Duality of mind

Senin, 21 Februari 2011

Chimamire no ai [血まみれの愛。] Chapter 6


author: aiu, ciel.
tittle: Chimamire no ai [血まみれの愛。] (part . 6)
genre: friendship. love. thriller
rating: T
fandom: anak CI. XD
pairing: dievha x nae, gin x rose
note: (aiu) engg... jelek ah.. ==a I need more yaoi,.. *plakk
oya, itu puisinya asli buatan gin.. ^^
(ciel) sempat jadi pengangguran nungguin aiu cuti u.u''

*****
 My Life Would Suck Without You, My Rose

~~~

kau tau?
Sebesar apapun aku mencoba,
aku tidak bisa menghapusmu dari ingatanku
beginilah aku padamu
seperti romeo yang selalu memikirkan juliet
hatiku juga selalu memikirkanmu
tidak berkurang sedikitpun
tiap hari..
tiap jam..
tiap detik..
kau yang selalu ada di hati
selalu berseri dan menemani pikiranku

Mungkin segala sesuatu bisa berubah
seperti musim yang silih berganti
begitupun hari-hariku
dari siang berganti malam
tapi tidak tentang perasaanku padamu
tidak akan berganti dan tidak akan berakhir
aku mencintaimu..
aku membutuhkanmu..

Tanpa kau bisakah aku bertahan?
Bagai bernafas tanpa paru-paru
melihat tanpa mata
berjalan tanpa kaki
dan mendengar tanpa telinga
bisakah?

Aku tau aku bukanlah apa-apa tanpamu
aku tau hidupku adalah tentangmu
kau memberikan aku semuanya
kau memberikan aku kebahagiaan
kau memberikan aku senyuman
kau memberikan aku canda dan tawa
bahkan kau menangis ketika aku menangis

kau berharga
kau spesial
kau adalah semua yang kumiliki
tanpa kau.. aku ini siapa?
tanpa kau.. dunia ini apa?
tanpa kau.. hati ini akan kemana?
tanpa kau.. hidup ini bagaimana?

Aku tidak ingin membencimu
aku tidak ingin melupakanmu
aku tidak ingin tidak mencintaimu
karena duniaku terasa kosong tanpamu
hidupku terasa mati tanpa nafasmu
mimpiku terasa buruk tanpa belaimu
diriku tak akan ada tanpa dirimu
sebab kita pasti ditakdirkan bersama

jadi biarkan aku mencintaimu dengan segenap hati
karena hatiku adalah milikmu
tentu dengan kau juga ada disampingku
cinta kita selamanya
dan tak akan pernah berakhir..

~~~~

                "bisa kau rasakan rasa perih ini Gin?? kau bilang kita ditakdirkan bersama, tapi kau pergi..dan aku.. aku merasa hanya menjadi ketiadaan...sesakit ini rasanya, apa kau mengerti?? jawab aku..."
Air mata rose jatuh menetes ke atas kertas puisi yang ada di tangannya. Kertas yang berisi puisi dari Gin untuknya.
                semua kenyataan ini sangat sulit diterimanya. Bayangan Gin di detik-detik terakhirnya, terus menerus berputar dalam pikiran Rose. ia menggenggam erat kertas di tangannya, menahan rasa sakit yang sangat menusuk di hatinya. Ia tahu, penyesalannya sekarang tak akan berguna. Gin tak akan pernah kembali. Air mata rose semakin deras menetes, dan tak ada Gin yang diharapkan Rose menghapus air matanya.
                Bersama puisi itu, ada sebuah kado,kelopak mawar, dan rekaman video kematian Gin yang diterimanya beberapa hari lalu. Kenyataan ini hampir membuatnya gila. senyum Gin saat terakhir kali masih sangat nyata di dalam ingatannya, membuat Rose semakin tidak percaya akan kenyataan pahit yang ada di depan matanya. di jari manis rose melingkar cincin silver dengan bentuk cross pemberian terakhir dari Gin.
                malam itu rose kembali menangis terisak-isak. Dadanya terasa sangat sesak,mengingat Gin dan kematiannya yang tragis. Benar-benar kejutan yang sempat membuat rose berpikir untuk ikut mati.Rose berbaring di atas ranjangnya, menatap kosong langit-langit kamarnya.
                "aku ingin kau kembali..Tuhan,aku ingin bertemu dengannya..aku butuh pelukan hangatnya..aku sangat merindukannya.."
                Suara Rose terdengar lirih, ia mulai memejamkan matanya.
                "anata no namae to nemurasete..."
                Rose berbisik lirih, dan mulai mengistirahatkan pikirannya yang sangat lelah.

*****

                Dievha dan Nae, berjalan bergandengan menuju ruang kuliah mereka. Jam baru menunjukan pukul setengah delapan pagi, sementara kuliah baru di mulai pukul 8. Nae sesekali bergelayut manja di pundak Dievha. Mereka kaget, saat membuka pintu ruangan. Dievha dan Nae melihat seseorang duduk di kursi paling depan. namun orang itu menunduk.
                "Aiu..tidak biasanya dia datang pagi." Nae mengangkat sebelah alisnya.
                Dievha tampak senang melihat Aiu, sudah beberapa hari ia tidak masuk kuliah. Dievha langsung menghampiri dan memeluknya.
                "senang melihatmu kembali..ada hal yang ingin kusampaikan soal penggemar rahasiamu, dan juga kematian Gin.."
                Tiba2 Dievha merasa ada sesuatu yang janggal. Tubuh Aiu terasa sangat dingin. Dievha mulai melepas pelukannya, dan saat pelukannnya terlepas, tiba-tiba sosok aiu jatuh ke lantai. Tubuh itu sudah tak bernyawa, wajahnya hancur tak berbentuk, tengkorak wajahnya terlihat jelas, Hanya tersisa satu bola mata yang hampir meleleh dekat tulang pipinya. namun tubuhnya masih utuh tetapi rusak parah bahkan tidak bisa dikenali. di tangan kiri mayat itu juga terikat setangkai bunga mawar.
                Nae menjerit histeris dan memeluk dievha, melihat sosok tak bernyawa di depannya. Dievha sendiri tak bisa berkata apa-apa. Ia sangat shock, dengan apa yang dilihatnya. mayat berwajah hancur itu hampir saja diciumnya tadi.
                seseorang mengawasi mereka dari luar ruang kuliah itu. tersungging senyum sinis dari bibirnya.
                "kau selanjutnya.."
******


                Dievha dan Nae menatapnya dengan aneh, seakan tak percaya bahwa sosok yang berdiri di depannya sekarang adalah Aiu. sosok yang mereka pikir sudah mati.
                "ada apa?" tanya Aiu dengan tatapan bingung. Dievha dan Nae langsung memeluknya saat itu juga secara bersamaan dengan erat. membuatnya sedikit kesulitan bernafas.
                "ku pikir kau sudah mati..di dalam ada sesosok mayat mirip dirimu. wajahnya hancur, mengerikan.. di tanggannya juga terikat bunga mawar,sama seperti di mayat kamijo waktu itu.." Nae menjelaskan semuanya.
                "kau takut kalau aku mati? kau takut kehilangan aku?" Aiu menatap Nae dengan penuh harap.
                "tentu saja..kau sahabatku.." Nae kembali memeluk Aiu. sementara Aiu berusaha tersenyum, menyembunyikan sakit di hatinya.
                "oya..ada hal penting yang harus kuberitahu padamu, soal romeo gilamu itu. sebelum meninggal Gin sempat memberitahuku.." kata-kata dievha seperti tercekat di tenggorokan. saat itu tiba-tiba Ciel berjalan di belakang Aiu, menatap sinis ke arah Dievha dan berlalu begitu saja.
                "memberitahu apa?? cepat katakan..!!" Aiu sedikit membentak. saat itu seorang polisi datang menghampiri mereka bertiga. polisi itu meminta Nae dan Dievha untuk ikut mereka sebentar, untuk dimintai keterangan sebagai saksi yang menemukan mayat korban. akhirnya Nae dan dievha meninggalkan Aiu.

*****

                sore itu kampus sudah sepi. mobil polisi terakhir, terlihat meninggalkan kampus beberapa menit yang lalu. Aiu memutuskan untuk pulang, karena ia pikir Dievha sudah pulang sejak tadi.
                "Aiu..."
                terdengar suara dievha memanggil namanya. namun ketika Aiu menoleh tak ada siapa pun di belakangnya. cukup lama Aiu menunggu, namun sepertinya memang tidak ada siapa-siapa di lorong kampus itu, selain dirinya. akhirnya Aiu kembali melanjutkan langkahnya, meninggakan gedung kampusnya.

                Dievha terlihat sulit bernafas, seseorang sedang membekapnya sekarang. tadi sewaktu ia memanggil, aiu tiba- tiba seseorang membekap mulutnya dan menariknya ke salah satu ruangan. orang itu tersenyum ke arahnya, dan kemudian mendorong tubuh dievha dengan kasar ke arah meja. kepala Dievha membentur tepi meja, tubuhnya jatuh tersungkur. ia merasakan sakit yang amat sangat di kepalanya, dievha mengusap sesuatu yang terasa mengalir dari kepalanya. dievha terbelalak, tangannya penuh dengan darah. sementara orang seseorang yang membekapnya tadi tersenyum senang. pandangan dievha perlahan mulai kabur.
                "ini akibat yang harus kau terima karena mencampuri urusanku.."
                terasa sulit mempertahankan kesadarannya saat itu. hingga tak lama kemudian pandangannya benar-benar gelap.
*****

                Ciel menyalakan rokoknya dan memainkan rokok itu dibibirnya. Bukan kebiasaannya untuk merokok, hanya saja saat ini dia benar benar sudah sangat muak terus menerus membereskan orang-orang yang selalu ikut campur antara dia dan julietnya. Ciel melirik ke dalam mobil, Dievha masih belum sadar sejak dia membekapnya diruang kampus dan membawanya kemari. Ciel melihat jam tanganya, sudah 15 menit sejak dia mengirim sms kepada nae dari hp dievha.
                Ciel kembali memeriksa mesin mobil yang sudah dia kotak-katik sehingga mesin tersebut ibarat bom waktu yang bisa meledak dalam beberapa menit lagi. Ia kembali memeriksa tempat duduk Dievha yang telah dia letakan minyak sebotol penuh dibawah kursinya dan mengetatkan ikatan Dievha dikursinya.  Ciel mendengar deru mobil beberapa meter didepanya.
                “Hm, lumayan tepat waktu” Ciel menghancurkan kunci pintu disamping Dievha dan ia menunggu tamu pentingnya dari dalam mobilnya yang tidak terlihat dari sana tetapi masih bisa untuk mengawasi mereka.

                Nae melihat mobil Dievha, tidak ada tanda-tanda ada semenya atau orang lain disana, Tapi dia yakin Dievha tadi yang smsnya untuk datang. Nae mematikan mesin mobilnya dan mendekati mobil Dievha. Nae mengetuk kaca mobilnya tapi tidak ada jawaban. Nae membuka pintu mobil dan terkejut melihat Dievha diikat dikursi pengemudi.
                “Astaga dievha ! diev.. sadar sayang” Nae menguncang-guncangan tubuh dievha.  Dievha mengedipkan matanya, ia masih merasa pusing dan sakit dikepalanya.
                “Nae…” Dievha memanggil ukenya, suaranya parau dan matanya berbayang melihat sosok kekasihnya. “Tolong aku nae.. tolong” Nae mencoba membuka ikatan dievha, tetapi ikatan itu tidak menunjukan tanda tanda bisa dilepasnya.
                “Sabar sayang, aku lagi berusaha.. Kyaa !” Mesin didepan mobil memberikan signal awal dari ledakan pertamanya. Nae dan Dievha mematung melihat api yang cukup besar didepan mereka. Dievha segera sadar bahwa dirinya sudah berada diujung tanduk.
                “Nae ! cepat tolong keluarkan aku dari sini ! Nae.. !!” Dievha terus mencoba memberontak dan melonggarkan ikatanya, tapi Nae tetap mematung melihat api yang semakin besar. Ledakan ke dua terjadi, Nae melepaskan tanganya dari ikatan Dievha. Tubuhnya bergetar hebat, keringat membasahi sekujur tubuhnya, matanya tidak lepas dari pandangan api yang kini sudah membuat retakan pada kaca depan mobil.
                “Nae ! Tolong aku !! Nae, tolong.. aku tidak mau mati. Naee !!” Teriakan Dievha seakan tidak tembus digendang telinganya. Nae mundur perlahan, Ia memandang Dievha dengan ketakutan dan keraguan.  Ledakan ke tiga terjadi dan menghancurkan kaca depan mobil.  Pecahan kaca bertebaran dan melukai Nae dan Dievha.
                Nae segera keluar dari mobil. Matanya tidak lepas memandang Dievha yang tetap memberontak dan memandang memohon pada Nae. Nae hanya menggelengkan kepalanya, suaranya hilang dan air matanya terus jatuh.  Suara Dievha terus memanggil Nae, kini api telah menjalar ditempat duduk Dievha.
                “Nae, dengarkan aku ! Nae.. Pembunuh…” Teriakan Dievha terpotong oleh ledakan yang sangat besar dibawah tempat duduknya. Api telah berkobar ditempat Dievha, suara Dievha telah hilang dan sosok yang dari tadi memberontak kini telah diam kaku.
                “tidak.. tidak.. aku bukan pembunuh. Aku bukan pembunuh dievha. Tidak.. aku bukan…” Tubuh Nae semakin gemeteran. Dia membungkuk dan memeluk tubuhnya untuk menenangkan dirinya. “aku bukan pembunuh.. AKU BUKAN PEMBUNUH DIEVHA !!”

                Ciel melemparkan puntung rokoknya keluar jendela. Skenarionya sedikit meleset, Dia tidak menyangka bahwa Nae segitu pengecutnya meninggalkan kekasihnya mati sendirian. Dia menghela nafas lelah, ini tandanya masih ada satu orang lagi yang harus dia bereskan nanti. Ciel menghidupkan mesin mobilnya dan berjalan ke arah Nae dan menjatuhkan bunga mawar disampingnya.
                “You are Next, Nae”  Ciel meninggalkan Nae yang masih histeris dan tidak menyadari keberadaanya tadi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar