ingat saat ciel pernah mengusap darah di dagunya saat ia berkelahi dengan kamijo beberapa hari lalu.

         “Cih ! besok malam datang ke apartemenku. Akan aku tunjukan yang cocok untukmu” Saat ciel memalingkan wajahnya, ia melihat julietnya sedang memandang ke arahnya. Ia tersenyum pada aiu dan meninggalkan sang gadis plagiat yang masih menangis.

         Gin ingin menyusul rose ke gedung sekolah Akuma, namun ia justru tak sengaja melihat ciel yang tersenyum ke arah aiu tepat di depan tangga yang menuju arah perpustakaan. Gin merasa tak asing dengan senyum itu. setelah berpikir keras, akhirnya ia ingat. ia ingat senyum orang yang menyerangnya beberapa hari lalu. Gin menjadi yakin kalau orang itu adalah ciel.
         "bingo...akhirnya ku temukan kau." gin tersenyum sinis.
         di saat yang sama ciel juga melihat gin. ciel berjalan ke arah gin, dan kemudian berhenti tepat di samping gin. tanpa melihat wajahnya, ciel memperingatkan gin.
         "sebaiknya kau hentikan niatmu itu, aku tahu yang kau fikirkan gin. Aku bisa melakukan apa saja terhadapmu atau pacar manismu itu" ciel mengeluarkan sebuah kelopak mawar tanpa tangkai dari dalam sakunya. ia memainkan mawar itu sambil melirik sinis ke arah Gin. setelah itu ciel berlalu, meninggalkan Gin yang masih terpaku. ia sudah berada cukup jauh dari Gin, saat ia menoleh ciel melihat dievha menghampiri Gin. mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu yang serius.

***********        
        sore itu turun hujan lebat. padahal rose ingin pulang lebih dulu, agar ia tak bertemu dengan Gin. ia ingin sendiri dulu. akhirnya Gin menghampirinya di depan ruang kelasnya.
         "rose..maafkan aku.."
         "tidak perlu minta maaf, aku memang salah." rose hanya menunduk, ia tak mau melihat wajah Gin. masih ada rasa cemburu dalam hatinya. pikirannya mulai goyah. tak mungkin jika tak ada apa-apa di antara mereka. ia merasa seperti dipermainkan. sakit yang pernah ia rasakan dulu kembali terulang.
         "lalu kenapa kau masih seperti ini? kau marah?" Gin menggenggam tangan rose. namun rose menarik kembali tangannya.
         "hei..rose tolong jangan seperti ini, aku tahu aku berlebihan padamu tadi. maafkan aku."
Gin menarik lembut bahu rose, dan kemudian mengecup keningnya. mencoba menyampaikan perasaan tulusnya ke dalam hati rose. tiba-tiba rose menangis.
         "kau tidak sedang mempermainkan aku kan?"
         "aku tahu yang kau pikirkan rose, percayalah. apa kau tak bisa merasakannya? hanya kau rose.." Gin menatap mata rose dalam-dalam, memeluknya dan mengecup lembut bibir rose. saat itu rose tak membalas, ia masih belum bisa meyakinkan hatinya.

         "rose.." suara nae yang tiba-tiba datang, membuat gin dan rose kaget. nae datang untuk menjemput rose pulang.
         "maaf, aku mengganggu. tapi kau harus pulang rose, aiu sudah menunggumu di mobil dievha."
         "um..tapi kak.." rose memandang gin yang masih berdiri di sampingnya.
         "pulanglah rose, nanti malam aku akan datang ke tempatmu, aku punya sebuah kejutan." Gin tersenyum sambil mengelus rambut hitam rose. rose memandang wajah Gin yang masih tersenyum padanya. rasanya kali ini berat sekali ia berpisah dengan Gin. perasaannya tiba-tiba menjadi aneh. rose masih sedikit kesal dan memendam rasa curiga pada Gin, namun ia juga seperti tak ingin berpisah dari Gin saat itu.
         "gin, kami pamit dulu." nae berpamitan setelah rose melangkah menghampirinya dan kemudian meninggalkan Gin sendiri. Gin terus menatap rose hingga ia sampai di dekat mobil dievha yang terparkir. Dari depan mobil dievha, rose masih bisa melihat bayangan Gin di depan kelasnya. Setelah puas memandangin Gin, Rose masuk ke dalam mobil. perlahan mobil berjalan meninggalkan gedung sekolahnya, rose masih menatap Gin dari jendela mobil. rose sedikit menyesal, atas sikap egoisnya tadi. ia terlalu egois untuk mengakui jika ia sebenarnya membutuhkan Gin.
         "ai shiteru, Gin..."

********

         Ciel menekan nomor dihpnya, menunggu seseorang mengangkatnya, tapi mesin telpon yang kembali menjawab, ciel menarik nafas menahan kekecewaanya lagi.
         “Juliet, aku selalu merindukan wajahmu, wajahmu yang sesungguhnya, bukan yang ditirukan” ciel menghela nafas sejenak “aku pasti akan melakukan sesuatu untuknya. Ai shiteru, juliet” Ciel menutup telponya dan melemparnya ke atas sofa, meninggalkan benda itu begitu saja.
         Ciel mengambil kamera, menyambar kunci mobil dan menyalakan mobil silvernya. Ia lalu menjalankan mobilnya menuju rumah seseorang yang akan mungkin menjadi segala kehancurannya. Ciel memakirkan mobilnya disamping rumah orang itu, menunggu.

         Setengah jam ciel menunggu dan akhirnya sosok yang dinantinya terlihat menuju ke arahnya. Ciel keluar dari mobil dan menghadangnya. Gin kaget melihat ciel telah dihadapanya dan mengarahkan pistol ke arahnya. Gin berbalik, tetapi ciel telah menarik pelatuk pistolnya dan gin tersungkur dijalan. Ciel menyimpan pistol peredam suaranya dan menggotong tubuh gin yang sudah tak sadar karena bius ke dalam mobil.
         Ciel mengarahkan mobilnya ke sebuah gubuk tua didalam hutan. Ciel menurunkan gin, mengikat tangan dan kakinya dan menyenderkanya di dinding kayu yang mengarah keluar pintu. Ciel menyiram seluruh gubuk serta badan gin dengan minyak tanah.
         Gin tersadar dan tersentak melihat kondisinya sekarang.
         "Kau sudah sadar gin ?" Ciel menyapanya dari pintu gubuk.
         "Ternyata kau orang bodoh yang selama ini berlagak menjadi romeo" kata gin mengejek.
         "Hentikan omong kosongmu yang tidak berguna itu" ciel mendekati gin dan berlutut didepanya "ada pesan terakhir untuk pacarmu ?"
         "Mati saja kau, orang gila !" Gin memaki ciel sambil berusaha memberontak.
         "Mati saja kau orang gila" ciel menirukan gaya bicara gin " aku rasa itu bukan pesan yang baik untuk pacarmu. Tapi terserahmu sajalah" ciel mencengkram pipi gin hingga mulutnya terbuka lebar dan memasukan besi yang telah dibakar ke dalam mulutnya.
         Gin mengerang dan meneriaki kata-kata yang tidak jelas. Setelah merasa cukup, ciel mengeluarkan besi panas itu dari mulut gin. Kini mulut gin setengah terbakar, lidahnya hancur dan  sudah sulit untuk berbicara.
         Ciel menyalakan api diseluruh sudut gubuk dan seketika api telah menjulur ke seluruh bagian gubuk. Ciel menyiapkan kameranya dan diarahkan ke arah gin yang masih merintih dan setengah memberontak. Ciel membakar kayu yang sudah dilapisi kain dan minyak tanah, lalu ia melemparnya tepat di depan Gin dan api itu langsung membakarnya dan menjalar ke kaki gin dan terus naik merayapi tubuh gin.
         Ciel terus menyaksikan detik-detik kematian gin. Lewat kameranya gin terlihat sangat menyedihkan menunggu ajalnya dan seperti mengucapkan sesuatu tanpa suara. Seketika api mulai ganas membakar diri gin, gin berteriak serak memanggil nama rose berkali-kali. Teriakanya semakin hilang saat gubuk itu hancur dihabisi oleh api dan mengubur gin didalamnya.
         Ciel mematikan kameranya, mengambil videonya dan menyelipkan dalam bingkisan yang tadi gin beli untuk rose. Ciel juga menempelkan foto gin dan rose dimana foto gin telah disilangkan dengan menggunakan darah serta setangkai mawar yang tangkainya telah dipatahkan untuk dikirim kepada rose dan julietnya.
         Ciel kembali memandang tarian api dihadapanya. Ia memejamkan matanya, menarik nafasnya yang sesak dan terus memanggil nama julietnya.
        "Aiu... aiu.. ai shiteru yo"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar